Lombok Tengah merasakan dampak dari Illegal Logging, Kini mereka menikmati hasil Penenaman Kembali Pohon dengan susah payah. Salah seorang warga penjaganya Hamdan.Â
Masyarakat di Sekitar Hutan Rarung, Ingin tahu akibat yang dirasakan akibat deforestasi atau pohon-pohon ditebang secara massif  dan illegal? Tanyakan pada Hamdan, warga Dusun Rempok Pipendang, Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah.
Masih tergiang di benak laki-laki kelahiran 1984 ketika masih duduk di bangku SD harus berjalan kaki sekitar satu kilometer  ke mata air yang terbatas untuk mandi dan mengambil air satu jerigen untuk persedian di rumah. Ibaratnya pergi mengambil air berkeringat pulang pun berkeringat. Sudah itu kondisi jalannya licin  saat turun hujan.
"Saya masih ingat emank-emak di dusun kami membawa ember di kepala dengan ikatan. Sementara  anak-anak membawa jerigen 6 liter.  Nah, laki-laki dewasa membawa jerigen 10 liter air untuk bisa mencukup kebutuhan air bersih selama satu hari, " tutur Hamdan ketika saya hubungi, 2 Oktober 2024.
Daerah Pringgarata sebagian besar tandus, padahal menurut cerita orangtua Hamdan, puluhan tahun sebelumnya pernah menjadi hutan lebat dan mata air pun masih ada. Namun terjadi illegal logging secara besar-besaran yang mulanya dilakukan sebuah perusahaan, kemudian diikuti warga karena tidak ada mata pencaharian. Dampaknya kemudian dirasakan masyarakatnya sendiri daerah itu menjadi tandus.
Pada pertengahan 1990-an dimulai gerakan penghijauan lahan tandus itu. Laki-laki yang mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Tarbiyah  memutuskan terlibat dalam gerakan itu pada pertengahan 2000-an, karena tersadar dan sudah merasakan dampak hilangnya pohon-pohon. Â
Dia pun menjadi pejuang konservasi yang gigih, karena dia tidak ingin kampung halamannya menjadi daerah tandus selamanya.
Hasil penanaman pohon itu dengan susah payah itu akhirnya ya berbuah manis, hadirnya hutan Rarung di Desa Pemepek, Kecamatan Pringgarata, seluas lebih dari  300 hektar.
Hamdan pun mengabdikan dirinya sebagai penjaga hutan kelestarian alam dan sumber daya air, selama dua puluh tahun. Dia puas hasil jerih payahnya membuat warga kampungnya sudah bisa mempunyai kamar mandi sendiri-sendiri, dengan memasang pipa dari mata air yang sudah mulai banyak mengalirkan air berkat  yang sudah tumbuh dan konservasi bambu tabah. Â
Dari Satu Jadi Sepuluh Mata Air
Kawasan ini kemudian menjadi  hutan dengan tujuan khusus Rarung (KHDTK Rarung). Sumber mata air ini cukup memenuhi kebutuhan air di  dua desa di Lombok Tengah lebih dari cukup.  Hal yang tidak terbayangkan beberapa dekade lalu. Dulu hanya ada satu mata air, kini ada sepuluh mata air.