Mohon tunggu...
Jurry Hatammimi
Jurry Hatammimi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

meminati entrepreneurship dan marketing khususnya marketing communication

Selanjutnya

Tutup

Money

Catatan Perjalanan Penang..

15 Juli 2011   00:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:40 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan 4 hari ke Penang, Malaysia yang baru lalu, saya anggap juga sebagai studi banding kecil-kecilan. Alhamdulillah hasil perjalanan membuahkan beberapa hal yang menginspirasi saya :

1. Promotion is the best weapon..

Begitu banyak media promosi pariwisata terutama di internet yang bersumber dari swasta, organisasi nirlaba, dan pemerintah Malaysia yang berisi informasi tentang suatu hal/tempat/kegiatan di Penang yang baik/indah/enak, yang setelah didatangi aslinya ternyata tidak semenarik promosinya. Misalnya cendol, mereka promosikan dengan foto yang menarik, kata-kata yang indah, info kendaraan menuju ke lokasi penjual, lengkap dengan review & testimoni. Padahal, rasa cendol pedagang keliling di Indonesia jauh lebih enak daripada cendol terenak di Penang. Ini benar-benar tentang promosi…

2. Original means value..

Rumah-rumah tua di Penang dipelihara dan diberi insentif pajak (menurut informasi penduduk setempat) sehingga tidak berubah bentuk dasarnya sampai sekarang. Hilangnya pendapatan pemerintah karena pemberian insentif pajak tersebut, tergantikan dengan dijadikannya kawasan bangunan tua tersebut sebagai kawasan world heritage dari UNESCO yang menjadi sumber pemasukan dari sektor pariwisata. Jika dibandingkan, sepertinya bangunan tua di Indonesia relatif lebih banyak. Tetapi kelestariannya…. ????

3. Public transportation orientation for guest serving..

Moda transportasi umum yang pasti, bersih, manusiawi, tepat waktu, disiplin, dan profesional. Untuk kota sekelas Penang, angkutan umumnya jauh lebih baik dibandingkan dengan angkutan umum di Jakarta yang ibu kota sebuah negara. Karena berorientasi untuk melayani pendatang, semua aspek diperhatikan supaya pendatang tidak kesasar dan mudah mencapai tujuan, termasuk mudah berganti trayek. Beberapa yang bisa dicontoh antara lain :


  • Memiliki tempat pemberhentian khusus, sehingga tidak berhenti di sembarang tempat yang bisa menimbulkan macet (hal ini baru ada di Trans Jakarta, Trans Pakuan Bogor, Trans Metro Bandung, dan Trans Jogja),
  • Waktu keberangkatan yang pasti, bahkan hal ini diumumkan di website mereka.
  • Memiliki fasilitas informasi alternatif trayek menuju tempat tertentu pada website. Kita tinggal input nama jalan asal & nama jalan tujuan kita. Kemudian akan muncul alternatif nomor trayek bus, berhenti dimana, atau berganti dengan trayek nomer berapa.
  • Memiliki fasilitas naik turun bus & tempat di dalam bus untuk orang berkursi roda
  • Ada fasilitas tiket terusan dengan harga ekonomis yang bisa dipergunakan untuk semua trayek secara gratis dalam jangka waktu 7 hari. Hal ini tentunya menjadi benefit tinggi bagi turis, terutama budget traveler :)
  • Supir merangkap sebagai tourist information, yang tahu tempat-tempat wisata & siap memberi info + menunjukkan lokasi berhenti terdekat dengan tempat wisata tersebut dalam Bahasa Inggris.


Beberapa hal tersebut tentu kontradiktif dengan kondisi angkutan umum di Indonesia. Di Indonesia, jangankan rute trayek, nomor trayek yang seharusnya terlihat jelas saja banyak yang hilang. Belum cat mobilnya yang tidak sesuai dengan cat khusus trayek tersebut. Tidak heran banyak pendatang yang kesasar. Ujung-ujungnya, pendatang jadi malas untuk datang lagi di kemudian hari.

Pola pikir perencanaan transportasi umum seharusnya diubah. Transportasi umum bukan hanya untuk masyarakat lokal saja, tetapi juga berorientasi kepada pendatang. Jika transportasi umum sudah bisa diandalkan oleh pendatang/turis, tentu semakin banyak pendapatan dari sektor pariwisata.

4.  Tall building for home, the rest of the land for business..

Kemanapun berjalan, banyak ditemui bangunan rumah susun. Dari yang kelasnya kondominium sampai yang rumah susun sewa. Kesadaran penduduk Malaysia untuk tinggal di rumah susun ternyata membawa dampak ekonomi yang besar. Diantaranya :


  • Banyak lahan yang tidak terpakai oleh perumahan yang bisa dimanfaatkan sebagai lahan untuk usaha. Karena bagaimanapun, rumah berposisi sebagai barang komsumtif.
  • Pemeliharaan lingkungan menjadi lebih mudah karena terkoordinasi untuk setiap gedung rumah susun,
  • Secara estetika terlihat lebih rapi & mengurangi kekumuhan masal


Malaysia yang penduduknya lebih sedikit saja pembangunannya sudah “ke atas”, kenapa kita yang penduduknya lebih banyak, pembangunannya masih “ke samping”.

5. Real equal opportunity...

Jaminan kesetaraan bagi semua etnis untuk berkehidupan yang layak. Bukan hanya  sekedar sebuah pujian atas kerukunan beragama semata seperti yang diberikan kepada Indonesia. Di Malaysia, kita dapat dengan mudah menjumpai warga dari etnis china, india, melayu bekerja di semua bidang dan posisi. Angkatan perang, polisi, pegawai negeri sipil, hakim, menteri, kepala daerah, dan lain-lain bisa dimasuki oleh semua etnis.

Mudah-mudahan beberapa hal tersebut dapat memberikan pandangan lain. Tidak ada salahnya untuk belajar dari "mantan murid" kita selama bisa menjadi manfaat bagi kita dan anak cucu kita. Semoga..

tulisan ini adalah repost dari http://jurryhatammimi.wordpress.com/2011/02/05/catatan-perjalanan-penang/

My Profile read other post

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun