Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hari Gunung Internasional, Alhamdullillah Gunung di Indonesia Masih Baik-baik Saja

15 Desember 2024   22:12 Diperbarui: 15 Desember 2024   23:16 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak banyak yang tahu bahwa setiap 11 Desember -saya juga baru tahu- dirayakan sebagai  hari gunung internasional. Situs PBB menjadikan keberadaan hari gunung internasional sebagai hal penting. 

Pertama, pegunungan adalah anugerah dari alam bak permata yang harus disyukuri.  Pegunungan menjadi rumah bagi populasi dunia dan sekira separuh keanekaragaman hayati.

Yang paling penting pegunungan menjadi sumber air tawar bagi separuh populasi umat manusia di Bumi. Pegunungan adalah nyawa bagi pertanian dan ujungnya menyediakan pangan bagi umat manusia. Artinya menjaga dan melakukan konservasi gunung sama dengan mempertahankan peradaban manusia secara berkelanjutan.

Apa yang terjadi pada sejumlah gunung di dunia merupakan tanda bahwa Bumi sedang tidak baik-baik,seperti fenomena terlambat datangnya salju di Gunung Fujiyama.

National Geographic pada Februari 2024 lalu melaporkan selama 30 tahun  terakhir sekira 12 persen salju di Pegunungan Andes di Amerika Selatan hilang.  Celakanya, hilangnya salju diikuti ancaman ketersediaan air tawar di berapa bagian Amerika Selatan. 

Belum lagi kebakaran hutan di gunung yang menjadikan benteng konservasi itu menjadi buruk sudah banyak terjadi di banyak wilayah di dunia. Masalahnya kebakaran itu tidak selalu disebabkan peristiwa alami, seperti sambaran petir, tetapi juga kecerobohan manusia, seperti yang pernah terjadi di berapa gunung di Indonesia.

"Alhamdulillah secara umum gunung di Indonesia sudah baik karena sebagian besar dikelola dengan baik dan berkesinambungan. Untuk SDM, para petugas mengikuti banyak pelatihan kepemanduan gunung  seperti di Gunung Dempo dan Pagar Alam," kata senior pencinta alam alumni Mapala Universitas Indonesia Ripto Mulyono ketika saya hubungi 15 Desember 2024.

Dinas Pariwisata Pagar alam antusias sekali mengadakan pelatihan pemandu gunung dan sertifikasi pemandu gng yg kompeten.mereka bekerja sama dengan Asosiasi pemandu gunung Indonesia dan LSP Pramindo.

Secara berkali dengan target harus ada pemandu gunung yang bersertifikat di kaki Gunung Dempo. Begitu juga di kaki gunung lain seperti Gunung Kerinci di  Jambi, Gunung  Rinjani di Lombok, Gunung  Ganda Dewata  di Sulawesi Barat.

Ripto membenarkan bahwa hamparan salju di Puncak Jaya dengan ketinggian 4.862 meter sudah menipis dibanding 35 tahu lalu, ketika dia bersama Mapala melakukan ekspedisi Lorentz pada 1989.

"Sekira satu km dari base camp Lembah danau danau kita masih bisa menancapkan kapak es ke gletser. Tapi  pada  2011 sampai Puncak Jaya tak tersisa bongkahan  es yang bisa kita tancapkan ke kapas es, bisa trekking saja ke puncak. Apalagi sekarang pada  2024, mungkin tidak sampai 19 tahun es di Pegunungan  Jayawijaya tinggal kenangan seperti Gunung Trikora," tutur alumni Sejarah Universitas Indonesia ini.

Lidah gletser di Puncak Jaya-Foto: Koleksi Ripto Mulyono
Lidah gletser di Puncak Jaya-Foto: Koleksi Ripto Mulyono

Pandangan senada juga dinyatakan pencinta alam dari Wanadri Feby Nugraha. Indonesia dianugerahi banyak pegunungan dan gunung api.  Yang indah dan menyimpan banyak keanekaragaman hayati dan perlu disyukuri .

Karena indahnya, kegiatan pendakian gunung saat ini sangat banyak diminati baik oleh awam maupun profesional.  Semakin banyak orang yang menziarahi gunung membuka peluang usaha dan ekonomi sirkular di daerah sekitar nya. Hanya saja selain aspek ekonomi.

"Hanya saja ada konsekuensi aspek ekologisnya yang sedikit banyak terganggu oleh aktivitas manusia.  Sampah yang ditinggalkan. Habitat hewan yang terganggu. Mata air yang tercemar dan sebagainya,"  ujar Feby kepada saya 15 Desember 2024.

Dia berperan hal ini perlu perhatian dan edukasi terhadap para  peminat aktivitas luar ruang hususnya pendakian gunung.

"Kondisi gunung gunung di Indonesia secara umum cukup baik hanya saja ke depan harus ditingkatkan lagi upaya edukasi dan konservasinya, agar anak cucu kita masih bisa menikmati dan menerima manfaat dari gunung gunung yang dikelola dengan baik," ucapnya.

Pariwisata dan kepentingan komersial merupakan hal yang patut menjadi perhatian otoritas. Bandung Bergerak pada 30 November 2024 lalu membuat laporan tentang di Gunung Manglayang yang mengalami kerusakan serius. 

Bandung Bergerak mengutip data dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam, Jawa Barat bahwa kerusakan hutan mencapai 13,85 hektar pada 2020.

Belum lagi kerusakan sungai dan mata air akibat pencemaran sampah dan limbah pada gunung yang mempunyai ketinggian 1.804 mdpl ini.

Bagi saya tidak mengherankan, karena tidak semua pendaki gunung ialah pencinta alam.  Di daerah wisata seperti Jayagiri, Gunung Putri di Kawasan Bandung Utara, sampah masih kerap ditemukan.

Masalah sampah juga dihadapi Gunung Prau yang jadi favorit para pendaki gunung, terutama yang terpengaruh fenomena FOMO atau apalah asal ikut tren.

Situs Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) pada   30 Agustus 2024 melaporkan aksi bersih bersma di gunung itu yang mampu mengangkut 409 kilogram sampah dari Gunung Prau dan 525 kg sampah dari kawasan Wisata Alam Kawah Sikadang.

Tentu masih banyak kasus lain, termasuk hutan yang terbakar, tetapi secara umum masih banyak orang di Indonesia sadar terutama kalangan pencinta alam, gunung seperti halnya laut adalah masa depan umat manusia.

Irvan Sjafari

Sumber Foto:

https://riaudaily.com/news/detail/19079/menikmati-sunset-dan-sunrise-sekaligus-di-puncak-gunung-prau-keindahannya-emang-gak-ada-obat 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun