Mohon tunggu...
Justin SURYA ATMAJA
Justin SURYA ATMAJA Mohon Tunggu... Wiraswasta - INDONESIA SELAMAT DAMAI SEJAHTERA

PERINDU dan PENCARI dan PEMBELAJAR CINTA

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mas Menpora, Kelembutan Selalu Menang

15 Januari 2016   18:58 Diperbarui: 15 Januari 2016   20:07 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="kelembutan selalu menang"][/caption]

Ocehan Djoko Susilo, anggota Tim Transisi bentukan Imam Nahrawi, sukses menjadi pemicu munculnya berbagai macam pernyataan dan opini dari pemerhati sepakbola nasional, tak terkecuali di media warga Kompasiana kanal bola ini. Lebih pas dibilang ocehan bukan pernyataan, karena suara yang keluar menyembur dari mulutnya berisi materi-materi ngawur yang juga jelas memperlihatkan bahwa orang ini tidak tahu, tidak paham dan tidak patuh, termasuk tidak patuh kepada SK pembekuan PSSI oleh (Menpora) Imam Nahrawi...

SK pembekuan PSSI dengan sangat jelas menyuratkan dan menyiratkan, bahwa seluruh kegiatan di bawah naungan PSSI tidak diakui oleh pemerintah.. lalu pemerintah juga tidak mengakui kepengurusan PSSI hasil KLB April 2015 silam bahkan proses KLBnya pun tidak diakui. Satu lagi, kewenangan dan tupoksi PSSI dilimpahkan kepada Tim Transisi yang dibentuk Imam Nahrawi. Jadi, soal mandegnya sebagian besar roda organisasi PSSI dan nyaris matinya kegiatan persepakbolaan nasional sepenuhnya menjadi tanggung jawab Imam Nahrawi cq Tim Transisi, tentunya juga tanggung jawab Djoko Susilo sebagai salah satu anggota tim yang sangat diandalkan oleh Imam Nahrawi ini...

Imam Nahrawi secara nyata telah melecehkan hasil putusan PTUN dan PTTUN bahwa SK pembekuan PSSI yang dibuatnya itu keliru, nyatanya politisi muda asal PKB ini tetap lanjut dengan aktivitas gak bermutunya melalui Tim Transisi. Tapi... katakanlah.. anggap saja langkah Imam Nahrawi itu tidak salah, selama 9 bulan ini harusnya sudah banyak langkah-langkah mendasar yang dilakukannya terkait tema besar dan mulia "Reformasi Tata Kelola Sepakbola Nasional" menuju puncak prestasi. Yang terjadi, Imam Nahrawi sadar gak sadar suka gak suka sengaja gak sengaja telah membuat "rakyat sepakbola nasional menderita", padahal sebagai seorang yang diberi tugas sebagai Menpora oleh Presden Jokowi, ia berkewajiban "mensejahterakan rakyat sepakbola" dalam konteks PSSI ini...

Seperti sering ditulis di lapak ini oleh salah satu pengidols fanatiknya, kompasianer Mafruhin, sepertinya Imam Nahrawi memang sengaja menciptakan situasi dimana rakyat sepakbola menjadi resah, gelisah, lapar dan menderita. Keinginannya adalah, ketika rakyat sepakbola sudah sampai pada kondisi sekarat seperti itu maka mereka mau gak mau suka gak suka tidak punya pilihan lain kecuali mengikuti apa kemauan Imam Nahrawi.

Menteri yang berpembawaan kalem (atau cuek?) ini bisa jadi gak nyadar, bahwa ia sedang mengelola "manusia-manusia yang bener-bener manusia" bukan manusia jadi-jadian atau barang-barang mati. Perilaku seperti ini semestinya bisa dikategorikan sebagai tindak kekerasan, jauuuh lebih parah lagi ini dilakukan oleh seseorang yang memimpin sebuah lembaga besar Kementerian Pemuda dan Olahraga.. yang juga berarti bahwa lembaga Kemenpora telah melakukan kekerasan dan kejahatan terhadap rakyat sepakbola nasional...

"Masih ada harapan dan kesempatan bagi orang yang salah. Selama selalu masih bisa merasa salah. Selama selalu masih ada rasa malu. Selama selalu masih ada kemauan memperbaiki"

Seperti sajak di atas, masih ada waktu bagi Imam Nahrawi untuk memperbaiki kesalahannya. Langkah pertama adalah, ia segera menghargai keputusan lembaga peradilan PTUN dan PTTUN, yang berarti bahwa organisasi PSSI dengan organismenya dipersilakan beraktifitas sesuai dengan maksud dan tujuan didirikannya, dan tentunya organisasi ini dilindungi oleh konstitusi dan peraturan hukum di bawahnya. Langkah kedua adalah, Imam Nahrawi langsung memimpin proses rekonsiliasi dan dengan ikhlas "melayani dan memfasilitasi" PSSI sebagai satu-satunya federasi sepakbola negeri ini.

Nah, dalam melayani dan memfasilitasi ini Imam Nahrawi harus memasukkan "RUH reformasi tata kelola sepakbola nasional" yang juga produk andalannya. Ini adalah sebuah langkah "kelembutan" yang menjadi salah satu ciri khas "pemimpin pelayan". Bila langkah ini dilakukan dengan jujur dan ikhlas, yakinlah, "pihak sebelah" akan tersentuh lalu kemudian bersama-sama melakukan langkah ketiga yaitu bermusyawarah untuk mencapai mufakat, menyandingkan ide dan pemikiran terbaik dari masing-masing pihak menjadi sebuah "Blue Print Road Map Perbaikan Tata Kelola Sepakbola Nasional" yang disepakati oleh semua pemangku kepentingan sepakbola nasional. 

Bagi orang-orang yang selalu dan selalu berpikiran "menang-kalah", kalau di kanal bola ini contohnya adalah Mafruhin dan Bato Kapua, heu heu heu... trus orang-orang yang alergi dengan kosa kata "rekonsiliasi dan harmonisasi", kalau di kanal bola ini contohnya adalah Hery, heu heu heu... tentu "langkah kelembutan" ini akan teramat amat sanat mencecewakan. Biarkan sajalah.. orang yang sengaja gak mau tahu, gak mau paham dan gak mau patuh memang sudah selayaknya ditinggalkan saja..  

"Kelembutan Selalu Menang"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun