Hamdan secara rutin memantau dan melakukan evaluasi pohon yang ditanam, seperti gaharu, mahoni, jati, majegau, rajumas. Â Alam pun makin ramai menjadikan hutan Rarung jadi habitat satwa seperti kera abu, lutung ekor Panjang.
Bahkan sudah ada upaya  budi daya rusa timor hingga lebah klanceng.  Dia juga mengajak warga lainnya untuk melakukan penanaman pohon, setidaknya satu orang menanam lima pohon setiap tahun.
Sejumlah pihak terlibat dalam kegiatan konservasi ini, mulai dari Yayasan Kehati, Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSILHK), Kopreasi Syariah Wana Makmur Lestari hingga CIMB Niaga.
Warga pun mulai merasakan manfaat ekonomi yang lebih baik dibanding menjadi penebang hutan illegal. Â Sekarang ada yang menjadi pengusaha mebel dari pohon yang ditanam di kebun ada di luar kawasan hutan. Â Ada juga yang menjadi petani padi, bambu, talas, pisang. Itu bisa terjadi tanah menjadi subur.Â
"Kini kawasan Hutan Rarung dirancang menjadi daerah wisata, sudah mulai dikelola pemuda sekitar kawasan," pungkas Hamdan.
Penelitian yang dilakukan Evi Hariani dan Muhsin dan Yudi Hermawan dari Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Al Azhar, Mataram di  jurnal Media Informasi dan Sain, Volume 17, April 2024  melihat potensi lain dari bambu tabah yang bisa memberikan  manfaat ekonomi warga, karena digunakan untuk rebung.
Sementara Mahasiswi Pasca Sarjana Biologi ITS yang sekaligus pegiat dan pelestari mangrove Surabaya yang ikut mengamati Hutan Rarung memberikan komentar  bahwa apa yang dilakukan di daerah itu merupakan pelajaran berharga.
"Masyarakatnya jadi lebih aware terhadap lingkungan, populasi satwa seperti lutung, monyet ekor panjang dan jenis burung meningkat. Manfaat yang dirasakan masyarakat adalah masyarakat bisa meningkatnya sumber air dan bahan pokok yang makanan,"  kata Ziadatur Rizqiyah ketika saya hubungi.Â
Rasanya Indonesia memerlukan banyak Hamdan di berbagai pelosok untuk menghijaukan kembali dan melestarikan mata air dan masa depan anak dan cucu. Percayalah pada masa depan mata air lebih berharga dari sumber minyak. Â
Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H