Mohon tunggu...
Putri Septianingrum
Putri Septianingrum Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta jurusan Teknik Grafika dan Penerbitan, program studi Penerbitan (Jurnalistik). Staff of Human Resources (HR) BO GEMA.

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Flexing di Media Sosial: Mencari Atensi Publik

3 Juli 2024   14:16 Diperbarui: 3 Juli 2024   14:27 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi flexing hidup mewah (Foto: Pexels)

Kasus mahasiswi KIP-K yang pernah menjadi pembahasan hangat di media sosial, lantaran memamerkan gaya hidup mewah atau bahasa gaulnya flexing, di akun media sosialnya. Postingannya di media sosial mengundang kritik dan pertanyaan tentang kelayakannya untuk menerima bantuan pendidikan yang ditujukan untuk siswa yang tidak mampu. 

Istilah "flexing" ini banyak digunakan untuk orang yang mencari atensi atau haus akan validasi. Menurut Ibrahim (dalam Nursaniyah, 2022) seseorang yang senang melakukan flexing menandakan adanya kepribadian narsistik di dalam dirinya. Mereka akan mengharapkan imbalan berbentuk pujian atau kritik, serta menganggap kedua hal tersebut sesuatu yang menguntungkan untuk dirinya. 

Motif flexing di media sosial: 

1. Mencari Pengakuan 

Mencari pengakuan dan validasi dari orang lain adalah hal yang umum. Biasanya, mereka ingin menunjukkan bahwa mereka berhasil, bahagia, dan memiliki kehidupan yang lebih baik. 

2. Menutupi Rasa Insecure 

Biasanya mereka yang sering melakukan flexing di sosial media atau di kehidupan nyata, ingin menunjukkan bahwa mereka memiliki kehidupan yang lebih baik daripada orang lain, meskipun kenyataannya mungkin tidak demikian. 

3. Membangun Personal Branding Flexing dapat menjadi strategi untuk membangun personal branding bagi beberapa orang. Mereka ingin dikenal sebagai orang yang sukses, kaya, dan memiliki gaya hidup mewah. Ini dapat membantu mereka dalam karir, bisnis, atau bahkan dalam mencari pasangan. 

Adapun dampak negatif dari flexing itu sendiri, sebagai berikut: 

1. Menimbulkan Pertanyaan dan Kecurigaan: Flexing, terutama bagi orang-orang yang kurang mampu, dapat menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana mereka menjadi kaya. Hal ini dapat menyebabkan spekulasi negatif dan bahkan penyelidikan. 

2. Menimbulkan Kecemburuan dan Kebencian Flexing dapat membuat orang lain iri dan benci, terutama mereka yang tidak memiliki kemewahan dan kekayaan yang sama. Ini dapat menyebabkan komentar negatif, intimidasi, dan bahkan cyberbullying. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun