Konflik kakak beradik di hari ulang tahun ibunya dehgan setting ruang makan yang sempit menjadi adegan kedua yang menjadi favorit  seperti halnya adegan pembukaan ketika ayahnya masih hidup dan mereka harmonis.
Sepeninggalnya ayahnya, konflik antara anak-anak Rahmi kerap terjadi. Â Sementara Rahmi sendiri menyembunyikan rahasia besarnya, yaitu menderita penyakit vertigo. Ketika rahasia itu terkuak dan Rahmi diam-diam pergi ke Pekalongan, tempat suaminya dimakamkan, konflik itu memuncak dan keempat anaknya saling menyalahkan.
Film yang disutradarai Rudi Soedjarwo menyelipkan sejumlah adegan filosofis seperti seni merakit keramik Jepang yang disebut sebagai kintsugi.Filosofinya bagaimana merekatkan keping-keping dari pribadi dalam sbeuah keluarga agar jadi utuh kembali.Â
Ending film ini yang tidak basi dan klise menjadi kelebihan sendiri. Â Begitu juga dengan lagu-lagu yang manis diselipkan antar adegan begitu tepat.
Akting Christine Hakim dan Slamet Rahardjo tetap konsisten on the track sebagai senior dan kawakan. Â Di generasi bawahnya Adinia Wirasti tidak mengecewakan saya sebagai penggemarnya. Â
Close up wajahnya yang galau sudah cukup dan saya paling suka ketika 'gacoan'nya Kevin (Baim Wong) jalan bersama adiknya Rania. Â Ini juga konflik batin yang menarik.
Akting Fedi Nuril lumayan, namun tidak terlalu menonjol, sepertinya juga dengan akting Amanda Manopo.  Tetapi menjelang ending film, akting  keduanya makin meningkat.
Namun kalau ditanya karakter favorit saya justru si bungsu Hening sebetulnya tokoh yang paling peduli pada ibunya, yang rela menjadi perekat dengan kakak-kakaknya menggantikan peran ayahnya.Â
Kepedulian ibunya pada Hening diucapkan di makam suaminya: Aku nggak mengerti anak muda zaman sekarang". Â Dalam film ini digambarkan Hening gemar clubbing -- sebetulnya Rania juga- namun Hening yang lebih sering menemani ibunya.
Secara keseluruhan "Bila Esok  Ibu Tiada" adalah drama keluarga yang memberikan nilai humanisme tentang seorang perempuan tua ditinggal suaminya, anak tertua dan anak bungsu yang bingung harus berbuat apa lagi.
Irvan Sjafari