[caption caption="Tim Ad Hoc vs Tim Kecil"][/caption]
Reformasi atau perbaikan total tata kelola sepakbola nasional melewati umur tujuh bulan.. prosesnya bukan menumbuhkan harapan tapi lebih semakin menyebalkan! Meski demikian, semakin menarik kalau kita perhatikan dengan seksama perilaku Menpora, orang muda sangat potensial dari PKB ini. Sosok ini sangat menarik baik bagi para pengidols fanatiknya maupun bagi para pegkritiknya...
Bukan cuman "perilaku cueknya kepada produk PTUN dan PTTUN" yang bikin menarik, tapi "bagaimana caranya" mewujudkan khayalan tinggi bahwa sepakbola nasional akan melambung menuju prestasi puncak di kancah pergaulan internasional entah itu klub apalagi Timnas... Berikut ini beberapa catatan "menariknya" Menpora yang dirangkum dalam "5 Jurus Jitu Bagaimana Menyulap Prestasi Sepakbola Nasional"
JURUS#1:Â Sikat Mafia Bola!
Tim Sembilan sebelum PSSI dikulkasken udah kantongin banyak nama para dedengkot mafia bola ini. Kalau slama ini Menpora terkesan diam, itu bukan brarti isyu2 yang slama ini dipamerkan omong kosong. Tapi diemnya Menpora dan tim lebih kepada strategi supaya para dedengkot mafia ini nongol.. nah, kalo mreka ini dah nongol, tinggal dikarungin aja lalu dilarung ke laut
JURUS#2: Rebut PSSI!
Ini juga dengan jitu sudah ditembakkan.. Pembekuan PSSI dengan alesan yang sengaja dibuat cemen yaitu "permasalahan 2 klub Arema Cronos dan Persebaya" yang dianggap gak penuhi syarat ikut QNB League. Pembentukan Tim Transisi untuk mengambil alih tupoksi PSSI tentunya sebuah langkah strategis. Memaaang.. di luaran yang terlihat bahwa tim transisi ini seperti bingung gak tau mau ngapain lalu lebih banyak ngurus turnamen-turnamen.. Tapi sebenernya, itu strategi mengelabuhi para lawan2nya.. Yang terjadi adalah, tim transisi bergerak seperti demit mempengaruhi seluruh pemangk kepentingan sepakbola nasional termasuk para voters PSSI. Intinya, skarang tim transisi udah pegang remote-nya, tinggal pencet aja kapan dibutuhkan... kalau remote ini udah dipencet, maka para petinggi PSSI akan langsung terkulai seperti pecundang tulen.
JURUS#3: Rebut Teritori Kerajaan Bisnis Sepakbola Nasional!
Setelah sukses melumpuhkan PSSi dan PT Liga Indonesia.. mulailah tim transisi membajak/menggarap lahan teritori kerajaan bisnis  sepakbola nasional. Yang nampak jelas keliatan adalah melalui beberapa turnamen kelas atas, bergengsi dan berhadiah yahuud. Kemunculan Mahaka Sport seolah-olah mengindikasiken bahwa Mahaka adalah calon penguasa baru teritori kerajaan bisnis nasional terutama untuk kasta tertinggi. Tapi bisa jadi itu hanyalah strategi melamurkan mata fisik para pengurus PSSI mafia, bisa saja siapa raja yang sebenarnya nanti bakal mengagetkan para pengurus mafia itu...
JURUS#4: Go To Hell, FIFA!
Strategi ini berjalan sangat baik.. "go to hell FIFA" sukses dikemas dengan bungkusan manis nasionalisme. Mengopinikan peta dua kubu yakni 1) kelompok pembaharu yang nasionalis dan cinta NKRI, tentu saja diwakili kelaompok pengidols Menpora... dan 2) kelompok status que yang anti nasionalis dan gak cinta NKRI, ini diwakili oleh kelompok yang suka mengkritik langkah2 Menpora... peta lainya yang digambar dan dipublikasikan adalah: air dan minyak, baik dan jahat, profesional dan amatiran, di belakang NKRI dan di belakang FIFA... heu heu heu...
Beberapa langkah yang juga sangat penting dan strategis:
- FIFA dikejutkan dengan segepok info langsung tanpa perantara tentang kebobrokan PSSI, lha sbagai induknya, temtu aja FIFA langsung kaget sama syok! Imbasnya mreka diam seribu basa saat konperensi pers setelah kunjungan.. menahan malu tentunya kerana "anaknya (PSSI)" ternyata amburadul...
- Gak nganggep apa itu Tim Ad Hoc bentukan FIFA, dengan strategi "pura2 bodoh" minta FIFA kasih TOR sgala. Padahal Menpora tau, ya jelas tau lah kalo yg harus bikin TOR itu ya Tim Ad Hoc itu sendiri yg ngarti sgala macem tetek bengek persoalan sepakbola nasional.. utusan FIFA sbagai wasitnya doang ajah sambil memastiken bhw semua kudu di bawah naungan FIFA.. tapi strategi pura2 bego ini sengaja dipasang biyar para lawan2nya memandang remeh, kemudian tingal ditiup ajah pasti pada jatuh sendiri...
- Tim Kecil.. nama-namanya sama TORnya sampe skarang juga belum dipublish.. ini juga strategi jitu.. soalnya kalo nama orang2 hebat itu dikluarkan dari skarang, akan jadi sasaran tembak dan diganggu oleh lawan2 pulitiknya.. strategi ini persis meniru "tetap dibungkusnya" roadmap dan blue print reformasi tata kelola sepakbola nasional.. kesannya sepeti Menpora sama sekali gak siap.. padahal gak begitu faktanya, Mepnora sama tim transisi sudah siap serebu persen kok, tinggal pencet tombol remote aja trus semuanya akan jalan bagus...
Strategi ini sebenarnya untuk memelekkan mata FIFA, bahwa FIFA yang butuh Indonesia bukan Indonesia yg butuh FIFA.. Seperti udah ditulis oleh salah satu kompasianer pengiols fanatik Menpora, suatu saat FIFA akan dateng nangis merengek-rengek kemari.. dan saat itu tiba, harganya akan sudah teramat amat mahal sekali... dan tanpa FIFA, dijamin bahwa klub dan Timnas akan tidak dapat dikalahkan oleh klub dan Timnas dari negeri manapun.. karena memang ga akan bertanding dengan tim2 dari luar negri.
JURUS#5: Kembali ke PSSI!
Hahaha! Ntar dulu... ini juga gak mungkin terjadi.. tapi ya biarkan aja para pengkritik Menpora memikirkan soal gak penting ini, yang jelas sih bagi Menpora maupun para pengidols fanatiknya, yang dimaksud adalah PSSI baru dimana pengurusnya adalah orang2 yang profesional, cerdas, penuh integritas, punya visi besar, paham tentang karakter manusia2 Indonesia, tidak ada kepentingan puitik, bebas dari kepentingan ekonomi, terblokir dari beban jelek masa lalu dan masa kini... Kalau toh siapa nama2 orang2 yang dimaksud itu sampe skarang juga belum pernah dimunculkan, itu semata kerana strategi biyar mereka gak diganggu sama para pengurus mafia dan kroni2nya yang sudah puluhan tahun menguasai jagad raya sepakbola nasional tanpa mempersembahkan satu pun prestasi yang membanggakan...
Apapun itu... kita tungguh ajah drama ini sampai tamat.. yang jelas, sebuah sajak ini kembali ditampilkan.. syapa tau bisa jadi bahan refleksi...
Â
daripada sejuta khayalan dan angan-angan, lebih baik dengan satu keinginan
daripada sejuta keinginan, lebih baik dengan satu kemauan
daripada sejuta kemauan, lebih baik dengan satu niat
daripada sejuta niat, lebih baik dengan satu nawaitu
Heu heu heu...
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H