Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

RTH Berpotensi Cegah Kematian Akibat Kerusakan Iklim

23 Oktober 2024   23:45 Diperbarui: 24 Oktober 2024   09:28 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana di Tahura Djuanda | Foto: Irvan Sjafari

Penelitian Anyar dari Inggris mengingatkan bahwa RTH adalah perisai yang aling baik melindungi dampak pemanasan global.

Terbentang dari Dago Pakar hingga Maribaya, Taman Hutan Raya Djuanda seluas 590 kilometer adalah paru-paru besar bagi Kota Bandung dan sekitarnya. Hutan Kota ini hingga terakhir saya ke sana pada  April 2023 bagaikan payung yang meredam Kota Bandung dari ancaman pemanasan global hingga resapan air. 

Tentunya juga kawasan hutan di daerah wisata Puncak Bintang hingga Patahan Lembang, juga memberikan tempat mencari udara segar di tengah Bandung yang makin panas daripada ketika saya kecil ke kota hingga era 1990-an.  

Bandung juga beruntung masih mempunyai Babakan Siliwangi atau Baksil sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang cukup baik untuk bernafas di tengah polusi dan kualitas udara kota yang termasuk buruk di Indonesia.

Okelah, kalau memang sulit menambah Ruang Terbuka hijau dari 12 persenan dari batasan ideal 30 persen, ya kantong-kantong hijau ini jangan hilanglah, seperti halnya kawan Dago Pakar lainnya yang masih hijau ketika saya melewatinya. Saya prediksi untuk sampai 20 persen saja menambah RTH, sudah hebat karena masih memungkinkan untuk hal ini.

Secara umum Bandung masih lebih baik dari segi RTH dibanding Jakarta yang hanya 5 persenan. Jika saya berjalan kaki di trotoar Sudirman-Thamrin, Salemba yang sering saya lalui panasnya begitu menyengat. Sekalipun saya tahu ada hutan kota di kawasan Senayan dan beberapa RTH cukup baik seperti Lapangan Banteng dan Tebet Eco Park yang bisa jadi rekreasi murah warga untuk bernafas di tengah hiruk pikuk polusi.

Dua Kota lain yang pernah saya kunjungi Malang cukup baik sekitar 17 persenan dan Yogyakarta hampir 25 persen. Saya pernah berjalan kaki di Malioboro berapa tahun lalu tidak terlalu panas dan kawasan Kayutangan, Malang lumayan. Namun Malang ketika saya kunjungi pada 2023 tidak sedingin ketika saya datang 1994.  

Namun tingkat kualitas udara di Malang dan Yogyakarta termasuk tingkatan sedang, masih tergolong sehat. Kota Yogyakarta saya intip dari situs IQAir pada tanggal 20-an Oktober rata-rata di bawah 100. Sayang tidak ditemukan data tentang Kota Malang, tetapi Kabupaten Malang juga di bawah 100.

Ilustrasi tabel: Irvan Sjafari
Ilustrasi tabel: Irvan Sjafari

Nah, mengapa hal ini saya ungkapkan. Saya merinding membaca tulisan di The Guardian bertajuk "Urban Green Space Have Vital Role in Cutting Haet Related Detah Study Finals" pada 22 Oktober 2024 lalu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun