Mohon tunggu...
Jusman Dalle
Jusman Dalle Mohon Tunggu... Editor - Praktisi ekonomi digital

Praktisi Ekonomi Digital | Tulisan diterbitkan 38 media : Kompas, Jawa Pos, Tempo, Republika, Detik.com, dll | Sejak Tahun 2010 Menulis 5 Jam Setiap Hari | Sesekali Menulis Tema Sosial Politik | Tinggal di www.jusman-dalle.blogspot.com | Dapat ditemui dan berbincang di Twitter @JusDalle

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Optimis Membaca Kembali Rangkaian Besar Aksi 212

5 Desember 2016   14:33 Diperbarui: 5 Desember 2016   15:42 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertunjukan busana muslim dalam ajang Indonesia Fashion Week 2015 yang mendaulat Indonesia sebagai kiblat fashion muslim dunia (sumber : liputan6.com)

Aksi Super Damai 212 memang telah usai digelar, namun hingga kini masih semarak menjadi perbincangan. Mulai dari sosial media, ruang diskusi kelompok instant messager semacam WhatsApp, hingga di kafe-kafe, aksi yang dihadiri jutaan umat muslim Indonesia tersebut ramai dibicarakan. Ada yang melihat dari sudut pandang kemampuan mengorganisir massa yang mengagumkan, tanpa ricuh dan bahkan berlangsung heroik di bawah guyuran hujan.

Ada pula yang membahas tentang kesadaran para peserta aksi menjaga kebersihan hingga mendapat pujian dri berbagai pihak, termasuk Dinas Kebersihan Pemprov DKI. Kesadaran kecil dan sederhana yang jika dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari, tentu saja sangat signifikan membantu menjaga lingkungan Indonesia.

Yang tak kalah dinamis, tentu saja diskusi berlatar politik terkait aksi super damai 212 yang sukses menyatukan umat dari berbagai macam bendera tersebut. Memang, nyaris sulit menemukan momentum persatuan umat Islam dari berbagai madzhab, organisasi dan aliran pemikiran, kecuali tampak terang di dalam Aksi Super Damai 212 tersebut. Singkatnya, aksi terakbar dalam sejarah Indonesia itu memendam potensi besar jika energi umat Islam bisa dikelola dan disaluran secara positif.

Aksi Super Damai 212 adalah bagian dari gelombang panjang Islamisasi Indonesia. Menunjukkan semakin kuatnya kesadaran dan gairah masyarakat muslim Indonesia mempraktikkan ajaran Islam. Gejala yang sudah muncul benih-benihnya sejak tahun 1980an dan bermekaran pasca reformasi.

Islamisasi ini telah marak kita saksikan dan rasakan ada dimana-mana. Di ranah entertainment misalnya, satu wilayah yang barangkali dipandang sangat duniawi selama ini. Lihatlah, kini betapa banyak selebriti yang mengenakan hijab sebagai busana keseharian. Sinetron dan terutama film bergenre reliji, mendapat respons positif dari masyarakat. Film Ayat-Ayat Cinta bahkan mencatat rekor sebagai Top 5 film terbanyak ditonton sepanjang masa di Indonesia.

Ranah fashion mungkin ruang paling mudah kita mengidentifikasi bagaimana semaraknya semangat umat Islam menerapkan ajaran agamanya. Jika pada tahun 1990an perempuan berjilbab adalah pemandangan langka, saat ini muslimah berhijab mudah kita temui di berbagai arena kehidupan. Termasuk di dunia modeling yang dulu identik dengan perempuan berpakaian terbuka.

Pertunjukan busana muslim dalam ajang Indonesia Fashion Week 2015 yang mendaulat Indonesia sebagai kiblat fashion muslim dunia (sumber : liputan6.com)
Pertunjukan busana muslim dalam ajang Indonesia Fashion Week 2015 yang mendaulat Indonesia sebagai kiblat fashion muslim dunia (sumber : liputan6.com)
Demikian pula di dunia pariwisata, kita kini akrab dengan istilah halal tourism atau wisata halal. Halal sajian makan minumnya serta halal aktivitasnya. Untuk ini, Indonesia bahkan menjadi nominasi terkuat sebagai destinasi pariwisata halal dunia.

Islamisasi yang menjalar ke berbagai sendi kehidupan masyarakat Indonesia ini, perlahan membentuk wajah baru dalam lanskap ekonomi dan bisnis. Di pasar modal, kini sudah ada opsi saham syariah atau sukuk. Di sektor properti, kini berkembang kluster pemukiman Islami. Mushallah di mall-mall dan hotel, tak jarang kita temukan di tempat strategis, padahal biasanya ditaruh di pojokan atau di lantai bawah tanah (basement) menyatu dengan area parkir.

Perusahaan dan brand-brand besar tidak sungkan memfasilitasi umat Islam untuk melaksanakan keyakinannya. Produk kosmetik hingga susu, kini sudah banyak yang dilabeli sebagai produk khusus bagi muslimah berhijab. Bahkan pengembang sebesar Agung Podomoro Land sekali pun, kini menangkap gelombang Islamisasi tersebut.

Di salah satu pariwara komersial proyek properti Agung Podomoro Land, tepatnya Podomoro Golf View, dengan jelas, tegas serta kontras di tampilkan masjid yang megah dan luas serta berada di lokasi strategis sebagai salah satu fasilitas penting dan mungkin bakal menjadi bangunan ikonik kawasan superblok yang menyasar pasar menengah tersebut. Fasilutas ibadah berupa Masjid, tentu menjadi selling point yang bisa jadi menjadi alasan utama konsumen muslim membeli apartemen Podomoro tersebut.

Fasilitas berupa masjid menjadi konten dari materi iklan Podomoro Golf View (sumber : akun Youtube Podomoro Golf View)
Fasilitas berupa masjid menjadi konten dari materi iklan Podomoro Golf View (sumber : akun Youtube Podomoro Golf View)
Meskipun mengusung konsep oriented transit development atau hunian yang berorientasi pada mobilitas dan transportasi massal dengan berbagai fasilitas modern seperti berdampingan dengan stasiun LRT, deretan kafe di pinggir sungai alami dan fasilitas pendidikan, komunikasi ke pasar masyarakat Muslim tak dilupakan dalam materi iklan Podomoro Golf View.

Ini artinya, perusahana mayor bermodal tak terbatas nominal, melihat betapa menggiurkan dan pentingnya memeprhatikan pasar umat Islam dengan tentu saja mengedepankan kebutuhan mereka untuk beribadah.

Aksi Super Damai 212 hanyalah satu dari rentetan mata rantai tentang wajah baru umat Islam Indonesia yang semakin agamis. Wajah relijiusitas yang kita harapkan dikonversi menjadi kebaikan yang universal. Lalu apa arti semua gejala Islamisasi tersebut? Jawabannya singkat, energi muslim Indonesia yang besar mesti dikelola dengan tepat. Semangat beragama, harus diarahkan, dituntun dan diberi saluran ekspresi agar menjadi lokomotif kebaikan.

Dalam bingkai keindonesiaan, kesadaran beragama ini semestinya menjadikan bangsa kita kian kokoh. Sebab agama tentu membuat pemeluknya semakin baik, ilmu agama  kian membuat bijak menyikapi perbedaan, dan berbagai artikulasi positif lain yang kita semua sudah pahami pasti menjadi ajaran dan anjuran setiap agama.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun