Jika berkunjung di timur Kabupaten Tanjung Jabung Timur Jambi, tepatnya di sebuah Desa terpencil tumbuh budaya yang berbeda dengan daerah-daerah pesisir Jambi pada umumnya. Desa Simbur Naik yang hampir 99% penduduknya berketurunan bugis. Tentu dengan ini , budaya yang berkembang di Desa Simbur Naik ini tidak bisa lepas dari tradisi budaya dari Sulawesi selatan, namun budaya melayu jambi tetap bisa berjalan seiring dengan tradisi budaya bugis yang dibawa oleh para perantau bugis yang sudah beranak cucu di desa yang pernah dinobatkan sebagai desa lumbung padi [Red.Sesepu Simbur Naik].
Ada yang menarik di desa kelahiran Pak Muhammad Aris Ketua DPRD Kabupaten Tanjung Jabung Timur periode 2015-2019 ini, jika Bulan Suci Ramadhan tiba ada tradisi Arak-arakan Pengantin membangunkan masyakarat sahur  yang selalu di tunggu dan dirindukan oleh masyarakat simbur naik bahkan sangat digemari , banyak pendatang dari kota Jambi atau Riau sengaja datang ke Desa Simbur Naik untuk menyaksikan tradisi arak-arakan pengantin ini.
Tradisi Turun temurun
Menurut beberapa sesepuh Desa Simbur Naik yang sempat kami wawancarai prihal asal muassal arak-arakan pengantin untuk membangunkan makan sahur di bulan suci ramadhan, manurut informasi yang kami dapat, dulu sekitar tahun 1990an untuk membangunkan masyarakat desa Simbur Naik , pemuda-pemuda Simbur Naik mempergunakan bahan-bahan bekas , seperti jrigen, seng bekas,kaleng roti, besi sebagai loncengNya  , sehingga dulu nama tradisi ini disebut dengan"mabbangun masak" .
Seiring berkembangnya zaman, dari tradisi bangunin masak sahur dengan bahan-bahan bekas bergeser menggunakan sound system yang sudah dirakit diatas gerobak, sehingga jauh lebih modern dan kreative, bahkan sekarang pemuda-pemuda desa simbur naik dalam membangunkan sahur dibulan suci ramadhan menghiasi 2 pemuda dengan pakai pengantin sama persis dengan pasangan pengatin yang di arak mengelilingi desa simbur naik, tentu bukan pengantin beneran tapi pengantin seru-seruan agar masyarakat desa Simbur Naik khususnya ibu-ibu semangat untuk bangun memasak sahur ramadhan.
Persiapan yang dibangun oleh para pemuda-pemuda desa simbur naik yang mengeluarkan arak-arakan pengantin mengelilingi desa Simbur Naik, tentu membutuhkan kekompakan dan persatuan pemuda, ada yang mempersiapkan soundsystem, propherty lain yang dibutuhkan dan lebih serunya ada pemuda yang harus di dandanin dengan dandan pengantin perempuan [untuk seru-seruan], disini kita bisa lihat betapa semangatnya pemuda mengeluarkan arak-arakan pengantin untuk membangunkan sahur masyarakat Simbur Naik, dana yang digunakan untuk sewa baju pengatin dan make up dipungut seikhlasnya dari masyarakat setempat, semua dusun di desa simbur naik antusias dalam mengeluarkan arak-arakan pengantin demi menunjukkan eksistensi pemuda di masing-masing dusun di Desa Simbur Naik.
Semoga tradisi seperti ini dapat menjadi sebuah tradisi yang positif dalam membangun karakter pemuda Simbur Naik, tradisi yang membangun semangat persatuan dan kekompakan serta kreativitas pemuda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H