Melakukan seluruh kegiatan dan dinamika pembelajaran di sekolah tentunya membuat saya lelah, jenuh, hampa, hingga stres. Pada titik ini, saya membutuhkan kegiatan yang tidak berhubungan dengan pelajaran sama sekali. Pada awalnya, saya mengisi kegiatan tersebut dengan bermain game. Perasaan lelah dan depresi pun hilang, tetapi ketakutan baru muncul di mana saya takut mata saya rusak ketika bermain game terlalu lama. Di sinilah, saya memutuskan untuk mencari kegiatan baru yang dapat saya lakukan dengan perasaan senang disertai lega dan akhirnya saya menemukan permainan billiard yang kemudian menjadi hobi baru saya.
Billiard merupakan permainan yang dimainkan di atas meja berlapis kain. Permainan ini melibatkan stik berupa kayu panjang yang digunakan untuk memukul bola putih biliard ke arah bola lain agar bola yang dipukul dapat masuk ke lubang di sudut meja. Sederhananya, billiard merupakan permainan memasukkan bola ke lubang meja dengan memukul bola putih dasar atau biasa disebut cue ball.Â
Awal saya mengenal billiard adalah ketika saya kelas 10. Pada saat itu, saya sedang mengobrol dengan teman baru saya. Tiba-tiba, ia mengajak saya bermain billiard karena kebetulan di dekat kawasan Kanisius terdapat tempat billiard yang sangat nyaman dan bagus yakni Afterhour. Walaupun agak mahal, pelayanan dan fasilitasnya tidak akan membuat kita menyesal. Perasaan ingin tahu dan tertarik membuat saya menyetujui ajakan teman saya. Ketika mulai bermain billiard untuk pertama kalinya, di sanalah perasaan senang sekaligus ingin tahu muncul dalam jumlah yang tidak terhitung. Banyaknya teknik, fondasi dasar, dan konsentrasi yang diperlukan membuat saya sangat tertantang. Hal-hal tersebut juga membuat saya yakin bahwa permainan billiard merupakan permainan yang serius serta layak untuk dipelajari dan dijadikan sebuah hobi.
Perjalanan saya mendalami billiard membuat saya mengenal aksesoris-aksesoris billiard seperti halnya stik, chalk, sarung tangan, dan masih banyak lainnya. Saat itu saya tertarik dengan sarung tangan karena saat saya melihat orang lain memakainya, mereka terlihat sangat keren. Selain itu, tangan saya yang permukaannya kasar hingga membuat stik tidak berjalan dengan mulus juga menjadi alasan saya ingin membeli sarung tangan. Akhirnya, saya memutuskan untuk membeli 1 sarung tangan. Saat itu, ketika saya menengok sarung tangan dengan merek luar negeri Cuetec ataupun Mezz Cue yang digunakan pemain-pemain profesional, saya terkejut karena harganya sangat mahal yakni di atas 400 ribu rupiah. Sampai akhirnya, ada 1 merek lokal yang menarik perhatian saya yakni Zuna. Sarung tangan billiard yang dibanderol dengan harga hanya 160 ribu saja, tetapi menjanjikan fitur-fitur yang ditawarkan pada merek luar negeri. Awalnya saya pesimis untuk membelinya. Namun, karena harga merek luar negeri yang sangat mahal, akhirnya saya membeli sarung tangan merek Zuna tersebut.
Ketika saya hendak ingin mencobanya, saya menurunkan ekspektasi saya agar tidak kecewa ketika memakai produk lokal ini. Saat itu, saya memandang bahwa kualitas produk lokal pasti kalah dengan kualitas produk luar. Namun, hal mengejutkan pun terjadi. Saat saya mencobanya, saya bisa merasakan sensasi yang sangat halus dari kain sarung tangan tersebut. Stik yang saya taruh di atas tangan saya yang sudah dilapisi sarung tangan dapat berjalan sangat mulus tanpa mengalami gesekan sekalipun. Kelancaran tersebut membuat akurasi saya dalam memukul cue ball meningkat sangat pesat. Saya jadi bisa memasukkan bola lebih banyak dibandingkan saya tidak memakai sarung tangan. Selain itu, mengenai feel pemakaian jangka panjang, kainnya yang tipis, tetapi kuat membuat tangan saya tidak mengeluarkan keringat sama sekali. Mengenai tampilan, sarung tangan ini berhasil membuat teman saya berkata, "Tin, itu sarung tangan lu beli di mana?". Tampilan warna hitam yang pekat dan fit yang pas membuat sarung tangan ini terlihat keren. Terakhir, ada suatu fitur yang benar-benar membuat saya takjub dengan produk lokal satu ini. Pada sarung tangan tersebut terdapat sebuah bahan silikon yang membuat kita saat meletakkan tangan kita di meja billiard, maka tangan kita akan sulit bergerak sehingga membuat fondasi lebih stabil. Hal yang membuat saya terkejut sekaligus bingung adalah fitur ini setara dengan fitur merek luar negeri yang harganya jauh di atas Zuna. Jika disuruh mendeskripsikan perasaan saya ketika memakainya, saya akan menjawabnya dengan 1 perasaan, yakni perasaan bangga.
Segala kelebihan dan kemudahan yang diberikan oleh sarung tangan merek Zuna berhasil meningkatkan teknik permainan billiard saya dengan sangat pesat. Bahkan, ketika saya melawan teman saya yang dahulu tidak bisa saya kalahkan, dengan menggunakan sarung tangan ini, saya bisa mengalahkannya. Di samping hal itu, ada pelajaran yang sangat penting yang diberikan Zuna kepada saya, yang berhasil mengubah pandangan saya akan produk lokal. Walaupun produk lokal harganya sangat murah, hal itu tidak berarti bahwa kualitas produk lokal tidak bisa bertanding dengan produk luar. Alasan mereka bisa membuat produk dengan harga yang lebih murah adalah biaya produksi yang lebih murah karena mereka melibatkan tenaga kerja dan bahan baku lokal, bukan karena kualitas mereka kalah dengan merek luar negeri. Pesan saya sebagai orang yang tadinya enggan untuk membeli produk lokal adalah dengan modal sekarang saja, kualitas produk lokal dapat bersaing dengan luar negeri. Apalagi jika kita sebagai rakyat Indonesia sering membeli produk lokal, niscaya nanti kualitas produk Indonesia bisa mengalahkan kualitas produk-produk luar negeri. Oleh karena itu, mari kita menjadi pejuang negeri dengan memakai produk lokal disertai perasaan bangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H