Mohon tunggu...
Justin SURYA ATMAJA
Justin SURYA ATMAJA Mohon Tunggu... Wiraswasta - INDONESIA SELAMAT DAMAI SEJAHTERA

PERINDU dan PENCARI dan PEMBELAJAR CINTA

Selanjutnya

Tutup

Bola

Imam Nahrawi, Pemimpin Pelayan?

13 Januari 2016   17:58 Diperbarui: 13 Januari 2016   19:25 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lima belas hari lagi, sanksi administratif (pembekuan) PSSI oleh Menpora mencapai usia 9 bulan 10 hari. Kalau seorang perempuan mengandung, berarti segera tiba saatnya melahirkan. Gebrakan langkah revolusioner yang pada awalnya seolah akan mewarnai hiruk pikuk jagad persepakbolaan nasional, pada kenyataannya hanyalah omongan kosong. Tema besar "Reformasi Tata Kelola Sepakbola Nasional" yang dihadirkan paska pembekuan dan sukses menutupi alasan pembekuan soal 2 klub ISL yang dinilai belum memenuhi syarat, Arema dan Persebaya, sudah di ujung waktu untuk terkuak seperti apa faktanya. Tim Trasisi, yang digadang-gadang Imam Nahrawi untuk menggantikan peran PSSI, dalam urusan sepakbola nasional dan internasional, ternyata kualitasnya seperti anak-anak yang sedang belajar membaca...

Sanksi admininstrasi untuk PSSI keliru...

Langkah Imam Nahrawi membekukan PSSI, menurut PTUN dan PTTUN adalah langkah yang keliru. Itu menurut pendapat lembaga hukum yang sah di negeri super kaya raya penuh susu dan madu ini. Tentu, lain lagi pendapat Imam Nahrawi yang menganggap ada sesuatu sehingga memandang perlu lembaga lain seperti Komisi Judisial turun tangan. Penafsiran sendiri sang menteri ini diikuti oleh Tim Transisi bentukannya dan juga oleh BOPPI yang berada di bawah naungan Kemenpora. Yang sangat mengherankan adalah sikap POLRI. Institusi ini ternyata memilih tunduk kepada Imam Nahrawi daripada keputusan lembaga peradilan...

Tapi lupakanlah soal organisme baru (PSSI Baru, hasil Reformasi Tata Kelola Sepakbola Nasional ala Imam Nahrawi) yang gak siap lahir dalam waktu nyaris 9 bulan 10 hari ini. Dari sisi lain, menarik juga untuk dicermati: apakah gaya kepemimpinan Imam Nahrawi cocok untuk pembangunan olah raga nasional khususnya dan pembangunan negeri ini pada umumnya?

Pemimpin Kertas...

Gak usahlah bicara untuk seluruh rakyat Indonesia atau untuk seluruh manusia yang terkait dengan pemuda dan olahraga.. untuk pengambilan contoh, cukuplah kasus persepakbolaan nasional dengan federasinya yaitu PSSI yang urusannya sampai detik ini belum juga kelaaar. Jelas banget, tugas sang menteri dalam urusan sepakbola nasional tentunya "melayani dan memfasilitasi rakyat sepakbola", sehingga ekosistem sepabola nasional berjalan selaras, seimbang dan tentunya berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kepentingan ekonomi di dalamnya. Wujud melayani dan memfasilitasi bisa saja infrastruktur baik stadion2 maupun sarana2 pendukung lainnya, atau peraturan2 yang mendukung pengembangan sepakbola nasional... dan tentu saja kebijakan atau keputusan sang menteri yang "menghidupkan" bukan yang "mematikan"...

Kasat mata terlihat, bahwa keputusan Imam Nahrawi membekukan PSSI tidak didasari oleh sebuah pemetaan situasi yang komplit. Pemetaan situasi ini, yang paling utama adalah soal "manusia-manusia atau rakyat sepakbola" yang memang menjadi subyek atau pelaku utama urusan ini. Maka, sebenarnya gak perlu heran ketika waktu 9 bulan ini terbuang percuma meski dibungkus sebuah tema dahsyat "Blue Print Reformasi Tata Kelola Sepakbola Nasional" yang bertujuan salah satunya untuk mensejahterakan para pemain dan pemangku kepentingan lainnya dengan cara memberangus "mafia sepakbola" yang ditenggarai hidup di dalam PSSI sendiri. Toh sampai sekarang, rumusan lengkap tema itu juga masih tersimpan rapat di lemari besi Imam Nahrawi, itu pun kalau ada...

Tim Transisi.. dari namanya saja orang bisa membayangkan apa tugas orang-orang hebat yang direkrut masuk tim ini. Masih hangat.. paska KPU mengumumkan hasil pilpres dan dinyatakan sebagai Presiden Terpilih, Jokowi membentuk Tim Transisi. Tim ini bertujuan untuk menyiapkan rancang bangun pemerintahan baru dan salah satu tugas pentingnya adalah berkomunikasi dengan pemerintah di bawah Presiden SBY. Sebelum Tim Transisi bergerak, Jokowi secara khusus menemui Presiden SBY baru kemudian anggota Tim Transisi bergerak cepat berkomunikasi dengan jajaran kabinet SBY...

Trus.. gimana dengan Tim Transisi bentukan Imam Nahrawi? ternyata tim ini jauuuh lebih canggih kerana tugasnya adalah mengambil alih peran dan fungsi PSSI! Maka... bocah ingusan pun akan degan mudah menebak gimana hasilnya nanti... Gaya kepemimpinan "bermodal kertas" seperti ini kok digadang-gadang bisa mereformasi tata kelola sepakbola nasional menuju puncak prestasi. Coba saja jujur diingat-ingat.. pernahkah Imam Nahrawi atau Tim Transisi turun ke bawah.. terjun langsung menyambangi para pelaku utama sepakbola nasional? Yang terjadi ya memanggil atau ngoceh di depan kamera televisi atau para pewarta...

Negeri ini butuh Pemimpin Pelayan...

Sejak jadi Walikota Solo, lalu ngejabat Gubernur DKI Jakarta, lantas dipilih dan terpilih sebagai Presiden NKRI; Jokowi telah mempersembahkan perilaku "kepemimpinan pelayan". Bersamaan.. muncul pula para pemimpin muda berciri khas pemimpin pelayan seperti Ahok, Ridwan Kamil, Tri Rismaharini dan masih banyak lagi pemimpin daera lainnya. "Tunduk pada konstitusi dan kehendak rakyat", itulah prinsip Jokowi. Nah.. apakah Imam Nahrawi setidaknya ada usaha untuk meniru gaya kepemimpinan bosnya? Ya bisa saja dijawab bahwa semua langkahnya ini dalah untuk kesejahteraan para pelaku sepakbola nasional atau demi menuju puncak prestasi.. Tapiiii faktanya sudah 9 bulan ini rakyat sepakbola menderita...

Misalnya saja... karena disinyalir, katakanlah di daerah Lampung ada mafia beras.. kemudian Gubernur Lampung membuat keputusan "membekukan seluruh kegiatan yang ada hubungannya dengan beras".. lalu para petani, pengusaha heller, pengusaha truk pengangkut dll kehilangan mata pencaharianya.. apakah Gubernur Lampung pantas disemati gelar Reformis? Pejuang?...

Sepertinya.. negeri "berbudaya Pancasila" ini butuh para pemimpin pelayan, yang menyatu antara lahir dan batinnya.. Jokowi ya Presiden.. Presiden ya Jokowi... coba Anda ganti nama Jokowi dengan nama lain termasuk sang menteri pemuda dan olah raga kita ini...

 

Heu heu heu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun