Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Belajar dari Hamdan, Lestarikan Mata Air di Hutan Rarung, Hijaukan Lahan Tandus

2 Oktober 2024   22:27 Diperbarui: 2 Oktober 2024   23:19 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat di Sekitar Hutan Rarung, Lombok Tengah merasakan dampak dari Illegal Logging, Kini mereka menikmati hasil Penenaman Kembali Pohon dengan susah payah. Salah seorang warga penjaganya Hamdan. 

 Ingin tahu akibat yang dirasakan akibat deforestasi atau pohon-pohon ditebang secara massif  dan illegal? Tanyakan pada Hamdan, warga Dusun Rempok Pipendang, Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah.

Masih tergiang di benak laki-laki kelahiran 1984 ketika masih duduk di bangku SD harus berjalan kaki sekitar satu kilometer  ke mata air yang terbatas untuk mandi dan mengambil air satu jerigen untuk persedian di rumah. Ibaratnya pergi mengambil air berkeringat pulang pun berkeringat. Sudah itu kondisi jalannya licin  saat turun hujan.

"Saya masih ingat emank-emak di dusun kami membawa ember di kepala dengan ikatan. Sementara  anak-anak membawa jerigen 6 liter.  Nah, laki-laki dewasa membawa jerigen 10 liter air untuk bisa mencukup kebutuhan air bersih selama satu hari, " tutur Hamdan ketika saya hubungi, 2 Oktober 2024.

Daerah Pringgarata sebagian besar tandus, padahal menurut cerita orangtua Hamdan, puluhan tahun sebelumnya pernah menjadi hutan lebat dan mata air pun masih ada. Namun terjadi illegal logging secara besar-besaran yang mulanya dilakukan sebuah perusahaan, kemudian diikuti warga karena tidak ada mata pencaharian. Dampaknya kemudian dirasakan masyarakatnya sendiri daerah itu menjadi tandus.

Pada pertengahan 1990-an dimulai gerakan penghijauan lahan tandus itu. Laki-laki yang mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Tarbiyah  memutuskan terlibat dalam gerakan itu pada pertengahan 2000-an, karena tersadar dan sudah merasakan dampak hilangnya pohon-pohon.  

Dia pun menjadi pejuang konservasi yang gigih, karena dia tidak ingin kampung halamannya menjadi daerah tandus selamanya.

Hasil penanaman pohon itu dengan susah payah itu akhirnya ya berbuah manis, hadirnya hutan Rarung di Desa Pemepek, Kecamatan Pringgarata, seluas lebih dari  300 hektar.

Hamdan pun mengabdikan dirinya sebagai penjaga hutan kelestarian alam dan sumber daya air, selama dua puluh tahun. Dia puas hasil jerih payahnya membuat warga kampungnya sudah bisa mempunyai kamar mandi sendiri-sendiri, dengan memasang pipa dari mata air yang sudah mulai banyak mengalirkan air berkat  yang sudah tumbuh dan konservasi bambu tabah.  

Dari Satu Jadi Sepuluh Mata Air

Kawasan ini kemudian menjadi  hutan dengan tujuan khusus Rarung (KHDTK Rarung). Sumber mata air ini cukup memenuhi kebutuhan air di  dua desa di Lombok Tengah lebih dari cukup.  Hal yang tidak terbayangkan beberapa dekade lalu. Dulu hanya ada satu mata air, kini ada sepuluh mata air.

Hamdan secara rutin memantau dan melakukan evaluasi pohon yang ditanam, seperti gaharu, mahoni, jati, majegau, rajumas.  Alam pun makin ramai menjadikan hutan Rarung jadi habitat satwa seperti kera abu, lutung ekor Panjang.

Bahkan sudah ada upaya  budi daya rusa timor hingga lebah klanceng.  Dia juga mengajak warga lainnya untuk melakukan penanaman pohon, setidaknya satu orang menanam lima pohon setiap tahun.

Sejumlah pihak terlibat dalam kegiatan konservasi ini, mulai dari Yayasan Kehati, Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSILHK), Kopreasi Syariah Wana Makmur Lestari hingga CIMB Niaga.

Warga pun mulai merasakan manfaat ekonomi yang lebih baik dibanding menjadi penebang hutan illegal.  Sekarang ada yang menjadi pengusaha mebel dari pohon yang ditanam di kebun ada di luar kawasan hutan.  Ada juga yang menjadi petani padi, bambu, talas, pisang. Itu bisa terjadi tanah menjadi subur. 

"Kini kawasan Hutan Rarung dirancang menjadi daerah wisata, sudah mulai dikelola pemuda sekitar kawasan," pungkas Hamdan.

Penelitian yang dilakukan Evi Hariani dan Muhsin dan Yudi Hermawan dari Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Al Azhar, Mataram di  jurnal Media Informasi dan Sain, Volume 17, April 2024  melihat potensi lain dari bambu tabah yang bisa memberikan  manfaat ekonomi warga, karena digunakan untuk rebung.

Sementara Mahasiswi Pasca Sarjana Biologi ITS yang sekaligus pegiat dan pelestari mangrove Surabaya yang ikut mengamati Hutan Rarung memberikan komentar  bahwa apa yang dilakukan di daerah itu merupakan pelajaran berharga.

"Masyarakatnya jadi lebih aware terhadap lingkungan, populasi satwa seperti lutung, monyet ekor panjang dan jenis burung meningkat. Manfaat yang dirasakan masyarakat adalah masyarakat bisa meningkatnya sumber air dan bahan pokok yang makanan,"  kata Ziadatur Rizqiyah ketika saya hubungi. 

Rasanya Indonesia memerlukan banyak Hamdan di berbagai pelosok untuk menghijaukan kembali dan melestarikan mata air dan masa depan anak dan cucu. Percayalah pada masa depan mata air lebih berharga dari sumber minyak.  

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun