Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Taman Lapangan Banteng, Kongkow Hijau di Tengah Belantara Gedung Jakarta

2 Agustus 2024   10:21 Diperbarui: 2 Agustus 2024   10:27 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pedagang kerak telor-Foto: Irvan Sjafari

Taman Lapangan Banteng bukan saja tempat kongkow menyegarkan di tengah ruang terbuka hijau, sekaligus juga memberikan edukasi keanekaragaman hayati.

Seandainya saya tidak bergabung dengan komunitas penggemar Yura Yunita, Hip Hip Yura mungkin saya mengabaikan Taman Lapangan Banteng sebagai salah satu ruang terbuka hijau di tengah belantara Kota Jakarta, yang  boleh dibilang langka estetika dan berbagai segi lainnya.

Beberapa kali komunitas ini mengadakan gathering di kawasan bekas terminal bus yang cukup besar di Jakarta, karena letaknya strategis dan tidak ribet untuk ditemukan bahkan bagi perantau dari  daerah yang awam Jakarta sekalipun. Dua kali di antaranya saya hadiri.

Baca: Menjadi Hip Hip Yura Komunitas Penggemar Yura  

Sebagai tempat Kongkow hijau  dengan luas 89.908 meter persegi  sangat reprsentatif  karena pengunjung bisa memilih menggelar tikar  di beberapa spot terbuka yang disediakan dengan sudut instagramable di bawah pohon rindang atau di dalam bangunan berbentuk koridor membentuk lingkaran di tengah lapangan.  

Menurut  sejumlah referensi  zona ini mengelilingi Monumen Pembebasan Irian Barat  menjadi Amphtethaer dengan total luasan sekitar 10 ribu meter persegi. Adanya zona ini makin memudahkan mereka yang janjian untuk titik bertemu (meeting point).

Jadi mereka yang meracang Ruang Terbuka Hijau (RTH)  Taman Lapangan Banteng ini  sudah memperhitungkan kalau terjadi hujan lebat bisa berlindung di tempat ini.  Bangunan ini didukung  fasilitas toilet memadai.  Tentu saja terdapat musala yang juga memadai.  Tidak mengherankan tempat jadi representatif untuk menggelar pertunjukkan seni dan budaya.

Taman Lapangan Banteng menghubungkan manusia dengan manusia, manusia dengan alam.  Kawasan ini menjadi habitat sejumlah spesies satwa burung.  Yayasan Belantara pernah mengadakan kegiatan pengamatan burung pada Januari 2024 lalu.

Baca: Lewat Pengamatan Burung Belantara Foundation dan SMP SAI  Belajar Lestarikan Satwa

Hasil pengamatan mereka terungkap ternyata di Taman Lapangan Banteng terdapat burung kacamata biasa (zozterops melanurus), betet biasa (pssitacula alexandri), yang termasuk dalam kategori terancam punah.  Selain itu masih terdapat burung gereja erasia (passer montanus), bondol peking (lunchura punctulate),  Cipoh kacat (Aegithina tiphia), kalau ditotal lebih dari 20 spesies.

Menjadi tempat pengamatan burung-Foto: Belantara Foundation/Greener
Menjadi tempat pengamatan burung-Foto: Belantara Foundation/Greener

Keberadaan burung-burung langka ini menjadi indikasi bahwa Taman Lapangan Banteng menjadi habitat baik karena menyediakan pakan yang cukup, seperti pohon-pohon menyediakan biji-bijian.  Areal juga cukup luas hingga memungkin keberadaan manusia tidak mengganggu burung-burun itu.  Hal ini menjadi nilai tambah bagi  Taman Lapangan Banteng sebagai tempat kongkow hijau.  

Taman ini juga didukung  kondisi yang cukup bersih karena tim kebersihan berkeliling mengangkut sampah dengan cukup telaten.  Pihak Pemprov DKI Jakarta betul-betul menjaga Lapangan Banteng sebagai etalase kota.

Beberapa kali juga Taman Lapangan Banteng menjadi tempat pameran flora dan fauna yang membuatnya menjadi semakin hijau. Tentu saja RTH ini mampu menyerap air, karena hanya sebagian menggunakan beton, sisanya lapangan rumput dan pepohonan.

Kelebihan lain ialah pedagang makanan kaki lima di sekeliling lokasi sangat menolong mereka yang tidak membawa bekal untuk mengisi perut dan mengatasi rasa haus dengan harga yang dipatok berlebihan.  Kuliner yang tersedia  bahkan ada yang langla, seperti pedagang  kerak telor  tak jauh dari Taman Lapangan Banteng.  

pedagang kerak telor-Foto: Irvan Sjafari
pedagang kerak telor-Foto: Irvan Sjafari

Pihak Pemprov DKI Jakarta merevitalisasi Taman Lapangan Banteng ini antara 2016-2018. Memang perancang tidak memperhitungkan banyaknya kendaraan bermotor atau beroda empat parkir, dengan tempat terbatas.  Mereka umumnya parkir di bahu jalan.

Namun saya setuju  tidak usah terlalu luas untuk parkir, karena sebaiknya RTH ini untuk mereka yang menggunakan transportasi umum karena cukup mudah diakses TransJakarta.  Taman Lapangan Banteng buka sejak pagi hingga malam antara pukul 8 hingga 9 (week-end) dan relatif aman.

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun