Apa makna dari hal tersebut?
Maknanya adalah ketika kita membaca Alhamdulillahi robbil alamin, maka kita akan berpikir bahwa semuanya adalah ciptaan Allah. Tuhan yang saya sembah adalah Tuhan yang sama untuk agama Kristen, Hindu, Budha bahkan untuk ateis sekalipun. Sebagai sesama ciptaan maka tentu harus saling mengasihi, sebagaimana dalam hal ini Allah tidak ada membeda-bedakan, kecuali dalam hal pencapaian keimanan. Sehingga dengan membaca Alhamdulillahi robbil alamin akan timbul rasa kecintaan, dan kasih sayang karena semua manusia adalah ciptaan Tuhan. Dan ketika kecintaan itu timbul, maka tidak mungkin akan melahirkan kebencian atau kedengkian, sebaliknya akan timbul cinta dan kasih sayang. Inilah dasar kepedulian sosial yang universal yang diajarkan oleh Islam.
Inilah sebabnya mengapa Rasulullah saw, yang memiliki wawasan dan pemahaman paling tinggi terhadap Firman Tuhan, biasa melafalkan lafaz "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam" tidak hanya di dalam shalat wajib saja, melainkan juga dalam shalat-shalat nafal lain yang tak terhitung jumlahnya yang beliau biasa lakukan. Sehingga hati beliau saw dipenuhi oleh rasa cinta kepada semua manusia dan sepenuhnya bebas dari segala bentuk kebencian dan dendam.
Dalam menggambarkan ini seorang Sufi besar Abdul Quddus dari Gangoh mengatakan:
"Muhammad telah naik ke langit tertinggi lalu kembali lagi. Demi Tuhan, aku bersumpah, bahwa Seandainya aku yang mencapai tempat itu, aku tidak akan kembali lagi."
Seperti itulah kenyataan Rasulullah saw, penggambaran gerak turun Rasulullah saw ke bumi adalah suatu gerak produktif dalam masyarakat, ketinggian rohani beliau tidak membuat beliau lupa terhadap sesama, malah semakin tinggi.
Kebaikan Rasulullah saw pun adalah kebaikan universal yang berdasarkan kemanusiaan.
Dalam suatu perjalanan Rasulullah saw berhenti karena melihat ada iring-iringan jenazah yang ternyata berasal dari jenazah seorang Yahudi, sahabat mengatakan bukankah dia Yahudi, Rasullullah saw menjawab:
"Apakah dia bukan manusia? menghormati setiap manusia adalah kewajiban."
Sikap ini, sikap memandang semua sebagai ciptaan ini adalah awal bagi kita untuk bisa mencintai, peduli dan berbuat kebajikan.
Bahkan setelah menjadi Nabi, yang merupakan tanggung jawab dan tugas besar yang tak terbayangkan, Beliau saw mengatakan bahwa siapa saja, kapan saja, baik muslim maupun non-muslim mengajak beliau untuk misi kemanusiaan, maka beliau pasti akan bergabung dengan mereka dalam upaya melayani umat manusia.
Ini adalah teladan beliau, terlepas dari agama apa, jika seseorang dalam suatu kebutuhan apa saja atau berasal dari masyarakat hak mereka terampas, beliau menganggap perlu sekali untuk membantu dan melayaninya. Meskipun menyandang nama besar sebagai Utusan Allah, beliau menganggap hal itu sangat penting untuk bekerja dalam tujuan mulia ini dengan non-Muslim.
Semoga saja masyarakat Indonesia penuh dengan kepedulian dan kebaikan, saling menasehati dan saling tolong menolong dalam suasana cinta kasih. Suatu kebaikan murni yang lepas dari sekat-sekat keuntungan pribadi ataupun politis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H