Mohon tunggu...
Althafia Atien
Althafia Atien Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Menulis adalah suatu ungkapan yang bermakna kehidupan yang berisikan keindahan, kendala, dan juga tantangan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Renta Telah Tiada..

8 November 2014   00:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:21 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lemah lunglai sosok orang tua itu..
Geraknya perlahan, langkahnya terdengar agak berat menimbulkan bunyi teratur pada setiap kayuhannya. Suara bergumamnya yang sudah menjadi ciri khas, tidak pernah akan terwakilkan...

Suara lirihnya terkadang memanggil namaku, hanya sekedar untuk menemaninya mengobrol atau menanyakan hal lain, yang membuatnya kurang nyaman.

"Neng...sini dah, mata Baba koq udah saru..nggak ngeliat orang..." Setelah kuhampiri, ternyata hanya kotoran yang menempel di mata dan menghalangi penglihatan beliau.

Setelah kuperhatikan dan kuamati sering kali, beliau hanya butuh perhatian dari orang-orang yang ada disekelilingnya, termasuk aku. Saat aku masih tinggal didekatnya, betapa indah kujalani hidup bersama beliau, dari pagi hari, sebelum akau berangkat kerja..hingga malam harinya..

Enam bulan kutinggalkan, karena memang aku dan keluarga harus pindah, akhirnya kami harus berjauhan. Beberapa kali ku jenguk, tidak ada lagi canda tawa yang terlihat dari wajahnya. Pakaian yang lusuh, rumah yang tidak terurus, dan kesehatannya menurun.

Air mata ini berlinang, karena memang tak sanggup menghadapi apa yang terlihat di depan mata. Betapa tega orang-orang disekelilingnya. Insya Allah, do'anya tentang kematian di dengar oleh Sang Pencipta, walaupun aku tak sanggup mendengar keinginannya itu.

Lebaran haji lalu, di saat orang-orang memakai baju baru dan menikmati keberkahan dan keindahan hari raya itu, beliau hanya duduk di kamar dengan kondisi yang membuatku teramat terpukul.
Kami "benahi" beliau, hingga beliau juga merasakan indahnya berlebaran.

Semua hal yang kami lakukan memang terbatas, mengingat lokasi kami tinggal sudah tidak berdekatan, juga kesibukan yang ada, membuat semuanya begitu sulit, dan tidak maksimal kami lakukan.

Minggu sore kemarin, ada telfon yang mengabarkan beliau sudah berpulang. Posisi kami sedang berada di luar kota. Terperanjatnya kami sekeluarga, rencana yang ada, sudah tidak kami pikirkan, yang ada hanya harus segera pulang menemui beliau. Jangankan rencana indah, oleh-oleh yang kami beli pun sempat tertinggal di lokasi, karena yang ada dalam pikiran kami, hanya beliau..beliau.., dan beliau..

Merasa berdosa, karena aku tak bisa terus menerus menjaganya seperti dulu.
"Maafkan aku ya, Ba.. maafkan aku, juga orang-orang yang telah tega menelantarkanmu.. Sekarang Baba sudah merdeka, sudah ada di tempat yang terbaik sesuai yang Baba inginkan.."

Yap benar, Baba Aji udah gak ada...orang tua itu telah abadi bersamaNya....si Renta telah tiada..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun