Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Paty Dina, Nyanyi Jazz Butuh Skill Khusus

7 Agustus 2024   11:39 Diperbarui: 7 Agustus 2024   16:30 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paty Dina-Kredit Foto: Koleksi Paty Dina

Bandung mendapat anugerah sebagai kota kreatif karena mempunyai sumber daya manusia andal  mumpuni di berbagai bidang, seperti kuliner, fesyen hingga musik.  Begitu banyak musisi lokal hingga nasional yang mempunyai karakter khas bermunculan di kota kembang ini bahkan kehadiran  seolah muncul tiba-tiba, sekalipun penyanyi ini  memulai karirnya sejak usia kanak-kanak.

Di antaranya terdapat nama Patricia Dina yang karib disapa sebagai Paty Dina. Pada 3 Agustus 2024 lalu bersama Bandung Jazz Orchestra memukau penonton yang menghadiri GAIA Music Festival yang berlangsung di Hotel Cidadap Bandung. Pada 2024 ini juga dia menjadi vokalis untuk Yonathan Godjali Music di Summerecon Mall Gedebage.

Sekalipun Paty Dina menunjukkan keunggulannya dalam menekuni genre jazz tetapi penikmat musik di Bandung mengenali juga menjadi penyanyi lintas genre, seperti klasik hingga keroncong.  Walaupun kehadirannya baru terasa dua tahun terakhir ini, Alumni Psikologi Universitas Kristen Maranatha ini sempat membuat album anak-anak setelah diajak menyanyi oleh pencipta lagu anak-anak Julius Robinson.

"Rencana di 2024 masih fokus latihan lagu-lagu jazz, juga ingin mengembangkan diri  untuk mengajar vokal," kata Paty yang pernah jadi  juara pertama kategori anak-anak pada kejuaraan Kompas-Gramedia pada 2008, Hangzhou Choral Festival 2011, Florence Choral Competition 2013

Berikut petikan wawancara saya dengan Paty Dina, yang juga bekerja professional untuk kampanye produk  hingga SEO Coprywriter.  Wawancara ini untuk blog saya di Jurnal Gemini Kompasiana dan sebagian lagi untuk Cakrawala pada dua kesempatan melalui WA pada 4 dan 7 Agustus 2024.  Berikut petikannya.

Bagaimana ceritanya menjadi penyanyi, dalam tulisan di Uncov Paty tulisan Mariksa Ganisti disebut sebagai penyanyi lintas genre jazz, klasik dan keroncong, tetapi aku hanya mendengar di Youtube lebih kuat di Jazz?  Sejak kapan mulai menyanyi

Awal sekali mulai bernyanyi umur 3 tahun karena ibunda memang suka bernyanyi. sejak kelas 3 SD sudah mulai aktif bernyanyi di paduan suara sekolah. Kemudian diajak serius untuk bernyanyi oleh salah satu pencipta lagu anak, Julius Robinson. Sempat membuat album anak-anak. Pada masa itu YouTube belum viral.

Masuk SMP Paty ikut ekstrakulikuler band. Pada masa itu diarahkan untuk bernyanyi Keroncong, diminta untuk menjadi musisi muda anti-mainstream. Sempat juga mencoba bernyanyi countries, tetapi karena belum menemukan mentor lagu country yang cocok Paty kembali bernyanyi Keroncong.

Saya juga sempat diundang menjadi guest star di TVRI dalam acara "Gebyar Keroncong" dan sempat juga menjadi Guest Star Singer untuk acara "Solo Keroncong Festival" bersama musisi keroncong senior Koko Thole

Dalam situs Uncov  disebutkan ikut pertukaran pelajar ke Brazil dan dapat budaya jazz latin, kapan itu terjadi? Memang SMA di Bandung ya? Apa yang menariknya Latin Jazz khususnya dan musik jazz umumnya?  

Saya memang ikut pertukaran kultural ke Brazil 2014-2015 ketika duduk di bangku  SMA  Santa Angela Bandung. Latin Jazz menjadi menarik karena memiliki nada-nada yang khas terutama lagu-lagu yang dibuat oleh Antonius Carlos Jobim. Banyak musisi lain yang juga mengagumi progresi chord, progresi nada yang dibuat oleh Jobim.

Jazz menjadi sesuatu yang menarik buat Paty karena sejak kecil dianggap sesuatu yang selalu ditunggu-tunggu dan menyenangkan sama orang tua.  Rutin diajak untuk menonton Java Jazz oleh orang tua sejak 2010 kalau tidak salah.

Bagaimana perkembangan musik jazz di Bandung yang didominasi musik pop? Bahkan ada penyanyi yang tadinya jazz akhirnya bergeser ke pop? Apakah memang begitu ruang untuk penyanyi jazz? Khususnya di Bandung?

Menurut Paty yang penyanyi yang benar-benar Jazz saat ini adalah Natasha Elvira, Ardhito Pramono, Agis Kania, Dua Empat. Di Bandung memang dominasi musik popnya sangat kuat karena paling mudah dicerna dan ditirukan. sedangkan Jazz seringkali tidak dimengerti karena banyak progresi nada yang dianggap rumit.

Tetapi untuk para musisi, Jazz seharusnya menjadi seperti sebuah permainan untuk diulik lebih lanjut karena memang membutuhkan skill khusus, tidak hanya dari sekedar bisa main musik, tetapi harus konsisten belajar dan terus mengolah diri

Paty Dina ini anak kuliahan ya? Seperti banyak penyanyi Bandung yang punya latar belakang pendidikan tinggi. Apakah pendidikan perguruan tinggi berpengaruh pada musisi, paling tidak mindset?

Menurut saya pendidikan tinggi merupakan penunjang supaya dapat berpikir kritis dan bijak dalam mengambil keputusan sehari-hari. Seperti apa goals yang dituju, bagaimana kita harus bersikap di depan publik, termasuk bagaimana menghargai diri sendiri di mata orang-orang yang hendak "membeli" jasa musik.

Meskipun akhirnya mungkin realita dan keberuntungan membawanya ke karier lain atau genre lain.

Apa yang menyebabkan banyak musisi yang lahir di Bandung, apakah memang kotanya memungkinkan untuk itu? Banyak kampus, lingkungannya yang cukup sejuk? Apakah perkembangan kafe dan spot main musik bertebaran ikut mendukung?

Saya sendiri kurang tahu kenapa banyak musisi yang lahir di Bandung, ha.. ha..ha, mungkin karena minat yang tersalurkan dengan baik. Spot bermain musik ikut menjadi pendukung untuk bermain tentu saja. Tetapi beberapa kendala sering ditemui dalam penghargaan pemain musik di Bandung, hal ini harus ikut menjadi perhatian bagi musisi maupun peminat musik.

Paty Dina juga menekuni keroncong, bagaimana juga perkembangan keroncong di Bandung, setahu saya ada Keroncong Tujuh Puteri. Apa asyiknya keroncong dan juga klasik bagi Patty?

Kebetulan sekarang sudah tidak lagi mengikuti perkembagan musik keroncong di Bandung maupun di Indonesia secara menyeluruh. Tetapi keseruan dalam menyanyikan keroncong selaras dengan menyanyikan musik klasik. Keduanya butuh teknik suara falset (seringkali disebut sebagai suara kepala).

Mendalami musik keroncong seru sekali karena ada beberapa jenis dan perlu dicermati masing-masing bagaimana cara menyanyikannya, cengkoknya.

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun