Mohon tunggu...
Jusuf Kalla
Jusuf Kalla Mohon Tunggu... Diplomat - Wakil Presiden Indonesia

Wakil Presiden RI (2004-2009) & (2014-2019) Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Website : www.jusufkalla.info

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Indonesia Harus Punya Lebih Banyak Pengusaha

2 September 2013   20:25 Diperbarui: 1 November 2018   13:29 2686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada dasarnya, semua orang ingin kehidupan yang maju dan lebih baik. Kalau anda siswa tentu ingin menjadi mahasiswa kelak. Jika Anda adalah tentara, tentu Anda ingin menjadi kolonel. Jika Anda adalah pengusaha, tentu Anda ingin usaha anda besar. 

Ilustrasinya seperti kalau naik sepeda lalu ingin naik motor, kalau naik motor ingin naik mobil. Orang terus berpikir ingin lebih baik. Begitu juga negara. Kita yang belum maju pasti ingin mengejar mereka yang maju. Karena dalam bernegara itu, tujuannya adalah menciptakan masyarakat yang adil dan makmur. Karena itu bagaimana caranya kita maju bersama-sama? Banyak caranya untuk maju. 

Kalau anda sebagai mahasiwa, maka maju bisa berarti anda bisa bekerja menjadi pegawai, jadi dokter, insinyur dan lain-lain. Ada juga orang maju juga menjadi politisi. Semua pasti punya langkah-langkah sendiri. Tapi langkah-langkah itu tak akan berarti tanpa kerja keras. Menjadi lebih baik itu pasti dengan bekerja keras. Bukan dengan berjudi misalnya membeli undian atau lotre. 

Katakanlah untuk jadi tentara yang tangguh, tidak mungkin tercapai bila tidak latihan-latiahn yang keras. Namun jika kita lihat kerja keras itu, ada namanya batasan-batasan atau periode-periodenya. Tahun 70-an lulusan universitas itu ingin jadi pejabat dan PNS. Itu lumrah jaman dulu. Tapi, sekarang tidak bisa begitu. 

Katakanlah setiap tahun ada 10.000 PNS yang akan diterima. Yang tamat sarjana ada 1 juta. Kalau yang diterima 1.000, lima ribuan orang yang daftar. Dan yang diterima bukan hanya lulusan sarjana. Anda bisa bayangkan betapa kecilnya kemungkinan Anda untuk mendapatkannya. Lalu, dimana itu ada kesempatan yang sangat luas? Yang tidak punya batasan adalah bergerak dan masuk dalam dunia usaha. Itu tidak ada batasan. Tentu ada aturan-aturan, tapi pada umumnya dunia usaha itu luas sekali. 

Modal paling penting Tidak ada negara yang maju di dunia ini tanpa ada suatu gerakan pada pengusaha, pedagang, dan entrepreneur. Tidak ada negara yang hidup tanpa pengusaha. Ketika Anda berada dalam sebuah gedung pemerintah, gedung itu dibangun oleh siapa? Oleh negara, tentunya. Tapi uang negara dari mana? Dari pajak yang totalnya 40% dari total penerimanan negara. 

Siapa yang bayar pajak? Paling banyak adalah pengusaha-pengusaha. Sebuah bangunan dibangun oleh kontraktor yang juga pengusaha. AC-nya dibuat oleh pengusaha dan dijual oleh pengusaha juga. Jadi semua kehidupan ini memiliki hubungan. 

Saya sering katakan, “Negara yang besar itu punya pengusaha yang hebat!” Sekarang banyak orang bertanya: Apa modal yang paling penting dalam berusaha? Apakah uang yang banyak? Apakah kantor yang bagus? Bukan! Modal yang terpenting dan terbesar adalah semangat. 

Tak ada gunanya kalau Anda punya bapak yang kaya dan banyak uang kalau ujung-ujungya anda hanya bisa menghabiskan. Maka modal utamanya adalah semangat. 

Di manapun itu anda ingin membuka usaha, semangat harus menjadi nomor satu. Setelah semangat anda membutuhkan kreativitas dan inovasi. Baru setelah itu modal uang.

Seribu akal Bicara tentang dunia usaha atau entrepreneuship, dulu orang menyebutnya saudagar. Kata saudagar itu asalnya dari bahasa sansekerta yang artinya seribu akal. Jadi menjadi pengusaha itu harus punya akal yang banyak. Misalnya, kalau anda anak muda yang punya akal atau kemampuan untuk mempengaruhi orang, anda bisa menjadi pemasar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun