Senin, 6 Desember 2021.
Lukas 5:17-26
Saudara terkasih di dalam Tuhan kita Yesus Kristus, Injil hari ini menceritakan tentang Tuhan Yesus yang menyembuhkan orang lumpuh. Yang menarik adalah si lumpuh akhirnya dapat bertatap muka dengan Tuhan Yesus karena bantuan orang-orang yang membantunya.Â
Diceritakan bahwa karena rumah di mana Yesus mengajar dan melakukan mukjizat, maka orang-orang yang mengusung si lumpuh membongkar atap rumah sehingga si lumpuh dapat diturunkan dari atas dan diperhadapkan kepada Tuhan Yesus. Dan akhirnya si lumpuh mendapatkan kesembuhannya, yakni dapat berjalan dengan kakinya sendiri dan membuat orang-orang di sekitarnya memuliakan Allah.
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan, iman itu tidak sekedar kata-kata manis saja. Iman bukan sekedar rangkaian rumusan tentang siapakah Allah kita. Memang ajaran dan rumusan iman pertama-tama kita dapatkan dari ajaran Gereja. Namun iman tidak berhenti sampai di situ saja.Â
Iman haruslah mengalir dari pemahaman kepada perbuatan. Iman yang tidak diikuti dengan perbuatan adalah iman yang sia-sia, yang tidak berguna dan tidak menghasilkan apa-apa. Iman di dalam hati selayaknya kita teruskan menjadi perbuatan nyata di dalam kehidupan bersama.
Saudara-saudari yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, selain harus dipraktikkan dalam hidup bersama, iman yang sejati juga bersifat mempersatukan. Ketika kita mengaku diri sebagai pengikut Yesus, kehadiran kita harus menjadi kehadiran yang mendamaikan, yang dirindukan oleh banyak orang. Ketika kita hadir, harus ada kasih di sana. Ketika kita datang, harus ada sukacita Injil di situ.Â
Iman kita harus membuat kita berbeda dengan orang lain. Iman kita harus membuat hidup kita menjadi hidup yang dirindukan oleh orang lain. Iman kita harus kita membuat orang-orang di sekitar kita menjadi lebih bersemangat, lebih hidup dan lebih yakin bahwa Allah senantiasa menyertai manusia.
Umat sekalian yang baik, karena memiliki iman, orang-orang membawa si lumpuh kepada Yesus. Karena iman, si lumpuh mendapatkan kesembuhannya. Iman itu sejatinya mempersatukan, bukan memecah belah.Â
Mari kita lihat diri kita, apakah kehadiran kita menjadi sarana persatuan untuk sesama atau malah kehadiran kita selalu dihindari oleh orang lain.Â
Mari kita lihat hidup kita sendiri, apakah kehadiran kita senantiasa dinantikan oleh orang lain, ataukah kehadiran malah menjadi ancaman bagi orang lain.Â
Marilah kita mohon agar kita selalu diberikan rahmat untuk menjadi pembawa kesembuhan bagi orang lain di sekitar kita yang sementara sakit dan menjadi pengobar semangat bagi sesama kita yang sementara putus asa dan putus harapan. Jangan menyerah untuk selalu menghadirkan iman dan kasih Allah kepada sesama! Ingat, iman itu menyembukan, bukan menyakitkan. Ingat juga bahwa iman kita tidak hanya menyelematkan diri kita sendiri, namun juga orang lain.
Semoga demikian.
Dikasihilah Hati Kudus Yesus di seluruh dunia, selama-lamanya.
Fr. Dkn. Martinus Rikiwi Setiaji, MSC.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H