Pengalaman ini mengajarkan saya bahwa perbedaan bukanlah sesuatu yang harus dicaci atau dihindari. Sebaliknya, perbedaan adalah peluang untuk saling belajar dan memahami satu sama lain.
Misalnya, ketika saya bergabung dengan para santri untuk Shalat Subuh, saya melihat bahwa meskipun ritualnya berbeda dengan yang saya jalani, tujuan akhirnya ternyata sama, yakni kedamaian, kebaikan, dan kedekatan dengan Tuhan.
Toleransi sejati adalah kemampuan untuk melihat seseorang bukan hanya dari apa yang tampak di luar, tetapi juga dari hati dan niat mereka. Dengan sikap ini, kita bisa menjalin hubungan yang lebih harmonis dan penuh pengertian. Kita akan lebih mudah menerima perbedaan dan melihatnya sebagai kekayaan, bukan ancaman.Â
Perbedaan adalah anugerah yang memperkaya kita. Tugas kita adalah menjaga agar keberagaman ini menjadi sumber persatuan, bukan perpecahan. Dengan toleransi, Indonesia bisa menjadi bangsa yang lebih kokoh dan harmonis, seperti yang dicita-citakan oleh para pendahulu kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H