Mohon tunggu...
Jusman Dalle
Jusman Dalle Mohon Tunggu... Editor - Praktisi ekonomi digital

Praktisi Ekonomi Digital | Tulisan diterbitkan 38 media : Kompas, Jawa Pos, Tempo, Republika, Detik.com, dll | Sejak Tahun 2010 Menulis 5 Jam Setiap Hari | Sesekali Menulis Tema Sosial Politik | Tinggal di www.jusman-dalle.blogspot.com | Dapat ditemui dan berbincang di Twitter @JusDalle

Selanjutnya

Tutup

Money

Sinergi BUMN-Swasta Perkuat Ekonomi Indonesia

3 September 2016   09:54 Diperbarui: 3 September 2016   10:43 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapapun rezim yang berkuasa, pasti menghadapi defisit APBN. Defisit adalah problem tahunan pemerintah. Sialnya, kini pemerintah Jokowi-JK yang harus menuai getah karena target-target ambisius pemerintah.

Tak tanggung-tanggung, defisit APBN tahun 2016 diperkirakan tembus ke angka Rp 296,7 triliun. Bayang-bayang krisis keuangan eksekutif tersebut bahkan ‘memaksa’ pemerintah mengeluarkan kebijakan tax amnesty yang kemudian menuai kontroversi.Belum ada resep tokcer dan jangka panjang untuk keluar dari masalah keuangan ini.

Pajak memang masih menjadi tumpuan utama penerimaan Negara.  Di dalam APBN-P 2016, penerimaan dari pajak ditargetkan Rp1.355 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp273, 8 triliun yang salah satunya berasal dari setoran BUMN.

Indonesia tercatat memiliki 119 BUMN. Angka ini terbilang sangat besar. Namun sayang, tidak semua BUMN meraup laba dalam operasi tahunannya. Tahun lalu, bahkan ada 118 BUMN yang merugi sehingga operasionalnya harus ditalangi.

Terlepas dari fakta bahwa ada BUMN yang menjadi beban, beberapa diantaranya sangat bisa diandalkan untuk menjadi sumber pundi-pundi penerimaan Negara bukan pajak. Misalnya Pertamina, BRI, Wijaya Karya dan yang lainnya. Persoalannya kemudian, bagaimana pemerintah bisa meramu kebijakan yang berdampak pada peningkatan bisnis BUMN tersebut.

Di sektor industri properti, ada nama-nama besar BUMN. Antara lain WIKA, Adhi Karya, Perumnas dan Pembangunan Perumahan. Namun BUMN ini jangan diadu dengan swasta, alih alih dijadikan mitra strategis dan bersinergi. Mau tidak mau, beberapa sektor industri masih menempatkan swasta sebagai aktor utama.

Baru-baru ini, kita bersyukur melihat salah satu BUMN, WIKA digaet bersinergi dengan perusahaan properti terbesar di Indonesia Agung Podomoro Land. Keduanya bersepakat menggarap proyek low cost apartment Podomoro Golf View (PGV) di Cimanggis dengan nilai Rp 900 miliar.

PGV sendiri merupakan apartemen yang mendukung program 1 juta rumah yang dicanangkan pemerintah. Unit apartemen PGV dijual mulai dari harga Rp 198 juta. Fasilitas yang ditawarkan ala superblock. Akses ke tol dan MRT persis bersisian dengan PGV. Maka tak heran jika PGV menjadi magnet bagi keluarga muda.

Selama ini, kita tahu Agung Podomoro Land banyak menggandeng kontraktor swasta dari luar negeri, terutama Singapura. Langkah baru emiten berkode APLN ini menggandeng WIKA patut kita apresiasi bahwa BUMN dan swasta bisa bersinergi memperkuat ekonomi Indonesia.

Secara bisnis, sinergi BUMN-swasta sudah pasti membawa keuntungan finansial yang ujung-ujungnya berarti kontribusi bagi APBN. Selain itu, BUMN juga dapat mengadopsi keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh mitra swasta mereka. Harus diakui, swasta lebih berpengalaman dan memiliki keunggulan manajemen yang professional karena tidak terikat dengan birokrasi pemerintahan sebagaimana BUMN.

Selain industri di sektor properti, BUMN yang jumlah ratusan itu perlu juga didorong agar masuk dan bersinergi dengan pelaku swasta di sektor industri masa depan. Seperti teknologi dan finansial. Kita memiliki Telkom yang leading di industri telekomunikasi.

Telkom sebagai main actormestinya bersinergi dengan para pelaku ecommerce baik lokal maupun pendatang dari luar. Pertumbuhan ecommerce sangat pesat, artinya di masa depan perusahaan di sektor ini menjanjikan keuntungan finansial menggiurkan. Peluang inilah yang perlu dicermati oleh Tekom selaku BUMN terkait.

WIKA dan Telkom hanya dua dari ratusan BUMN yang kita miliki dengan keunggulannya masing-masing. Selain menjalankan amanat untuk melayani hajat hidup rakyat, BUMN-BUMN ini mesti berpikir strategis agar kontribusinya kepada Negara, khsusunya APBN juga semakin besar. Termasuk melalui sinergi dengan swasta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun