Mohon tunggu...
Justin SURYA ATMAJA
Justin SURYA ATMAJA Mohon Tunggu... Wiraswasta - INDONESIA SELAMAT DAMAI SEJAHTERA

PERINDU dan PENCARI dan PEMBELAJAR CINTA

Selanjutnya

Tutup

Bola

Menpora, Pejuang atau Pengkhianat?

14 November 2015   08:14 Diperbarui: 14 November 2015   10:26 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pejuang dan Pengkhianat"][/caption]Berawal dari surat serangkaian surat peringatan kepada PSSI terkait keberadaan dua klub sepakbola Arema Cronos dan Persebaya yang dinilai belum memenuhi syarat dan ketentuan untuk mengikuti kompetisi QNB League, merasa tidak ditanggapi dengan semestinya akhirnya Menpora menetapkan sanksi administratif ("pembekuan") kepada PSSI, beberapa saat sebelum gelaran KLB di Surabaya pada bulan April 2015.

Langkah pembekuan ini kemudian dilanjutkan dengan langkah-langkah strategis dan mematikan ruang gerak PSSI dengan berkolaborasi dengan instansi lain terutama POLRI, sehingga PSSI sebagai federasi sepakbola nasional yang satu dan satu-satunya benar-benar menjadi beku... mati suri... hanya bisa menarik dan menghembuskan satu dua nafas dengan susah payah... Geliat aktivitas sepakbola nasional dan internasional di negeri tanah air paling kaya di muka bumi ini lumpuh!...

Menuju tujuh bulan berlakunya sanksi pembekuan PSSI, persoalan "dua klub" lantas bergeser ke isyu-isyu lain seperti mafia bola, pengaturan skor, keterlambatan gaji pemain, pemain mati kelaparan, kinerja wasit dan ketertutupan pengelolaan keuangan PSSI. Daftar panjang dosa-dosa berat PSSI semakin hari semakin dipropagandakan dan memenuhi langit informasi di seluruh penjuru negeri.

Bahkan, belakangan ini sukses dipropagandakan isyu yang jauh lebih luas yaitu keberadaan dua kubu, yang satu kubu nasionalis (cinta NKRI) dan yang anti nasionalis (melawan NKRI).. HA HA HA! Alasan utama (pada awalnya) mengapa Menpora membekukan PSSI sekarang sudah tidak berlaku lagi, buktinya klub Arema Cronos dan Persebaya (Persebaya United - Bonek FC) tetap diikutsertakan di turnamen-turnamen yang direstui Menpora. Terakhir, bahkan pembukaan Piala Jenderal Sudirman digelar di Stadion Kanjuruan Malang dengan Arema Cronos sebagai tuan rumah dan dihadiri oleh Presiden Jokowi!

Lepas dari bumbu-bumbu propaganda di jagad media, fakta memperlihatkan bahwa tema besar "Reformasi Tata Kelola Sepakbola Nasional" sejauh ini baru sebatas gaungnya saja yang ngetop:

  • Menpora belum mau atau belum mampu memamerkan "bagaimana caranya" menjalankan niat baik dan mulia itu.
  • Memamerkan rencananya saja belum, apalagi membuat langkah-langkah mendasar dan strategis membangun fondasi yang baik, benar dan kokoh... ya pasti belum!

Maka, sebait sajak sederhana ini cocok untuk Menpora sebagai bahan evaluasi dan refleksi:

daripada sejuta khayalan dan angan-angan, lebih baik dengan satu keinginan.

daripada sejuta keinginan, lebih baik dengan satu kemauan.

daripada sejuta kemauan, lebih baik dengan satu niat.

daripada sejuta niat, lebih baik dengan satu nawaitu.

Mencermati kondisi sepakbola nasional yang gak kunjung berprestasi, Presiden Jokowi telah menetapkan kebijakan "Reformasi Tata Kelola Sepakbola Nasional" menuju puncak prestasi. Namun sepertinya, Menpora kurang bisa atau tidak bisa atau gagal paham dalam menerjemahkan kebijakan Presiden tersebut. Pembenaran dengan mengatakan bahwa "waktu enam bulan belum apa-apanya dibandingkan dengan puluhan tahun karut-marut persepabolaan nasional" atas nihilnya langkah mendasar Menpora, sungguh gak tepat. Namanya juga mau mereformasi, semestinya sudah siap dengan segala rencana dan tinggal pencet remot lalu jalanlah rencana itu setelah momen tindakan pembekuan diambil.

Kekurangsiapan Menpora sungguh tidak bisa dibalut dengan kalimat seperti "kami sengaja tidak mempublikasikan roadmap dan blue print-nya, karena dikhawatirkan akan dihambat oleh pihak-pihak yang tidak ingin reformasi ini dilakukan". Alibi seperti itu bukanlah ciri khas seorang pemenang yang selalu dan selalu mencari dan menciptakan peluang, tetapi lebih menjurus ke perilaku seorang pecundang yang sukanya mencari dan menciptakan berjuta alasan pembenaran.

Satu lagi perilaku Menpora yang menunjukkan kekurangtahuan dan kekurangpahaman soal peta besar sepakbola global, adalah ngototnya mempertahankan cara pandang sempit relasi dengan organisasi sepakbola internasional FFA, terkini adalah soal akan dibentuknya Tim Khusus (Tim Kecil) oleh pemerintah yang berbeda dengan cara pandang luas FIFA yang akan membentuk Tim Ad Hoc yang berisikan sebagian besar pemangku kepentingan sepakbola nasional dengan supervisi dan naungan FIFA tentunya. Yang paling patut untuk direnungkan adalah perilaku Menpora terkait dengan produk lembaga penegak hukum yaitu PTUN dan PTTUN yang telah megabulkan gugatan PSSI saat menguji SK Pembekuan Menpora.

Isi penting putusan PTUN adalah "menunda berlakunya SK tersebut sampai dengan ada keputusan hukum tetap".. tetapi toh beliau tetap cuek dan jalan dengan rencana yang justru terkesan sangat tidak terencana. Di sini terlihat ketidakpatuhan atau ketidaktaatan Menpora dengan hukum di negeri ini...

Maka, sebait sajak sederhana ini cocok untuk Menpora sebagai bahan evaluasi dan refleksi:

ketidaktahuan itu membuat kita tersesat

ketidakpahaman itu membuat kita menderita/tersiksa

ketidaktaatan itu membuat kita celaka

Tugas pokok dan fungsi pemerintah jelas untuk melayani rakyatnya, Menpora melayani para pemuda-pemudi dan dunia olah raga, termasuk tapi tidak hanya urusan sepakbola. Pintar-bodoh, cantik/ganteng-jelek, kaya-miskin... semuanya rakyat negeri berdaulat ini yang harus dilayani oleh pemerintah. Di sinilah amanah tugas mulia ini ada di pundak Menpora yang sudah diberi kepercayaan dan kewenangan oleh Presiden Jokowi.

Upaya-upaya untuk mengungguli orang-orang atau kelompok atau organisasi (yang juga punya hak di tanah air ini) untuk sekedar mengganti atau mengusir segelintir orang yang tidak disukai dengan menggunakan kekuatan besar kekuasaan (apalagi hanya untuk merebut teritori kerajaan bisnis sepakbola nasional), sungguh langkah yang tidak bijaksana. Bahkan sejatinya, Menpora punya tugas membina orang-orang yang tidak baik atau kurang baik menjadi lebih baik lalu menjelma sbagai pribadi-pribadi yang unggul...

Maka, sebait sajak sederhana ini cocok untuk Menpora sebagai bahan evaluasi dan refleksi:

JIWA PEJUANG adalah upaya dan semangat untuk melayani semua orang dengan cara yang baik dan benar…

JIWA PENGKHIANAT adalah upaya untuk mengungguli semua orang dengan segala cara hanya untuk kepentingan diri sendiri saja…

 

Tentunya coretan ini tidak menyimpulkan apakah Menpora itu seorang pejuang atau pengkhianat, tapi harapan agar beliau sungguh tampil sebagai pemimpin yang penuh khidmat dan bijaksana, yang suka bermusyawarah.. seperti teladan langkah-langkah nyata yang selama ini diperlihatkan oleh Presiden Jokowi dalam mengatasi berbagai macam persoalan mendasar bangsa ini. "Poros Maritim Dunia" menjadi tema besar pemerintahan Presiden Jokowi yang telah dipilih dan terpilih.. beliau berpeluang besar menjadi orang pilihan yang akan meletakkan pondasi yang baik, benar dan kokoh menciptakan pintu masuk menuju sebuah imperium seperti zaman kejayaan Majapahit kala itu.. bahkan menuju sebuah hegemoni Indonesia di jagad raya ini. Pun demikian, Menpora di lingkup sepakbola nasional bisa meletakkan pondasi yang baik, benar dan kokoh menuju puncak prestasi.. imperium dan bahkan hegemoni di percaturan pergaulan  sepakbola global...

Semoga Menpora nantinya akan jadi pemenang bukan pecundang, pejuang bukan pengkhianat!

 

Heu heu heu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun