Â
"My name is Marien Van Aken" sambil tersenyum ia mengulurkan tangannya padaku.
Setelah bertukar akun media sosial, kami memutuskan untuk berpisah karena orang tuanya telah menunggunya di hotel tempatnya menginap. sambil berjalan dengan tergesa-gesa ia melambaikan tangannya kepadaku, aku pun memutuskan untuk pulang.
Setelah beberapa hari berlalu kami sering bertemu dan jalan-jalan bersama, aku yang awalnya agak insecure dengan pandangan semua orang pada kami perlahan mulai membiasakan diri dan selalu menemaninya berkeliling sambil bercanda menyusuri jalanan kota.
Satu bulan berlalu, tibalah hari ia akan pulang ke negaranya. pagi itu aku yang sedang berjalan santai ke kampus agak sedikit terkejut saat ia membaca pesan darinya yang mengabarkan ia akan berangkat ke Jakarta pada pukul 16:00.Â
sesampainya di kampus, aku hanya membayangkan momen-momen bersamanya hingga aku tak fokus dengan kelas kuliahku.
Sepulang dari kampus aku memutuskan untuk menyusulnya ke bandara. Setelah tiba di sana, aku mencari-cari keberadaannya namun tak kunjung menemukannya. Aku melirik arlojiku namun waktu masih menunjukan pukul 14:47.
Aku mencoba tuk menghubunginya tapi tak kunjung mendapat balasan darinya.
"Harusnya aku menghubunginya sebelum aku ke sini, goblok!!" Batinku jengkel.
Aku pun hanya bisa terduduk di lobi sambil mencoba menghubunginya lagi hingga aku mulai frustasi. tiba-tiba notifikasi pesan darinya muncul di handphone-ku "Look behind you"
spontan aku berdiri sambil berbalik dan ia langsung berlari memelukku. Setelah lama berpelukan, ia pun mengucapkan sepatah kata perpisahan dan bergegas berlari menyusul orang tuanya yang menuju pesawat yang akan take off. dari kejauhan samar-samar ia berteriak, namun aku hanya mendengar kata "you" di akhir kalimat. entah itu "Nice to meet you", "see you" atau " l love you".