Mohon tunggu...
Justin Alfret Jaflean
Justin Alfret Jaflean Mohon Tunggu... Pustakawan - Mahasiswa

Just to learn to develop linguistic skills!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

My Name is Marien Van Aken

8 September 2024   18:14 Diperbarui: 8 September 2024   18:32 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore itu aku berjalan santai dan  bersenandung pelan sambil mendengarkan musik dari headphone-ku, tiba-tiba dari arah berlawanan berdiri seorang gadis bule dengan raut kebingungan sambil melirik kesana kemari. Aku yang merasa ada sesuatu yang janggal pun menghampiri gadis itu yang sedari tadi seperti orang linglung, walaupun sedikit grogi aku mencoba bertanya padanya

"Can i help you with something?"

"Yeah, looks like I'm lost" jawab gadis itu yang sedikit terkejut.

"I wanted to follow my parents to the location they gave me but I was a little confused because my cellphone was dead" tambahnya

Can I find out the location your parents gave you?" tanyaku dengan terbata-bata.

"Do you know where Lapangan Merdeka is located?"

"Yeah of course, I know it, I can take you there. Not far from here"

"Follow me" tambahku

Dengan sigap aku mengantarkannya menyusuri jalanan dan melewati beberapa lampu merah, setelah sampai di lokasi tersebut aku pun mengarahkan pandanganku ke sekeliling lapangan tersebut sambil mencari-cari barangkali ada bule yang nongol disitu. setelah beberapa saat aku melihat sepasang bule paru baya yang sedang duduk di tepi lapangan, tampaknya mereka sedang berdebat hebat mungkin karena anaknya belum kunjung tiba. 

Aku pun menunjuk ke arah mereka sambil bertanya pada gadis itu 

"Is that them"?

"Yes that's them" jawabnya sambil tersenyum.

"Thanks for helping me"

Ia pun berlari ke arah orang tuanya, dari jauh aku melihatnya berbicara dengan mereka sambil sesekali menunjukku, aku pun meninggalkan tempat itu dan memutuskan untuk pulang ke rumah.

Keesokan harinya aku pulang lebih awal dari beberapa hari sebelumnya, teriknya sinar matahari membuatku mempercepat langkah kakiku. Sambil menunduk, aku berjalan cepat menyusuri jalanan hingga tiba-tiba suara sapaan dari seseorang mengejutkanku.

"Hey, do you remember me?" 

"Yeah of course, I remember a poor girl who was confused" balasku sambil nyengir 

"please, guide me again like a poor child" 

"I hope I can do it every day"

Mendengar celotehanku ia pun tersipu malu dan menutup wajahnya yang kemerahan karena terik matahari. Ia pun mengajakku berkeliling sambil bertanya-tanya tentang segalah sesuatu di kota ini. Setelah lelah berjalan, kami pun memutuskan untuk duduk di sebuah bangku kayu di sudut taman.

Setelah berbincang-berbincang cukup lama, dengan agak grogi ia pun memperkenalkan dirinya. 

 

"My name is Marien Van Aken" sambil tersenyum ia mengulurkan tangannya padaku.

Setelah bertukar akun media sosial, kami memutuskan untuk berpisah karena orang tuanya telah menunggunya di hotel tempatnya menginap. sambil berjalan dengan tergesa-gesa ia melambaikan tangannya kepadaku, aku pun memutuskan untuk pulang.

Setelah beberapa hari berlalu kami sering bertemu dan jalan-jalan bersama, aku yang awalnya agak insecure dengan pandangan semua orang pada kami perlahan mulai membiasakan diri dan selalu menemaninya berkeliling sambil bercanda menyusuri jalanan kota.

Satu bulan berlalu, tibalah hari ia akan pulang ke negaranya. pagi itu aku yang sedang berjalan santai ke kampus agak sedikit terkejut saat ia membaca pesan darinya yang mengabarkan ia akan berangkat ke Jakarta pada pukul 16:00. 

sesampainya di kampus, aku hanya membayangkan momen-momen bersamanya hingga aku tak fokus dengan kelas kuliahku.

Sepulang dari kampus aku memutuskan untuk menyusulnya ke bandara. Setelah tiba di sana, aku mencari-cari keberadaannya namun tak kunjung menemukannya. Aku melirik arlojiku namun waktu masih menunjukan pukul 14:47.

Aku mencoba tuk menghubunginya tapi tak kunjung mendapat balasan darinya.

"Harusnya aku menghubunginya sebelum aku ke sini, goblok!!" Batinku jengkel.

Aku pun hanya bisa terduduk di lobi sambil mencoba menghubunginya lagi hingga aku mulai frustasi. tiba-tiba notifikasi pesan darinya muncul di handphone-ku "Look behind you"

spontan aku berdiri sambil berbalik dan ia langsung berlari memelukku. Setelah lama berpelukan, ia pun mengucapkan sepatah kata perpisahan dan bergegas berlari menyusul orang tuanya yang menuju pesawat yang akan take off. dari kejauhan samar-samar ia berteriak, namun aku hanya mendengar kata "you" di akhir kalimat. entah itu "Nice to meet you", "see you" atau " l love you".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun