Sekitar 2002 ketika saya pertama kali menulis tentang olahraga ekstrem di  sebuah media komunitas di  Kelapa Gading, saya memasukan Pajat  Tebing sebagai salah satu pembahasan, selain paralayang dan surfing.  Dua yang pertama menurut saya waktu itu hanya bisa dilakoni oleh mereka yang bergabung dalam komunitas pencinta alam.Â
Di mata saya panjat tebing dan paralayang merupakan olahraga yang mempertaruhkan nyawa hingga tidak semua orang bisa melakukan tanpa latihan yang tekun.Â
Yang saya tahu tebing favorit bagi para pelakunya adalah Citatah, membayangkannya mengerikan. Untuk dapat melakukannya seorang pemanjat membutuhkan jemari yang kukuh dan latihan setahap demi setahap.
Sekalipun faktanya angka kematian mereka yang melakukan panjat tebing dan paralayang, termasuk juga mendaki gunung bisa dihitung dengan jari dibandingkan dengan mereka yang suka kebut-kebutan naik motor.
Rekan saya, aktivis pencinta alam dari Mapala UI Ripto Mulyono menyampaikan panjat tebing adalah salah satu alat  bantu dalam menjelajah alam misalnya naik gunung  Carstensz yang semuanya  tebing. "Yang menarik diri olahraga ini  adalah salah satu olahraga ekstrem yang memacu andrenalin," ucap Ripto melalui chat Whatsapp, 8 Agustus 2024.
Itu dulu sampai awal 2000-an. Namun kemudian ketika olahraga pindah media ke papan panjat yang membuat menjadi terukur dan bisa dilombakan lain ceritanya. Panjat tebing menjadi semakin populer ketika menarik kalangan selebritis, sebut saja nama Nadine Chandrawinata, Prisia Nasution, Alexandra Gottardo dan sebagainya.
"Kalau dulu orangtua mendengar anaknya mau mengikuti panjat tebing atau naik gunung maka banyak yang melarang. Tetapi ketika setiap kota dan kabupaten papan panjat olahraga ini menjadi tren dan orangtua tidak lagi was-wasnya anaknya menekuni olahraga panjat tebing," terang Ripto.
Keberhasilan Indonesia meraih dua emas dalam olahraga panjat tebing di Jakabaring, Palembang dalam Asian Games 2018 membuka mata banyak orang.  Peraih emas itu ialah Aries Susanti untuk kecepatan putri  yang mengalahkan rekan senegaranya Puji Lestari dengan catatan waktu 7,6 detik, serta nomor tim kecepatan putri.
Bahkan Aries Susanti menjadi ikon karena keberhasilannya mencatatkan rekor dunia dalam sebuah kejuaraan di Xianmen Tiongkok  pada 19 Oktober 2019, menjadi 6,9 detik.  Capaian dia menjadi judul sebuah film yang disutradarai Lola Amaria membuat saya tercengang, biasanya hanya sepak bola dan bulutangkis diangkat ke layar lebar.
Satu demi satu atlet panjang tebing bermunculan setelah Aries Susanti memutuskan pensiun. Regenerasi dalam olahraga ini lumayan cepat.