Pada 25 September 2024 mendatang Kota Bandung menginjak usia ke 214. Bandung adalah salah satu kota yang paling banyak menjadi tema lagu, termasuk dari musisi yang menjadi warganya. Apa pandangan mereka terhadap Bandung?
Yura Yunita pada Desember 2021 meliris lagu "Bandung" yang menunjukkan pengakuannya bahwa secara kognitif, emosi, sentimentil hingga kultural tidak bisa lepas dari kota di mana dia dilahirkan. Sejauh apa pun penyanyi kelahiran 9 Juni 1991 pergi, dia kan selalu teringat pada Bandung.
Penggunaan Bahasa Sunda dalam lagu "Bandung" komplit dengan nyinden "Nang, Ning, Ning, Nang" memperkuat ikatan secara budaya alumni Fikom Universitas Padjadjaran. Â
Dalam sebuah liriknya Yura mengatakan ada saja kenangan yang menyentuh hatinya. Pendeknya "Bandung" cerminan romantis bagi seorang Yura Yunita. Apalagi ibunda tercintanya juga orang Bandung.
Perjuangan Yura Yunita menjadi musisi juga mulai di Bandung sebagai penyanyi indie. Sebelum menciptakan lagu Bandung, dia juga menciptakan lagu berbahasa Sunda "Kataji".Â
Konser tunggal pertamanya dilakukan di IFI Bandung pada 2014 (juga penampilannya di Kampoeng Jazz pada 2014 dan 2015) menunjukkan kepercayaan dirinya bahwa dia akan menjadi penyanyi besar pada masa mendatang.
Bandung yang ditulis Yura Yunita memikat musisi lain untuk mencovernya seperti Keroncong Tujuh Putri (2022). Berbagai vocal grup mengambilnya sebagai lagu, bahkan menjadi inspirasi menciptakan tari kreasi. Sebagai catatan "Bandung" mendapat nominasi Karya Produksi Lagu Terbaik dalam AMI Award 2022.
Selain Yura, musisi yang menyatakan dengan tegas keterikatannya dengan Bandung adalah Mocca dengan lagunya bertajuk sama "Bandung" diciptakan pada 2015. Sang vokalis Arina Ephipania dengan lantang menyatakan kebanggan menjad bahagian kota kembang (flower city), udara sejuk, kota indah yang dikelilingi bukit.
Baik, Yura maupun Arina menyanyikan lagunya dengan gembira dan energik. Bedanya Arina menjadikan lagu Bandung dengan budaya yang lebih universal dengan bahasa Inggris. Sementara Yura menjadikan Bandung dengan dasar budaya Sunda, tetapi iramanya hibrida dengan unsur broadway.
Keduanya adalah wakil generasi muda kota ini dengan aspirasinya yang global tetapi menurut saya tetap mempertahankan identitas asalnya. Mereka tetap ingin Bandung menjadi kota yang punya kharakter. Itu intepretasi saya. Kedua lagu itu adalah semaca manifestasi Yura Yunita maupun Arina.
Romantisme Pidi Baiq dan Fiersa Besari
Selain Yura Yunita dan Mocca, Pidi Baiq penulis Dilan universe "The Panasdalam" membuat lagu bertajuk "Dan Bandung" juga memberikan manifestasi yang sama pada 2014.Â
Bagi Pidi Baiq Bandung bukan hanya soal wilayah, tetapi ikatan emosional. Lagu ini yang dinyanyikan Danilla Riyadi sebagai soundtrack juga memberikan persepsi romantis historis Sang Musisi seperti halnya cerita Dilan-nya.
Hanya saja Pidi Baiq membuat lagu ini mengalir tenang, menyentuh kerinduan bagi orang yang pernah jatuh cinta di kota itu bahkan bisa membuat meneteskan air mata. Mendengar lagu ini membuat mereka yang pernah berkunjung apalagi pernah tinggal merasa rindu. Pidi Baiq membuat Bandung lewat lagunya menjadi "ngangeni".
