Sejak kemunculnya di blantika hiburan lewat film "Untuk Rena" (2003), saya mengapresiasi Maudy Ayunda sebagai pendatang baru di dunia hiburan sebagai bintang film. Â Selanjutnya memang kiprah perempuan kelahiran 19 Desember 1994 di dunia film cukup menjanjikan.Â
Saya memberikan catatan pada kiprah Maudy di dunia film, di antaranya sebagai Kugy dalam film Perahu Kertas  baca:  Review Film Perahu Kertas Pencarian Jati Diri   dan Review Film Perahu Kertas  2.Â
Begitu juga sebagai Ainun dalam film "Habibie dan Ainun 3" (2019) baca: Habibie dan Ainun 3: Kisah Ainun Muda. Â yang merupakan tantangan berart bagi Maudy sebagai cewek muda 1950-an, serta Jeng Sri dalam "Losmen Bu Broto", yang menurut saya merupakan aktingnya terbaik di antara belasan film yang dibintanginya.
Maudy juga terjun ke dunia tarik suara.  Dia membawakan lagu soundtrack dari film-filmnya  dan yang paling terbaik membawakan lagu "Perahu Kertas" yang agak sulit dikalahkan penyanyi, di antaranya oleh debutan Fatin pada masa itu.  Tentu saja juga ketika melantukan lagu "Kamu dan Kenangan" soundtrack "Habibie dan Ainun 3".  Lagu-lagu ini sontak populerkan.
Tetapi bagaimana dengan lagunya sendiri, saya memberi catatan pada album pertamanya "Panggil Aku Maudy Ayunda" Â ketika masih remaja, kesannya pas pada usianya dan untuk generasinya. Baca: Panggil Aku Maudy Ayunda. Â
Terkecuali lagu-lagu untuk soundtrack, lagu-lagu lain seolah tenggelam oleh gegap gempita penyanyi yang sebayanya maupun yang usianya di bawahnya.  Namun yang memberikan apresiasi pada dua lagunya yang dciptakannya sendiri yaitu "Jakarta Ramai" (2016) dan salah single anyarnya yang baru diluncurkan bersama album barunya  menjelang akhir 2024-nya sekaligus menjelang usianya yang ke 30 bertajuk "Puisi Kota".
Jika, persepsi kaum muda terhadap kota Bandung diwakili oleh cukup banyak penyanyi di antaranya Yura Yunita, Mocca, Foersa Bersari dengan elegan, baca: Romantis dan Sulit Move OnÂ
Kesan terhadap lirik lagu "Jakarta Ramai" yang tergolong lagu Ballad adalah kisah kaum urban yang hatinya kesepian dan resah di tengah hiruk pikuk dan kepadatan ibu kota. Â Maudy mengambil diksi yang puitis seperti Jakarta Ramai, Hatiku Sepi atau Langitnya Abu, Hatiku Biru.
Ternyata kesan itu sama dengan lagu "Puisi Kota" yang dinyanyikan dengan apik oleh Maudy Ayunda berkolaborasi dengan Iwan Fals yang pas menyanyikan lagu balada yang berisi kritik sosia. Diksi yang digunakan Maudy di liriknya cukup mengena, namun yang paling menohok adalah Hujan menangisi Kota penuh ilusi. Banyak manusia tetapi aku sendiri.
Pesan yang tersirat dalam dua lagu Maudy, sebangun dengan penelitian yang dilakukan lembaga Health Collaborative Center yang dirilis pada Desember 2023 lalu yang mengungkapkan empat dari sepuluh responden yang mewakili warga Jabdetabek ternyata mengalami kesepian derajat sedang dan berat.
Penelitian ini  berdasarkan studi potong-litang dari 1.229 warga Jabodetabek dengan menggunakan UCLA Loneliness Scale secara daring. Persoalannya kesepian ini bisa mengarah ke arah kesehatan mental, mulai depresi hingga bunuh diri. Baca: 4 dari 10 orang di Jabodetabek alami kesepian
The Lancet dalam sebuah laporannya pada 2020 menyatakan warga urban menghadapi kelebihan beban sosial yang memaksa mereka masuk ke dalam cangkang sendiri dan menghindari interaksi sosial. Â Mereka membuar isolasi walau di sekelilingnya penuh ribuan koneksi sosial. Â Baca: The Urban Loneliness Epidemic. Â
Maudy sendiri dalam keterangan persnya mengatakan "Puisi Kota" Â adalah pandangan pribadinya di tengah keramaian perkotaan. Menurut Dia kota menjadi tempat seseorang bisa menemukan dirinya sendiri, tetapi juga tersesat.
Namun di tengah keramaian, kota sebetulnya menyediakan ruang sunyi yang memungkinkan warga kembali terkoneksi dengan diri sendiri. Ruang ini memungkinkan penemuan ritme dan kedamaian.
Dikatakannya dalam akun instagramnya, menjadi warga Jakarta memberikan perasaan terpaksa diam di tengah macet, pergerakan orang saat pulang kerja malam hari. Banyak manusia merasa sendiri di tengah keramaian. Â Bagaimana menemukan kenyamanan saat sepi terpulang pada diri sendiri.
"Jakarta Ramai" maupun "Puisi Kota" memberikan persepsi yang sebetulnya tidak jauh beda dengan gambaran ibu kota lewat lagu-lagu era 1970-an, seperti "Balada Gadis Desa" dari Bimbo yang menceritakan perempuan desa yang jadi korban kepalsuan orang Jakarta dan tidak sesuai harapannya. Â Hamil di luar nikah dan tidak ada yang mau bertanggungjawab membuat gadis desa dalam lagu ini putus asa dan bunuh diri.
Begitu juga dengan lagu "Ibu Kota" Â (1993) karya Rhoma Irama yang menyoroti warganya yang metealistis dan individualis hingga berkurang tenggang rasa terhadap sesama manusia.
Hanya saja kalau lagu-lagu tentang Jakarta era sebelum 2000 mengkritisi kejamnya Jakarta terhadap pendatang, maka lagu Maudy mengkritisi Jakarta secara tak sadar menciptakan sistem yang membuat warganya kesepian. Â Jakarta Ramai dan Puisi Kota adalah lagu yang membuktikan Maudy mempunyai intelektual yang cukup mumpuni.
Selamat Ulang Tahun Maudy Ayunda
Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H