***
"Bangun!"
"Eh?"
"Aku akan mengajarimu cara mendapatkan uang. Halal." Dia mengambil gitar kecilnya.
"Ini namanya kentrung, kentrung, atau apapun itu kata orang-orang." Dia memetik senar dengan lembut seolah-olah jarinya tengah menari di dalam aula yang gelap dengan bantuan cahaya matahari yang masuk melalui jendela kaca yang besar. Dia mengajariku segala hal tentang nada, irama, kelembutan dan perasaan. Kentrung itu, seolah menjadi tunangannya. Aku mencoba untuk membelai si pengantin itu. Dalam hatiku ada benih yang tumbuh perlahan.Â
"Bagus. Kamu sudah mulai paham."
"Lalu saya mengamen pakai apa?"
"Di bawah ranjang itu ada satu."
"Milikmu?"
"Bukan. Milik seorang teman, sekarang menghilang."
"Begitu ya?"