Ketika seseorang menunjukan kesetiaan kepada Anda, Anda ingin menjaga orang itu untuk bersama-sama dengan Anda dalam jangka waktu yang lama. Jika seseorang bahkan teman Anda di komunitas kecil Anda, tidak menunjukan kesetiaannya, maka Anda tidak perlu buang-buang waktu untuk menjadikan dia teman Anda dalam jangka waktu yang lama.
Di sebuah perusahaan roti, ada seorang karyawan sudah bekerja lebih dari 20 tahun. Sepatutnya orang ini telah menunjukan kesetiaannya. Sebaliknya manajemen juga menunjukan dukungannya pada dia. Tapi kenyataan tidak begitu. Di Palembang ini, seorang karyawannya sebut saja Ika, telah mengalami hal yang sebaliknya. Manajemen memperlakukan dia seperti nila setitik di susu sebelanga, karena ia memimpin demo karyawan.
Apa yang dilakukan oleh seorang karyawan yang setia?
Dasar Dari Kesuksesan Bukan Kesetiaan
Di tahun ke-21 bekerja, Ika bergabung dengan serikat pekerja lokal. Dengan dorongan beberapa teman serikat pekerja, Ika punya keberanian memimpin teman-teman karyawan untuk menyuarakan kebenaran; Mengenai tidak diterimanya upah minimum, jam kerja yang terlalu panjang, lemburan tanpa upah lembur dan lain sebagainya. Yang penting aturan pemerintah diikuti, hingga karyawan bekerja dengan tenang.
Di dalam pikiran Ika, dasar dari kesuksesan menjadi karyawan adalah kesetiaan pada perusahaan; Setia dalam bekerja, setia pada teman-teman, setia dalam menyampaikan kebenaran. Namun tidak begitu cara berpikir perusahaan. Dasar dari kesuksesan adalah keuntungan perusahaan. Penting agar seorang pemimpin berpihak pada perusahaan, bukan kebenaran atau kesetiaan.Â
Apa itu kepemimpinan?
Kepemimpinan Bukan Tentang Posisi.Â
Kepemimpinan bagi Ika adalah tentang dampak dan inspirasi, bukan berpihak pada perusahaan. Itulah yang dipercaya Ika sekarang. Ika percaya setelah hidupnya lebih dari dua dekade di perusahaan yang sama, ia harus mempunyai dampak penting. Ika bertekad tindakannya harus menginspirasi rekan-rekannya, yang selanjutnya juga untuk kepentingan perusahaan, bukan masalah posisi manajerial.
Tindakan kecil dilakukan oleh Ika adalah beberapa kali mengajak wakil perusahaan duduk bersama untuk meninjau semua perselisihan di atas. Ajakan ini tidak pernah ditanggapi. Karena tidak ditanggapi, Ika membuat tindakan lanjutan, demo damai. Tujuannya hanya satu agar perundingan bipartit dapat berjalan. Di dalam hati Ika, demo adalah bentuk kepedulian pada sesama karyawan. Kepemimpinan adalah kepedulian. Tapi kali ini ternyata dampaknya besar.
Apa dampak kepedulian pada sesama karyawan?
Peduli Pada Sesama Karyawan, Tanggung Risikonya.
Bila ada karyawan yang percaya bahwa peduli pada sesama karyawan itu penting, maka berarti ia harus menanggung resiko tidak dipercayai perusahaan. Hanya ada garis tipis atau area abu-abu antara kepedulian dan pertentangan dengan perusahaan.Â
Pikirkan diri sendiri, hindari resiko, jangan tinggalkan pengaruh buruk, semua itu yang diharapkan perusahaan. Ika pikir ia harus melakukan hal di atas, karena itu ia melakukan demo. Sekalipun demo damai dan demo kecil-kecilan, tak ada perusahaan yang suka. Apalagi demo ini dilakukan di hari kerja Ika dan dampaknya adalah Ika tidak masuk kerja. Tentu saja perusahaan memendam kemarahan. Dengan dasar Ika tidak masuk kerja, maka Ika menanggung resikonya. Perusahaan memberinya sanksi berupa SP 2.Â
Apa ada kelanjutan SP ini?
Mengalami Hari Yang Buruk, Berpikir Tentang Karyawan Yang Buruk
Setelah itu pandemi melanda dan perusahaan mengalami hari yang buruk. Di masa pandemi lalu, membuat perusahaan mengalami hari-hari pahitnya roti yang tidak terjual. Penjualan menurun drastis, hingga perusahaan menutup sejumlah tokonya. Dari sebelum pandemi, perusahaan menjalankan 15 toko, sekarang sudah menutup 12 toko.
Salah siapa toko tutup? Bukan salah karyawan, tapi dengan adanya demo yang dipimpin oleh Ika, perusahaan langsung berpikir akan karyawan berkinerja buruk, si Ika. Dengan adanya demo, perusahaan makin sulit menjual rotinya secara normal; dan ini gara-gara Ika. Akhirnya perusahaan mengambil keputusan, karena kerugian yang terus menerus, maka perusahaan merumahkan Ika.Â
Dirumahkan, seharusnya ditanyakankah?
Karyawan Bijak, Belajar Tak Bertanya
Teman-teman serikat mendorong Ika bertanya; Bertanya pada manajemen atas nasibnya dan teman-temannya. Orang bertanya adalah orang yang lebih bijak. Namun tidak sesungguhnya benar di lapangan.Â
Sejak dirumahkan dan bertanya atas kejelasannya, Ika tidak pernah dipanggil masuk lagi dan gajinya tidak dibayar sejak ia dirumahkan. Karyawan lain yang tidak bertanya, ada yang kembali dipanggil masuk. Mereka tidak mempertanyakan apa-apa, menurut terus atas petunjuk perusahaan. Mereka merasa bijak dengan tidak bertanya.
Namun Ika tidak, sebagai pemimpin Ika menuntut gajinya atau pesangon bila perusahaan memang melakukan PHK.Â
Maukah perusahaan memberi pesangon?
Sekali Lancung Ke Ujian
Perusahaan menolak memberi pesangon. Alasannya, Ika pernah lancung ke ujian, mengganggu aktivitas produksi roti, kena SP dan karenanya perusahaan menderita kerugian, maka PHK Ika dianggap sebagai tindakan mendesak dan sudah sesuai pasal 52 PP 35.Â
Bagaimana menurut hakim?
Hukuman Adalah Keadilan Untuk Yang Tidak Adil
Menurut hakim, perusahaan seharusnya tidak boleh memakai pasal tindakan mendesak, karena tindakan Ika bukan kesalahan besar. Pemberian SP atas kesalahan Ika, sudah benar dan keputusan merumahkan juga sudah benar.
Tampaknya pemberian SP 2 karena Ika ikut demo itu berguna. Tapi saat itu akan lebih berguna bila perusahaan mendapati kesalahan lain (dan kesalahan itu tidak mengada-ada), lalu memberi SP 3, karena perusahaan dapat mengurangi nilai pesangon Ika.
Namun keputusan melakukan PHK logika hakim adalah karena mencegah kerugian lebih lanjut atau efisiensi karena pandemi, bukan karena kesalahan Ika. Karena itu PHK harusnya berdasarkan pasal 43 dan perusahaan harus membayar 1 kali ketentuan.
Bila keputusan perusahaan adalah PHK karena tindakan Ika, maka logikanya salah. Logikanya adalah perusahaan melakukan evaluasi dulu. Harus ada peraturan perusahaan yang dilanggar atau harus ada hasil evaluasi kinerja yang menunjukan bahwa Ika bekerja dengan buruk. Karena itu sudah tepat perusahaan dihukum atas keputusannya yang tak adil. Perusahaan harus memberi pesangon Ika, bukannya sewenang-wenang mem-PHK tanpa pesangon.
Apa demo itu salah?
Saat Cahaya Kebenaran Tak Terlihat
Sebenarnya di depan hakim, Ika dapat membantah bahwa SP itu tidak sah. Demo yang Ika lakukan itu didasari oleh undang-undang menyampaikan pendapat di muka umum. Ika dapat menolak teguran dan SP atas dasar membela hak melakukan aksi demonstrasi untuk memperjuangkan hak-hak yang mestinya dipenuhi sesuai dengan peraturan upah minimum. Ika sudah benar melakukan demo damai dalam rangka menyampaikan pendapat secara lisan yang memungkinkan di muka umum.
Bila Ika melakukan pembelaan ini dan menang, ia dapat memperoleh nilai pesangon jauh lebih besar di era undang-undang ketenagakerjaan. Namun di era undang-undang cipta kerja sama saja.
Akhirnya apa itu kepemimpinan?
Ketika cahaya kebenaran tak terlihat, biarlah kehangatannya tetap dirasakan. Kepemimpinan adalah tentang membuat kehangatan kebenaran terasa. Paling tidak dampak kepemimpinan Ika sudah bermanfaat untuk karyawan lain. Paling tidak upah minimum, jam kerja terlalu panjang, atau lemburan tanpa upah, pernah diperhatikan oleh perusahaan. Dalam cuaca cerah, pemimpin siap untuk meleleh. Ika-pun meleleh dalam berjuang untuk kebenaran.
Sumber dari putusan nomor 3/Pdt.Sus-PHI//2023/Pn.Plg.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H