Mohon tunggu...
Jusman Dalle
Jusman Dalle Mohon Tunggu... Editor - Praktisi ekonomi digital

Praktisi Ekonomi Digital | Tulisan diterbitkan 38 media : Kompas, Jawa Pos, Tempo, Republika, Detik.com, dll | Sejak Tahun 2010 Menulis 5 Jam Setiap Hari | Sesekali Menulis Tema Sosial Politik | Tinggal di www.jusman-dalle.blogspot.com | Dapat ditemui dan berbincang di Twitter @JusDalle

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pariwara TV yang Sarat Makna

25 April 2018   11:12 Diperbarui: 26 April 2018   11:55 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Industri televisi kita butuh asupan TV Commercial (TVC) yang berkualitas nan sarat pesan. Terutama yang punya daya magis membuat pemirsa betah menonton.

Pertanyaanya, TVC kayak apasih yang bikin betah? Simple!
Pemirsa rela pantengin sekian detik. Menonton sebuah TVC sampai tuntas tanpa ganti channel atau tanpa diskip di Youtube.

Jujur saja, hampir semua pemirsa tidak suka iklan. Tayangan yang paling dibenci di TV, pasti iklan. Benar kan?

Di era banyaknya opsi siaran televisi atau materi tontonan di Youtube, sebuah iklan dapat dengan mudah membuat stasiun TV kehilangan pemirsa. Semudah gerakan satu detik jarum jam. Ya, hanya dengan satu sentuhan ujung jari, iklan dapat ditinggalkan bila tidak menarik. Dan itu yang terjadi pada mayoritas iklan kita di Indonesia.

Eits, tapi tunggu dulu. Ternyata ada juga beberapa iklan yang selalu ditunggu-tunggu. Bahkan ditonton bekali-kali. Kuncinya memang pada konten yang sarat pesan. Bukan malah terlalu menonjolkan produk yang diiklankan, dan justru meninggalkan unsur story telling.

Lalu bagaimana dengan iklan-iklan di Indonesia? Meskipun banyak iklan membosankan dan hanya menonjolkan tubuh perempuan atau hal lain yang kurang relevan, tapi saat ini sudah mulai juga muncul TVC yang inspiratif. Punya kekuatan story telling dan sarat pesan.

Terbaru, TVC SCG berjudul “Kembali Untuk Berbakti, Cerita Merantau Empat Bersaudara” berhasil mencuri perhatian saya. Iklan ini saya temukan tayang di Youtube. Saya kira iklan bakal viral.

Melalui TVC tersebut, SCG berhasil mengangkat satu budaya adiluhung Indonesia, yakni tradisi merantau. Dalam balutan story telling yang padat, iklan tersebut diramu menyongsong mudik. Momentum dimana para perantau kembali ke kampung halaman.

Iklan SCG ini menarik. Karena hadir menggugah sisi terdalam perasaan masyarakat Indonesia. Terutama para perantau atau mereka yang ditinggal merantau. Bahwa sebentar lagi, momentum “perayaan merantau” itu mencapai titik klimaksnya. Di hari-hari mudik.

Ada pesan agar kita tetap terhubung kuat dengan keluarga di kampung, terutama dengan orang tua. Sesukses apapun kita di tanah rantau, tetaplah ingat orang tua, berikan yang terbaik untuk mereka.

SCG menggali realitas kultural itu. Iklan ini mengangkatnya ke permukaan. Bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia adalah perantau. Terutama masyarakat urban. Banyak di antara mereka meraih sukses, dengan gelar pendidikan tinggi, menikah hingga berkarir di tanah rantau.

Setelah menanam pesan yang kuat tentang pentingnya mengingat kedua orang tua dan kembali berbakti, barulah dalam beberapa durasi tersissa SCG menyisipkan pesan tentang produk semen mereka yang mengusung nano-technology. SCG mengklaim, teknologi ini menghasilkan efisiensi yang signifikan. Yaitu hemat penggunan semen dengan kualitas kekuatan yang sama, lebih murah, ramah lingkungan, membutuhkan lebih sedikit sumber daya tenaga kerja.

Meski pesan itu tampil menonjol di akhir TVC, namun ia tidak terlihat dominan. Tidak pula mendominasi unsur cerita. Kita tetap dapat menikmati gugahan emosional dalam durasi padat tanpa terganggu display produk SCG.

Menurut saya, di era multi channel, multi platform dan banjir tawaran informasi dan hiburan, kreator iklan perlu melakukan pendekatan radikal dalam meramu sebuah commercial break.

Seperti namanya, jeda komersial. Ia harus mampu membuat kita jeda. Yaitu, istirahat dan bertahan di satu saluran TV dengan tetap menikmati tayangan iklan yang disuguhkan. Bukan malah membuat pemirsa ganti saluran TV atau men-skip iklan tersebut Youtube.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun