Belum lama ini, iklan Amazon untuk Natal 2016 tentang persahabatan antara seorang Imam (Islam) dan Pendeta (Kristen) yang menunjukkan toleransi beragama, viral di internet. Di dalam iklan tersebut, dua pemuka agama berbeda iman itu saling berkirim hadiah dan berbalas surprise. Tentu saja hadiahnya dibeli dari Amazon, karena ini memang iklan tentang produk dari ritel daring terbesar di jagat maya tersebut.
Saya sendiri menemukan iklan itu terpampang di beranda Facebook yang mulai agak jarang saya buka. Sentuhan human interest yang sangat kental adalah sumber energi utama iklan berdurasi 1 menit 20 detik sehingga menggerakkan jutaan orang untuk membagikan dan merekomendasikan agar ditonton. Juta hati terenyuh, emosi tergugah melihat persahabatan dua pemuka agama yang berbeda keyakinan di tengah kuatnya gejala anti keberagaman ditiupkan, terutama pascaterpilihnya Donald Trump yang dipandang rasis sebagai Presiden AS.
Dalam durasi yang padat, tim kreator iklan mampu mengemas pesan emosional, yang saya kira pasti bisa menyentuh siapapun manusia di planet ini yang merindukan hidup harmonis. Oh iya, jika penasaran silahkan tonton TVC tersebut di sini.
Inilah yang disebut sebagai kekuatan konten. Iklan tidak lagi soal durasi atau mengudara di platform media (tradisional) apa. Iklan masa kini, adalah tentng konten. Terlebih dengan hadirnya media sosial yang faktanya lebih engange, persuasif dan efektif ketimbang membayar mahal beriklan di media-media tradisional.
Sebetulnya, jika digali secara terperinci ada banyak aspek yang dielaborasi untuk menghasilkan konten marketing yang kuat. Di dalam artikel ini, saya akan mengulas poin-poin utamanya saja, yang juga berlatar pengalaman pribadi. Poin-poin ini, telah saya terapkan ketika membuat konten-konten iklan untuk sejumlah klien seperti XL, Bank BTN, True Money dan lain sebagainya yang pernah bermitra dengan saya secara langsung (personal) maupun melalui agensi.
Pertama, konten harus edukatif. Harus diakui, rubrik paling tidak menarik di media : baik cetak, elektronik maupun online adalah bagian iklan. Saking dibencinya, bahkan ada aplikasi adsblock yang bisa kita pasang dibrowser untuk menghalau berbagai jenis pariwara. Ya, iklan memang dianggap menganggu oleh sebagian besar orang. Terutama di Indonesia yang iklan-iklan di media, kita saksikan masih miskin kreativitas.
Memasukkan unsur edukasi, merupakan satu kunci jika ingin iklan anda ditonton, dibaca, dilihat dan disebarkan. Di negara maju dengan tingkat literasi masyarakat yang tinggi, iklan produk kecantikan tidak lagi menonjolkan seksisme dan menjadikan tubuh wanita sebagai objek eksploitasi. Iklan produk kecantikan yang eduktif, berisi informasi tentang kandungan produk kosmetik, bahaya kosmetik berbahan kimia, dan keamanan produk perawatan berbahan utama herbal yang minim dampak kimiawi bagi tubuh.
Dengan konten edukatif, misalnya membeberkan kandungan kimia bahan kosmetik yang berbahaya bagi tubuh, maka kaum perempuan yang sayang pada tubuh mereka akan tergerak membagikan iklan anda di media sosial. Atau mungkin bahkan mengirimkan link video maupun versi cetak iklan itu ke Ibu, kakak dan adik perempuan serta ke teman-temannya. Dengan demikian, iklan produk kosmetik berbahan herbal anda, berhasil mendorong engagement dan viral. Tapi edukatif di sini, harus dijauhkan dari kesan menakut-nakuti ya.
Kunci kedua yaitu konten iklan harus inspiratif. Berbicara soal kekuatan inspirasi, maka anda masuk ke emosi manusia. Itulah rahasia mengapa konten-konten iklan, bahkan tulisan atau foto lepas yang memiliki kekuatan human interest selalu diminati serta kerap kita temukan viral dimana-mana. Inspiratif itu human interest!.
Sepengamatan saya, TVC yang inspratif di Indonesia bisa dihitung jari. Paling iklan rokok dan perumahan. Iklan apartemen Podomoro Golf View misalnya yang menyajikan imajinasi faktual dan realistis tentang modernisme, eksotisme serta dinamisnya hidup di apartemen bekonsep superblock. Inspirasi itu tampak ketika visualisasi iklan menyajikan bagaimana sebuah apartemen di kawasan hijau dilengkapi resto dan café di pinggir sungai alamai bak di Belanda. Jika tertarik, anda bisa mengecek iklannya di sini.
Demikian pula dengan beberapa iklan rokok, yang walaupun ingin menonjolkan sisi maskulinitas dan pria tangguh, namun di beberapa adegan sangat inspiratif. Terutama jika spot iklannya menonjolak keindahan alam Indonesia. Kita seakan menyaksikan iklan pariwisata, padahal yang sedang disajikan adalah iklan rokok. Itulah kekuatan inspirasi, yang sukses menyampaikan pesan secara soft dan memukau.
Ketiga, entertain alias menghibur.Konten yang menghibur tentu saja paramaternya mampu membuat pembaca atau penonton tertawa, paling minimal senyam-senyum. Â Unsur hiburan dalam sebuah konten marketing tak bararti harus kehilangan ruang untuk menyampaikan pesan. Bukankah candaan Cak Lontong efektif menciptakan gelak tawa hadirin, dan kontennya ngena.
“Bapak-bapak tentu tahu merokok itu berbahaya untuk kesehatan. Pesan saya buat Anda para perokok ini cuma satu, jangan takut mati. Karena pasti ada korek. Jadi kalau rokoknya mati tinggal nyalain lagi pakai korek." Joke Cak Lontong tersebut, sangat pas dijadikan iklan layanan kesehatan masyarakat. Mengaitkan rokok dengan kematian. Meskipun kemudian ditutup dengan ending candaan.
Sesederhana itu memasukkan unsur entertain atau hiburan dalam sebuah konten marketing.
Tiga poin di atas, tidak hanya berlaku di dunia bisnis, khususnya marketing. Penulis seperti rekan-rekan Kompasioner pun, mestinya menerapkan tiga kunci itu ketika menulis artikel. Dengan demikian, maka tingkat readership artikel yang kita posting akan semakin besar yang saya yakin akan mendongkrak karier menulis rekan-rekan di masa depan.
Saya perhatikan, puluhan artikel yang saya tulis di online forum berbasis komunitas dan bahkan opini di media online dengan tingkat keterbacaan bahkan ada yang tembus lebih dari 110.000 kali, dan ribuan komentar, terutama karena dalam tulisan-tulisan tersebut sarat unsur emosional tanpa mengesampingkan data dan fakta atau penguatan rasionalisasi. Jika tiga poin di atas dikristalkan lagi, dua kata kunci konten viral yaitu emosional dan rasional sekaligus! Ini juga yang saya terapkan ketika menulis di media seperti Kompas, Republika maupun Tempo. Selamat mencoba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H