Menelusuri kata kunci ‘Podomoro’ atau ‘Agung Podomoro Land’ di kanal news Google, maka deretan berita baru terkait proyek-proyek emiten berkode APLN ini ditampilkan secara organik. Artinya, humas APLN terus melakukan komunikasi positif, selain merecovery brand, juga untuk marketing. Branding dan Marketing adalah dua hal yang tidak sama, namun sudah jamak disinergikan untuk efisiensi, sekali nembak dua target kena.
***
Bila sebelumnya Sari Roti menikmati laba bersih hingga Rp 270 miliar dengan budget Marketing yang tidak besar, hal itu tampaknya harus berubah mulai tahun 2017 mendatang. Perusahaan mesti mengalokasikan budget untuk memoles kembali mereknya yang kini lebam-lebam dan merawat pasar alih-alih berpikir ambisius melipatgandakan nilai penjualan.Â
Ekstra budget (jika harus disebut demikian) demi menjaga agar tidak semakin banyak konsumen yang berpaling ke merek susbtitusi yang siap menyodok di balik tikungan tajam ini.
Sari Roti memang bukan perusahaan kacangan. Di bawah payung Salim Group melalui PT. Indoritel Makmur International Tbk. yang memiliki 31,5 persen saham Sari Roti, perusahaan ini masih saudara dengan Indomaret, KFC, Indocement, Bogasari, Indomie, hingga Suzuki. Artinya, soal pertaruhan untung rugi dan daya tahan finansial, nafas Sari Roti nampaknya masih panjang.
Hanya saja, jika BRAND Sari Roti terus tergerogoti, maka sebesar apapun modal yang diinjeksikan, laksana menggarami air laut. Pengaruhnya tidak signifikan, bahkan nihil.
Brand adalah intangible assest dan sekaligus jantung sebuah produk. Jika jantung tak lagi bekerja optimal, dapat disimpulkan seperti apa akibatnya. Maka yang saat ini harus diselamatkan adalah BRAND.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H