Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Lulu Nailufaaz: Masjid Itu Bisa Jadi Tempat Edukasi Pengelolaan Sampah

8 Desember 2024   08:38 Diperbarui: 8 Desember 2024   09:55 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lulu Nailufaaz- Foto: Dokumentasi Pribadi

Masjid seharusnya berfungsi sebagai tempat ibadah saja, tetapi juga sebagai tempat pendidikan dan  pemberdayaan umat Islam. Namun fungsi masjid bisa lebih luas dari itu.  

Apa yang terjadi pada sebuah masjid di kawasan Jalan Pemuda Surabaya menunjukkan fungsi masjid menjadi sarana bagi siapa saja yang ingin makan dan istirahat terus menginap bagi yang membuuthkan , merupakan contoh yang baik dan menambah fungsi sebuah masjid.

Nah, di Bandung muncul suatu gerakan yang disebut sebagai Masjid Berkah atau bersama kurangi sampah. Gerakan Masjid Berkah menambah fungsi lagi bahwa tempat ibadah juga bisa memberikan contoh memberikan solusi mengurangi sampah atau berperan dalam lingkungan hidup.

Salah seorang tokoh penggeraknya ialah Lulu Nailufaaz, yang juga menjadi salah seorang penggerak relawan Kang Pisman (kurangi pisahkan dan manfaatkan) sampah Kota Bandung pada 2018.

Kiprah alumni  jurusan Teknik Lingkungan ITB 2014  bukan sampai di situ saja, tetapi Lulu juga Tim Inisiator Komunitas Salman Enviromental Rangers (Saviorangers) dan juga pelatih di Gerakan Pembaharu Keluarga untuk Bumi Ashoka Indonesia, serta pelatih untuk Zero Waste Lifestyle  Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan.

Berikut petikan wawancara saya untuk blog saya di Jurnal Gemini Kompasiana dan sebagian untuk sebagai jurnalis di Cakrawala secara tertulis, 7 Desember 2024.

Bagaimana ceritanya punya ide Masjid Berkah (Bersama Kurangi Sampah)? 

Gerakan Masjid Berkah ini muncul sebagai kolaborasi dari para pegiat persampahan mengenai kegelisahan fenomena sampah pada Ramadan yang meningkat disertai belum baiknya pengelolaan sampah, khususnya di masjid sebagai pusat aktivitas masyarakat.

Inspirasinya muncul dari gerakan Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, Manfaatkan) di Bandung, yang menunjukkan bagaimana kolaborasi bisa mengubah kebiasaan pengelolaan sampah di tingkat komunitas. Latar belakang saya yang pernah terlibat selama hampir tiga  tahun dalam pengelolaan sampah di Masjid Salman ITB menjadi motivasi tersendiri bagi saya untuk terlibat dalam gerakan ini.

Dalam bayangan Lulu  kira-kira peran masjid untuk mengatasi masalah sampah? 

 Masjid dapat menjadi pusat edukasi dan praktik pengelolaan sampah yang berkelanjutan serta menjadi pusat penggerak perubahan sosial di masyarakat, termasuk dalam isu lingkungan, misalnya melalui kampanye #NaikLevelPerilaku , #DariMasjidUntukBumi dan #PakaiAjaYangAda yang disuarakan oleh Saviorangers kepada masyarakat secara umum, khususnya kepada jamaah Masjid Salman ITB.

Konsep Masjid Berkah memang sejalan dengan Kang Pisman: mengurangi sampah melalui edukasi jamaah, memilah sampah, serta memanfaatkan sampah, seperti menjadikannya kompos dengan maggot atau mendaur ulang melalui kerja sama bank sampah.

Saat ini sudah ada 17 masjid di kota Bandung yang mengikuti rangkaian pelatihan Masjid Berkah Batch 1

Kalau di Masjid Salman bagaimana? 

Sejak 2022 hingga tahun ini, saya terlibat aktif dalam pengembangan model masjid ramah lingkungan di Masjid Salman ITB. Masjid Salman ITB merupakan salah satu masjid yang sudah berkomitmen untuk mewujudkan masjid dengan pengelolaan sampah yang berkelanjutan dengan menerapkan standar fasilitas masyarakat sesuai Peraturan Menteri LHK No. P.90 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Masyarakat pada Pos-Pos Fasilitas Publik dalam Rangka Peningkatan Kualitas Lingkungan.

Komitmen ini salah satunya diwujudkan melalui upaya edukasi, aksi, riset dan integrasi sistem yang berkelanjutan dalam pengembangan model masjid ramah lingkungan, seperti menerapkan kebijakan pengurangan, pemilahan dan pemanfaatan sampah dari sumbernya dengan melibatkan para kader dan aktivisnya sebagai pelaku, penggerak dan juga nantinya sebagai penyebar model-model tersebut ke masyarakat.

Lulu Nailufaaz- Foto: Dokumentasi Pribadi
Lulu Nailufaaz- Foto: Dokumentasi Pribadi

Saviorangers itu apa sih? Bagaimana certa terbentuknya? 

 

Savioranges merupakan sebuah komunitas yang lahir pada  2022 untuk menguatkan ekoliterasi dalam pengembangan model masjid ramah lingkungan di Masjid Salman ITB melalui aksi, edukasi, kaderisasi, dan ekspansi dengan semangat #NaikLevelPerilaku, #PakaiAjaYangAda, dan #DariMasjidUntukBumi

Saviorangers terbentuk dari program Ekoliterasi di bawah pengawasan Bidang Pengkajian dan Penerbitan YPM Salman ITB untuk mendorong terwujudnya ekosistem masyarakat yang ramah lingkungan dimulai dari masjid. Komunitas ini terbuka untuk seluruh masyarakat yang berusia diatas 15 tahun. Saat ini, terdaftar 144 relawan yang sudah tergabung.

Lulu sendiri mengapa tertarik pada lingkungan hidup

Bermula dari ketertarikan belajar dunia kesehatan, kemudian mendapat kesempatan untuk belajar di Teknik Lingkungan ITB tahun 2014 yang ternyata asal muasalnya adalah Teknik Penyehatan, membuat saya memiliki ketertarikan terhadap lingkungan hidup. Sejak saat itu, saya banyak mengetahui bagaimana kerusakan lingkungan terjadi.

Saya meyakini bahwa akar permasalahan kerusakan hari ini akibat dari perilaku manusia, khususnya konsumsi berlebihan. Hal itu pula yang mendorong saya untuk mengambil studi lanjut di Psikologi Unpad yang berfokus kepada perilaku pro lingkungan di peminatan Psikologi Sosial. Saya bertekad ingin menjadi bagian dari solusi permasalahan tersebut.

Sejak kapan terlibat gerakan lingkungan hidup?

Semenjak di kampus, saya ikut terlibat aktif di Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan ITB melalui kegiatan keprofesian dan sosial masyarakat, seperti Desa Mitra, Rain Garden Project, dan Kembang RW. Setelah itu, tahun 2018, melalui kolaborasi FIM Bandung, saya ikut terlibat mengaktivasi relawan Gerakan KangPisMan Kota Bandung yang dikoordinir oleh Kang Gun Gun Saptari di 100 hari pertama Wali Kota Bandung saat itu.

Saya meyakini, melalui langkah saat ini memulihkan lingkungan, saya ikut serta mengambil peran untuk mempertahankan kesempurnaan penciptaan Allah swt. yang selama ini berhasil membuat saya semakin mencintai agama Islam. Saya ingin generasi nanti masih merasakan kesempurnaan ciptaan-Nya.

Apa harapan Lulu untuk Wali Kota Bandung  mendatang untuk menata lingkungan hidup? Apa program Kang Pisman dan Buruan Sae harus terus berlanjut? 

Saya berharap pemerintah mampu melihat permasalahan lebih holistik, tidak hanya berfokus kepada solusi seremonial yang hanya menyelesaikan masalah sesaat tanpa mempertimbangkan akibat jangka panjangnya.

Saya berharap Wali Kota mendatang terus mendukung program seperti Kang Pisman dan Buruan Sae karena keduanya saling melengkapi. Kang Pisman membantu mengelola sampah, sementara Buruan Sae membangun ketahanan pangan sekaligus mengurangi sampah sisa makanan. Dengan dukungan lebih luas, dampaknya bisa semakin terasa di seluruh Bandung.

Irvan Sjafari

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun