Mohon tunggu...
Wardatun Nabilah
Wardatun Nabilah Mohon Tunggu... -

Belajar menulis is fun

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Corat Coret Si Gue (Penny Pinchers dan Tadarus Cinta Buya Pujangga)

7 Agustus 2013   08:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:32 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini mata masih malas untuk berpejam (ada nggak ya, kata-kata "berpejam?"). Sebenarnya sudah lewat tengah malam, tapi ya, masih malamlah ceritanya. Pikiran masih belum tentu arahnya, belum ada agenda yang harus dipikirkan. Karena kebiasaan gue nulis diari udah gue buang jauh-jauh ke tengah laut karena trauma (padahal belum pernah ke laut bawa diari), akhirnya gue buka lagi si lepy yang mungkin entah beberapa hari belum gue shutdown, baru gue hibernate atau sleep (pembaca ada yang tahu beda hibernate ama sleep, please, tell me!!!!). Dengan bantuan keyboard yang gue beli karena ngidam abis ama ne benda yang penuh huruf, mengalirlah isi pikiran gue dalam tulisan yang nggak tahu berujung dimana entar. Emmmm (masih mikir kata yang tepat). Emm (masih belum dapat). Nah!!! (udah dapat katanya, yaitu "Nah"!!!). Nah! barusan gue nonton film yang judulnya Penny Pincers atau judul lainnya Many A Little Romance. Nggak tahu ya, kenapa film korea itu namanya nggak cuma satu, kayak sinetron atau film Indonesia tuh, contoh; Alangkah Lucunya Negeri Ini, ya judulnya itu aja, nggak ada nama lain kan? (iya kan?), atau Petualang Sherina, nggak pernah berubah jadi Petualangan Derby atau Petualang Jaka Tingkir. Yang ada mungkin film Indonesia yang berseri, misal; Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2, Get Married 1, 2, 3 ampe 4 kalau nggak salah. Tapi, intinya, nggak ada kan yang 1 film punya 2 judul yang beda (ya iyalah beda, kalau sama ngapain pake 2??). Namun yang menjadi permasalahannya itu sebenarnya bukan judul filmnya, tapi isinya. Isinya bagus banget; Gila, top markotob lah pokoknya. Tentang perjuangan dua pemuda pemudi yang bahasa kasarnya sepasang gelandangan, yang tidak punya pekerjaan. Namun karena semangat kerja keras dari si Pemudi yang mengajak si Pemuda untuk bekerja sama, maka jadilah mereka bekerjadimana pun ada pekerjaan dan menjadi apapun. Sehingga dalam 2 bulan menghasilkan uang berjuta-juta won (mata uang Korea, Won kan??). Dengan tambahan bumbu ini itu, jadilah film ini menjadi penuh lika liku yang berakhir mengharukan dan bahasa anak mudanya "So Sweet". Terus? Cuma mau promosi film? Nggak tahu juga nih. Sebenarnya, gue nulis juga karena gue sumpek. Mau curhat ama siapa juga nggak ada teman. Mau sms, nggak ada yang dekat, telpon apalagi. Akhirnya, beberapa waktu terakhir, sekalipun kebiasan nulis diari udah alhmarhum, tapi gue nggak berhenti nulis. Malahan, sekrang gue sering ikut event menulis, sehingga beberapa diantaranya dibukukan. Pemer? Sombong? Atau caper karena jomblo? Kagak. Gue cuma mau memotivasi aja, bahwa banyak hal yang bisa kita lakukan jika kita mau mencoba dan berusaha. Kayak value yang disampaikan film diatas tadi. Abis kerja, ditabungin tuh duitnya ampe berjuta-juta jumlahnya. Sama halnya dengan perjuangan HAMKA dalam mengrungi samudera kehidupan. Semuanya juga gue ketahui dari baa buku Tadarus Cinta Buya Pujangga. Kalau para pembaca menyelami halaman demi halaman, pasti setiap ritme kehidupan HAMKA dari mudanya membnaa pengaruh besar dalam menjalani kehidupan. Gue salut banget ama kegigihan beliau ketika menuntut ilmu, dan karena khair-akhir ini gue lagi belajar nulis, gue juga belajar dan membaca banyak karya-karya beliau. Sekalipun gue nggak ketemu langsung ama beliau, tapi karyanya begitu hidup dan nggak ada matinya.

13758392261601157855
13758392261601157855
Enak kan? (apanya? kue lebarannya?) Enak kan, kalau ketika kita udah meninggal namun ada karya atau kenang-kenangan hidup yang masih bisa dilihat dan dipelajari ama generasi penerus. Jadi amal jariyah dah tuh. Subhanallah. Nikmat Allah yang mana yang akan kau dustakan. Bersyukur aja dengan apa yang diberi, tentunya dengan usaha juga. Karena kalau nggak bersyukur, nggak bakalan ngerasa dapat apa-apa walaupun gunung emas di depan mata. Udah dulu ya, sepertinya hati sudah lega, plong. Waktunya bubu, nanti sahur kan.... Bye. Moga bermanfaat. Last Ramadhan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun