Konfusius berkata hidup ini mudah, tapi banyak orang membuatnya sulit. Mungkin Anda tak setuju. Konfusius dilahirkan 400-500 tahun sebelum masehi. Tentu saja tahun itu memang tampak mudah. Waktu itu tampaknya hidup bergantung pada takdir. Mereka yang dilahirkan bebas merdeka atau ditakdirkan menjadi budak. Bagi Konfusius yang orang tuanya pejabat di ketentaraan, hartanya banyak dan kekuasaan ayahnya besar, hidup tampak mudah. Coba saja ia dilahirkan sebagai budak.
Sebut saja Ito di Palembang yang dilahirkan bukan di keluarga pejabat, hartanya tidak banyak dan kehidupannya amat sangat sederhana. Ia bekerja di perusahaan yang memproduksi seng. Karirnya dimulai dari operator mesin produksi. Kemudian pindah-pindah sampai akhirnya menjadi kurir pengganti. Apapun ia kerjakan, sampai sudah 5 tahun di perusahaan itu.
Tiap Pagi, Bangun dan Ingat untuk Mensyukuri Hal-Hal Sederhana.
Meski sudah lima tahun bekerja, Ito tetap saja tidak diangkat menjadi karyawan tetap. Ia dianggap sebagai buruh harian lepas; upahnya di tahun 2022 ini delapan puluh ribu sehari. Sekalipun pekerjaan operator mesin penghasil seng di pabrik seng bukan musiman dan memang sifatnya tetap, Ito tidak pernah dianggap pekerja tetap. Tidak apa, setiap bangun pagi, Ito tetap bersyukur dapat terus bekerja di perusahaan ini. Ketika Ito antusias dengan apa yang ia lakukan, ia merasakan energi positif.
Namun hidup itu tetap turun naik. Suatu ketika ia jatuh sakit sampai dua puluh hari tidak bisa masuk kerja. Di suatu pagi, Ito bangun dan mimpi buruk yang tak pernah ia inginkan, terjadi. Saat tiba di pabrik. Kepala personalia bilang Ito tidak usah masuk lagi. Ito tidak disukai manajemen karena sering bolos, walau Ito beralasan tubuhnya akhir-akhir ini sering sakit. Tapi Ito tak dapat pesangon karena bukan karyawan tetap, dan bukan siapa-siapa.
Biar Bagaimanapun Seseorang Berubah
Perjalanan Ito sampai saat itu bukanlah perjalanan dengan kemajuan yang sederhana. Ada banyak pasang surut kehidupan. Apa yang Ito pelajari selama 5 tahun itulah yang membantu membentuk Ito, menjadi seorang yang pantang menyerah.
Sekalipun hanya menerima upah minimum, Ito mencari keadilan melalui pengacara. Pembelaannya singkat dan padat. Sebagai orang sederhana, Ito tidak pernah meminta lebih dari yang diberikan perusahaan.
Saat perusahaan tidak mau Ito lagi, tidak apa-apa Ito ikhlas. Ito hanya hak-haknya dipenuhi.
Bukankah seharusnya ia mendapatkan hak pesangon sesuai ketentuan? Cukup sesuai pasal 52 peraturan pemerintah nomor 35 hanya 0,5 kali, karena manajemen menganggapnya melanggar peraturan perusahaan dengan dua puluh hari tidak masuk kerja.
Sebenarnya Ito dapat menuntut menggunakan pasal 153 undang-undang ketenagakerjaan, bahwa saat sakit ia seharusnya tidak di PHK.
Jawaban manajemen: Tidak! Ito tak berhak atas pesangon, karena ia berstatus buruh harian lepas dan bisa sewaktu-waktu di PHK.
Apalagi saat ini Ito tidak disiplin. Karena ada saja kalanya ia tidak masuk dalam bulan-bulan terakhir bahkan sampai begitu banyak. Ito tak dapat diandalkan, tak mungkin sukses di pabrik ini, karena itu harus dipecat. Untuk apa manajemen memberi pesangon orang tak disiplin?
Sukses Adalah Beberapa Disiplin Sederhana, yang Dilakukan Setiap Hari.
Sebenarnya sukses dengan melakukan beberapa disiplin sederhana dapat diterapkan pada kebanyakan orang yang berkecukupan. Cukup terpelajar, cukup gizi, cukup tenang menjalani hidup. Tentu tidak pada Ito yang sedang kurang sehat.
Tidak ada jawaban yang mudah, tetapi ada jawaban sederhana. Kita harus memiliki keberanian untuk melakukan apa yang kita tahu benar secara moral. Perhatikan status Ito, lima tahun bekerja sebagai buruh harian lepas tanpa pernah diangkat menjadi pegawai tetap. Pekerjaan operator mesin seng di pabrik yang memproduksi seng. Apakah status itu cocok untuk Ito? Jika Anda berpikir sama seperti perusahaan, maka Anda belum berpikir. Jawaban sederhananya: tidak!
Berpikir Itu Sulit, Itulah Sebabnya Tak Banyak Orang Berpikir
Buruh harian lepas seharusnya bila pekerjaannya selesai dalam 21 hari dalam sebulan dan paling banyak 3 bulan. Ini berdasarkan pasal 10 peraturan pemerintah nomor 35. Selain buruh harian lepas, ada juga karyawan kontrak.
Karyawan kontrak bila pekerjaannya bersifat jangka pendek, atau bersifat musiman, atau baru saja diciptakan. Keduanya bukan sifat pekerjaan yang dilakukan Ito. Bila pekerjaannya sudah 5 tahun dan berkaitan dengan usaha utama perusahaan, maka seharusnya karyawan tersebut tidak berstatus buruh harian lepas. Apalagi Ito bekerja 6 hari seminggu.
Dengan posisi buruh harian lepas, tak banyak orang berpikir status mereka seharusnya dapat menjadi pegawai tetap; Bukan saja karena berpikir itu sulit, tapi juga berpikir itu menakutkan. Mereka takut untuk mempertanyakan kebijakan manajemen. Jangan-jangan dengan menanyakan seperti itu, mereka akan dikenakan sanksi. Sudah bagus mereka diberi kesempatan bekerja, belum tentu mereka diterima bekerja di tempat lain, mengapa mereka harus melawan?
Di Mana Keadilan Ditolak, Disana Kemiskinan Ditegakkan
Di daerah itu di Palembang, di lapisan masyarakat itu, disitulah ketidaktahuan merajalela. Di mana satu kelas manusia dapat terorganisir untuk terus menerus lebih berada, jauh dari semua kelas di sekelilingnya.
Syukurlah akhirnya hakim memutuskan tentang Ito, sesuai permintaan Ito dan sesuai rasa keadilan. Hakim memutuskan permohonan Ito diterima dan keberatan perusahaan ditolak. Sekalipun Ito berstatus buruh harian lepas, dengan semua sifat pekerjaannya, Ito seharusnya di mata hukum berstatus pegawai tetap.
Setiap Langkah Menuju Hidup Yang Lebih Besar
Hidup Ito terakhir Ini merupakan perjalanan roller coaster, naik turun. Banyak dari kita seperti itu. Tetapi kita harapkan Ito telah tumbuh dan belajar banyak tentang hidup ini. Hal terhebat adalah Ito dapat menang di depan pengadilan. Seharusnya kehidupan Ito menyentuh kita untuk menjadi orang yang lebih baik. Melakukan tindakan lebih murah hati terhadap mereka yang tidak beruntung.
Paling tidak saat Anda menjadi orang yang berstatus lebih baik dari Ito, ayolah berterima kasih.
Bila hidup Anda sama seperti Ito, ketahuilah bahwa setiap langkah dan setiap tantangan adalah untuk mencapai hidup yang lebih besar dan lebih baik dari situasi Anda saat ini.
Sumber dari putusan nomor 200/Pdt.Sus-PHI//202/Pn.Plg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H