"tapi air putihnya air mineral kemasan pak" jelas si pelayan
"ya udah satu saja mas!" tegas istri singkat
"udah dua aja mas, takut gak cukup" tambah suami dengan perkiraan lebih baik lebih dari pada kurang..
"satu aja mas nanti kalau kurang pesen lagi" timpal si istri
"udah dua aja biar gak bolak balik" suami balik menimpali
Piker si suami biar gak repot bolak balik, si istri memandang suaminya dengan wajah sedikit sewot, dalam hatinya sepertinya  si suami seketika lupa kalau dihadapkan pada list makanan, disatu sisi dia sadar, sang suami memang apa-apanya pengen anak dan keluarganya tercukupi, namun disisi lain, sebenarnya pengeluaran tanpa perhitungan walau kecil-kecil, namun saat ditumpuk inilah yang menjadi salah satu sumber pemborosan mereka...namun itulah suaminya.
Dan saat pelayan datang membawa baki isi minuman, terlihat si pelayan hanya membawa satu botol air mineral  bersama variasi minuman yang lain., entah dia paham dengan situasi si suami yang dilema antara harus hemat dan gairahnya untuk memenuhi kebercukupan bagi keluarganya atau si pelayan memiliki pengalaman yang sama dengan si suami, karena sama-sama sebagai seorang suami, entahlah yang jelas si istri dimenangkan oleh si pelayan dengan membawa hanya satu botol air mineral kemasan..
Setelah si pelayan menata semua minuman dimeja, saat akan beranjak pergi, si suami yang sedari tadi masih penasaran dengan isi list menu buka suara "mas pesan buah potong satu porsi ya!"
Kemudian buru-buru menjelaskan saat dia tau lirikan tajam istrinya seakan siap memotong-motong si suami seperti buah potong yang baru saja dipesan "buat serat!" jelasnya si suami singkat, namun penjelasan versi panjangnya berlanjut saat pelayan meninggalkan meja mereka, sembari membawa catatan pesanan tambahan.
Tak menunggu terlalu lama yang dinanti telah tersaji di atas meja, semua yang tadi tercerai berai menjelajah resto yang cukup bersahabat untuk anak-anak, pun berkumpul mengelilingi meja, makanan seakan jadi kode untuk menertibkan suasana. Sambil makan, suami dan istri berdiskusi kecil tanpa mebahas yang berat-berat, maklum takut jadi gak selera makan. Selesai menghabiskan semua sajian, sambil menunggu anak-anak yang belum puas bermain, mereka mengingat kenangan masa-masa masih berdua, simpel, mengalir bagai sungai kecil yang ada di depan mereka pemisah saung dan jalan tempat mereka bersantai. Namun kenangan itu saat diurai akhirnya akan sampai juga pada masa-masa dimana sekarang mereka berada, yang menjadi ayah dan ibu. Pembicaraan yang tadinya ringan dan indah menjadi serius kembali sampai disela oleh anak-anak yang kecapean dan mengajak untuk pulang. Setelah memastikan semua sudah pada tempatnya, tidak ada yang tertinggal mereka menuju jalan pulang. Di jalan diskusi masih berlanjut, pasangan ini pasangan yang tak pernah habis kata-kata untuk dibahas, maklum begitu lama saling mengenal sampai berkomitmen mengikatkan diri dengan pernikahan, membuat mereka begitu tebuka akan segala hal, semua bisa jadi bahan pembicaraan dan diskusi, tentang anak, tetangga, kerabat, pekerjaan, teman, semua!! namun begitu berat rasanya saat sampai pada tema pengeluaran.
Malam-malam di Jogja enak untuk dinikmati, maklum kota budaya ini menyajikan atraksi kenangan yang luar biasa bagi mereka-mereka pernah menetap disana, seperti suami istri yang dulu pernah menetap lama di Jogja saat mereka sama-sama kuliah. Namun saat ini saat mereka telah menjadi orang tua hidup tak akan sesimpel saat hanya berdua.