Debat resmi pertama helatan KPUD DKI Jakarta Jumat 13 Januari 2017 masih saja menggunakan konsep seperti debat-debat sebelumnya. Keinginan masyarakat untuk menyaksikan adu gagasan, adu program dan adu kepiawaian menejemen tata kelola teritori dan manusia-manusia Ibu Kota nyaris tak terpenuhi. Acara ini terpenjara alokasi waktu yang sangat minim, yakni cuman satu sampai 2 menit doang ajah untuk setiap sesi bicara. Ya udah dimaklumi aja kalau akhirnya hal-hal yang  terkait "bagaimana caranya" para pasangan calon (paslon) akan melaksanakan program-programnya ya tentu saja tidak bisa disampaikan dengan leluasa...
Meskipun begitu, setidaknya satu hal dapat dipetakan dengan sangat mudah tentang bagaimana ketiga paslon tersebut memandang perikop tentang "penggusuran" Â dimana tema penggusuran dan warga miskin tergusur sering dieksploitasi untuk kepentingan kampanye dengan harapan nama paslon pengobral janji akan hinggap di hati warga tergusur khususnya dan warga Jakarta umumnya...
Baiklah, ini dia pandangan penting para paslon terkait penertiban pemukiman kumuh, penggusuran, mengatasi banjir, relokasi yang dikaitkan dengan manusiawi atau tidak manusiawi:
#1 Agus-Sylvi
"Dengan tegas kami mengatakan.. kami akan membangun, menata Jakarta tanpa menggusur. Mengapa? Terbukti penggusuran hanya akan meningkatkan kemiskinan. Urban property meningkat secara tajam. Mereka kehilangan segalanya. They loose everything. Kehilangan tempat tinggalnya, kehilangan mata pencahariannya. yang tadinya dia bekerja mencari nafkah di sebuah habitat, berinteraksi dengan tetangga dengan warga tiba-tiba tercabut puluhan kilometer.. tanpa diperhitungkan bagaimana nasib  selanjutnya.. anak-anak mereka bagaimana.. saya bertemu langsung, mereka sampai dengan hari ini masih menangis, masih sedih hatinya ketika digusur begitu saja tanpa kompensasi tanpa ganti rugi dan tidak diperhatikan sama sekali.. untuk itu kami meyakinkan bahwa kurban gusuran yang hari ini masih trauma ... bla bla bla... kami meyakini banyak cara lain untuk menata Jakarta, mempercantik kotanya tetapi dengan tidak melukai warganya... bla bla bla.. Jakarta benar-benar tumbuh dengan sangat manusiawi... bla bla bla... dengan demikian jangan kita hanya membangun badannya, tetapi bangunlah jiwanya bla bla bla...." .. lalu, caranya? : "....... yuuuk kita bertanya pada rumput yang berguyaang ....."
#2 Basuki-Djarot
"... warga tidak boleh tinggal di bantaran sungai, di kolong-kolong jembatan.. sungguh tidak manusiawi.. maka kami berkomitmen  menyediakan rusun yang layak ukuran 36 meter persegi ada 2 kamar.. kita mensubsidi kehidupannya: pendidikannya kita tanggung, kesehatannya kita tanggung, transportasi kita tanggung, kita subsidi kebutuhan pokok.. kita sediakan dulu rumah susun, kalau sudah siap baru kita relokasi.. kalau rusun belum siap ya belum akan direlokasi..."
#3 Anies-Sandi
" bla bla bla... ketidakadilan dilaksanakan.. ketika berhadapan dengan kekuasaan yang lebih kuat, tumpul.. tapi ketika berhadapan dengan rakyat yang miskin lemah tajam.. prosedur dilanggar demi kepentinggan menggeser.. yang kita akan lakukan bukan menghilangkan orang miskin tapi menghilangkan kemiskinan.. kita akan lakukan urban renewal.. peremajaan kota, penataan ulang.. bukan dikosongkan.. pak Anies, ayah saya dilahirkan di titik ini di tanah ini persis di sini..puluhan tahun lalu... kami akan tegaskan tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan keadilan ... prioritas kita justru pada peremajaan.. di dalam mengelola ini kita harus memperhatikan bla bla bla......"Â
lantas, caranya? : "....... yuuuk kita bertanya pada ki joko bodol ....."
Lalu.. kalau diimajinasikan seolah-olah Ira Koesno sebagai moderator bertanya: "Obyek melengkung yang sering terlihat di langit  dan biasanya terlihat setelah hujan dan berwarna me-ji-ku-hi-bi-ni-u .. itu apa ya?"