Mohon tunggu...
Juru Martani
Juru Martani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

@jurumartani.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pangkat Jenderal, Cara Berpikir Kopral?

18 Juni 2014   13:58 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:17 3408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14030488081726340566

Tegasnya begini, khusus terkait masalah HAM yang melibatkan Prabowo, selama tidak ada keputusan final dari Mahkamah Militer yang menyatakan bahwa Prabowo terlibat, maka tak boleh siapa pun membuat pernyataan sendiri termasuk mantan Jenderal sekalipun. Satu satunya lembaga yang berhak mengadili Prabowo adalah Mahkamah Militer.

Pantaskah bila kemudian para purnawirwan Jenderal itu membuka aib Prabowo di masa lalu? Bukankah mereka dulu juga berada pada kesatuan yang sama ? Bukankah dulu Prabowo adalah anak buah mereka juga? Di manakah Jiwa Korsa (L’ESPRIT DE CORPS) yang telah tertanam pada diri mereka yang telah mengkristal menjadi janji suci untuk melindungi sesama anggota TNI?

Mengapa semasa mereka masih aktif tidak segera melimpahkan kasus ini kepada Mahkamah Militer, bila ini adalah masalah yang sangat krusial dan mendasar? Mengapa setelah bertahun tahun berlalu, sekarang diangkat lagi bahkan di ‘blow up’ di berbagai media, sementara Prabowo kini tengah berada dalam masa kampanye untuk dicalonkan sebagai Presiden? Bukankah ini secara langsung ataupun tidak langsung akan menjatuhkan kredibilitas Prabowo dimata masyarakat yang nota bene tidak banyak tahu tentang rahasia di tubuh TNI? Terus terang, penggunaan cara cara seperti ini sungguh tidak adil dan sangat memalukan, apalagi dilakukan oleh mantan petinggi TNI.

Bila memang tak lagi mampu menolong, cukuplah mereka diam. Tak perlu memberi pernyataan kepada publik dengan dalih untuk mencerahkan pengetahuan masyarakat. Apalagi bercerita tentang fakta terkait dokumen Rahasia Negara. Ini benar benar tak pantas dilakukan oleh seorang purnawirawan berpangkat Jenderal.

Di sisi lain, ada pula yang memberi pernyataan kepada publik mengenai perilaku tidak terpuji Capres Jokowi semasa menjabat sebagai Gubernur DKI. Pernyataan yang terlalu dangkal dan tidak didukung dengan bukti-bukti akurat, hanyalah pepesan kosong. Seorang Purnawirawan Jenderal, telah lupa bahwa dirinya mantan Jenderal. Menyampaikan opini kepada masyarakat hanya berdasarkan cerita atau curhat atau curcol mantan anak buah atau koleganya, sungguh perbuatan yang tidak selayaknya dilakukan oleh seorang mantan Jenderal.

Hal-hal seperti ini bukannya mencerahkan, malah sebaliknya menimbulkan persepsi yang salah dan bisa merusak kredibilitas Calon Presiden.

Untuk itu, marilah kita sama-sama merenungkan kembali atas semua yang telah kita lakukan. Kembali menggunakan cara berpikir yang proporsional dan rasional, dan tidak serta merta memanfaatkan momen kampanye ini untuk menjegal lawan politik dan membela secara membabi buta Capres yang dudukungnya.

Saya menulis ini sama sekali bukan bermaksud membela siapa pun atau menyerang siapa pun. Yang saya bela adalah kebenaran, dan niat saya menulis, hanyalah sekedar meluruskan bila ada yang saya rasa menyimpang, semampu saya dan sesuai kapasitas yang saya punya.

Sebab saya hanyalah rakyat biasa, bukan siapa siapa dan tak punya kekuasaan apa-apa. Namun selagi saya bisa, saya akan berusaha memberikan sesuatu yang, semoga bisa bermanfaat bagi orang lain.

Salam

ilustrasi gambar : amywhodoesreviews.wordpress.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun