Oh.. biarkan aku berjalan ke utara, mendekap mesra seorang pria yang tak terhitung lagi kerut di wajahnya
tanpa sebatang kretek yang tergambar klise
hanya seonggok tubuh renta yang terbujur di atas sampah dan terus mengharap hidup
karena ia berhak untuk hidup
dan jangan pula kau larang aku terbang ke selatan tuk bermain bersama tawa riang bocah kecil yang menangis sendu
ketika inginnya tak lagi terpahamkan
dan hanya tawa bodoh yang didapat, seolah tangisnya adalah lelucon tergila di dunia yang tak lagi waras
dan yang ia inginkan hanyalah kata
kata yang kan ia nyanyikan sendiri
untuknya sendiri
akupun tak peduli sekalipun aku harus tertatih beranjak ke timur ataupun ke barat
sekalipun sekumpulan pria hidung belang berparas manis yang kudapat
dan bukanlah pula aku ini seorang pelacur
Silahkan saja kau perkosa aku
walau dalam tawa bejatmu sekalipun
kau pun juga berhak mereguk manis airmataku
karena Kata-kata mengalir bebas
sepertinya halnya hati dan kehendak
bukan pula untuk dimiliki
dan cukuplah bagiku walau hanya bisa kunikmati
bersama birahi dari setiap hati dan kehendak yang juga ingin merasakan hidup….
(Jakarta, 16 Oktober 2010)
****
salam, dengan kerendahan hati, saya persilahkan jikalau ada yang ingin membuang sampah disini... :)
****
Artikel lainnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H