Musisi lainnya yang membuat lagu tentang Bandung adalah Fiersa Besari lewat lagu bertajuk Bandung pada 2015. Fiersa membuat lagu ini easy listening menyebut Saparua sebagai tempat nongkrong anak muda dan Dago Pakar menjadi tempat untuk merenung di kala senja.Â
Pelukis jalanan di Jalan Braga  dan taman kota bagi Fiersa merupakan ikon yang memberikan ikatan batin. Di tengah lagu, dia memberikan nuansa musik Sunda. Â
Kelahiran Bandung  3 Maret 1984 ini menggunakan diksi bahasa yang kaya misalnya memakai kata renjana biru dalam liriknya. Seperti halnya Padi Baiq lagu karya Fiersa Besari ini membawa aspirasi bagi mereka yang kerap apalagi pernah tinggal membuat susah move on.
Lagu lainnya yang memakai kata Bandung berkisah tentang kota itu ialah Remember Bandung karya band Everbeat, diciptakan pada 2018. Tidak terlalu populer tetapi lagu ini easy listening sekaligus energik.
Bandung di mata Everbeat adalah kota penuh bunga dan Mojang yang cantik, tempat nongkrong, dengan kata kopi dalam liriknya yang sepenuhnya bahasa Inggris.Â
Pada 2016, Bandung Inkami Orcheska juga merilis lagu "Matahari Jingga Bandung Utara", juga menggambarkan suasana romantis hawa sejuk dengan pepohonan hijau dengan irama yang juga gembira. Â
Kritik Midaleudami
Bandung Utara juga menginspirasi Orkes Keroncong Midaleudami menciptakan lagu bertajuk sama. Hanya saja jika enam lagu di atas memberikan kesan menyenangkan, "Bandung Utara" dari Midaleudami menyatakan kegelisahannya atas terancamannya kesejukan wilayah itu akibat desakan bangunan beton yang menjulang. Bandung Utara kini menyajikan hutan yang tak berindang.Â
Midaleudami merindukan Bandung Utara ketika masih asri belum terjamah komersialisasi yang masif. Lagu ini dirilis musisi yang berlatar belakang Universitas Pendidikan Indonesia ini sekitar tujuh tahun lalu.
Penyanyi lain yang menulis lagu tentang Bandung dalam 10 tahun terakhir itu ialah Hanacaraka lagunya juga bertajuk "Bandung", Dhira Bongs "Puncak-puncak Pohon Bandung", Junior Soemantri "Ke Bandung".
Selain mereka Doel Soembang juga pernah menulis dan menyanyikan "Bandung", Band era  1980-an juga tak ketinggalan merilis "Kembali ke Bandung" pada 2016, yang memperkuat bahwa Bandung tidak habisnya jadi inspirasi musisi.
Belum lagi lagi, lagu-lagu lawas yang menjadikan Bandung sebagai tema mulai dari Bimbo, Tety Kadi, Patty Sisters dan tentunya lagu perjuangan Halo-halo Bandung" dari Isail Marzuki dan "Bandung Selatan di Waktu Malam". Saya memperkirakan lebih dari 20 lagu telah tercipta untuk kota yang dijuluki Paris van Java ini sepanjang zaman.Â
Umumnya lagu-lagu bertema Bandung  mengungkapkannya sebagai kota yang menyenangkan sekalipun faktanya seperti halnya banyak kota lain menghadapi problem kemacetan dan sampah. Â
Sementara mereka yang jatuh cinta, Bandung adalah kota yang romantis dan kota yang selalu ada tempat untuk berduaan.
Saya menduga kreativitas warganya dan kebetulan dianugerahi bukit-bukit yang indah membuat lingkungannya sejuk dan menyenangkan.
Sekalipun  pohon-pohon di KBU makin berkurang, namun masih ada benteng pertahanan ekologis seperti Taman Hutan Raya Djuanda yang masih kokoh. Dua hal ini yang masih menyelamatkan citra Bandung sampai saat ini.Â
Selamat ulang tahun ke 214 Bandung, Mylovely City.
Irvan SjafariÂ
Kredit Foto:
Yura Yunita https://jabar.tribunnews.com/2017/07/05/bandung-ternyata-kota-yang-paling-dicintai-yura-yunita
Mocca waktu merilis "Bandung" https://gigsplay.com/mocca-bandung/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H