Mohon tunggu...
Justin SURYA ATMAJA
Justin SURYA ATMAJA Mohon Tunggu... Wiraswasta - INDONESIA SELAMAT DAMAI SEJAHTERA

PERINDU dan PENCARI dan PEMBELAJAR CINTA

Selanjutnya

Tutup

Bola

Quo Vadis, Menpora?

24 Oktober 2015   10:35 Diperbarui: 24 Oktober 2015   12:06 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya, kalau dicermati dengan seksama dengan cara pandang kepentingan sepakbola nasional, hukum Negara dan hukum FIFA itu saling meng"amini" loh... baik UU SKN maupun Statuta FIFA menggarisbawahi soal kemandirian federasi sepakbola dalam menggelindingkan roda organisasinya menuju prestasi puncak. Maka, sejatinya tidak ada gunanya sama sekali "tontonan konflik" seperti yang ditunjukkan para petinggi saat ini.. kan lebih baik menampilkan "panggung damai penuh cinta" menjalankan peran masing-masing dengan penuh sinergi...

Jadi.. untuk segera mengakhiri pertunjukan "adu kekuasaan" ini, sebaiknya dipakai cara-cara "Budaya Indonesia"  .. ini yang seharusnya diteladankan pertama kali oleh Menpora sebagai "Representasi Negara"... 

  1. Budaya nomor satu ini sudah pasti harus dipakai.. karena sejatinya di sini ada Nilai Tertinggi "Hukum Cinta" sebagai hukum Tuhan yang Satu dan Satu-Satunya...
  2. Budaya nomor dua juga mutlak harus jadi landasan, karena ini soal manusia-manusia Indonesia seutuhnya...
  3. Budaya nomor tiga "Persatuan Indonesia" harus menjadi "rekatan/kohesi sosial" bagi kedua lembaga yang bertikai ini...
  4. Budaya nomor empat dengan kata kunci "hikmat kebijaksaaan".. para pemimpin ya kudu penuh hikmat dan bijaksana..
  5. Budaya nomor lima tentunya juga harus mewarnai langkah-langkah menuju keadilan sosial bagi masyarakat sepakbola nasional dan semua hal yang terkait...

Pertanyaan refleksinya:

  1. Bagaimana Menpora dan Presiden PSSI bisa menjadi teladan berperilaku "menjalankan Hukum Cinta", lha wong mereka "saling berebut mejadi yang benar"?
  2. Bagaimana Menpora dan Presiden PSSI bisa menjadi teladan berperilaku "memanusiakan manusia Indonesia", lha wong mereka tidak punya niat baik "untuk saling menghargai martabat satu sama lain"?
  3. Bagaimana Menpora dan Presiden PSSI bisa menjadi teladan berperilaku "Persatuan Indonesia" lha wong mereka lebih suka mempertontonkan "drama air dan minyak"?
  4. Bagaimana Menpora dan Presiden PSSI bisa menjadi teladan berperilaku "pemimpin yang sesungguhnya" lha wong mereka ogah untuk saling berjumpa dan bermusyawarah sebagai dua orang pemimpin yang penuh hikmat dan bijaksana demi kepentingan masyarakat bola nasional?
  5. Bagaimana Menpora dan Presiden PSSI bisa menjadi teladan berperilaku "adil" lha wong saat ini roda kehidupan sepakbola nasional nyaris mati dan belakangan cuman dihibur dengan "diberi permen (gula-gula) turnamen demi turnamen?

Yuuuuuk... Mas Menpora dan Mas Presiden PSSI.. berebutlah menjadi "pihak yang salah" lalu saling mengoreksi kesalahan lantas menjalankan fungsi masing-masing dengan penuh sinergi melalui MOU atau Nota Kesepahaman atau Cooperative Agreement atau terserah apapun namanya.. kemudian dengan semangat "sehati & sepemahaman - saling menjunjung tinggi prinsip kesetaraan dan berkarya sebagai sebuah tim" berjuang membangun industri sepakbola nasional yang sehat dan maju bermuara pada Tim Nasional tangguh yang membanggakan Indonesia...

"JIKA KITA MEMPUNYAI KEINGINAN YANG KUAT DARI DALAM HATI, MAKA SELURUH ALAM SEMESTA AKAN BAHU-MEMBAHU MEWUJUDKANNYA", demikian kata BUNG KARNO, SANG PROKLAMATOR....

 

*** Jangan bilang Cinta Indonesia kalau masing ngotot mengedepakan ego...

*** Jangan bilang Cinta Persatuan kalau masih alergi dengan keberagaman...

*** Jangan bilang Cinta Sepakbola Nasional kalau menyengsarakan para stake holder dan runutan lainnya..

*** Jangan bilang cinta bini tetangga... berbahaya!

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun