Dikatakannya, ada juga anggota yang datang  desa tetangga Anrang seperti Bajiminasa, Pangalloang, Bontomatene, Bulolohe dan Tamaona.
BUMDes Tumarila Desa Anrang memandang pentingnya simpul belajar dan Gerakan Masyarakat untuk menjaga dan berpartisipasi dalam mewujudkan lingkungan hidup yang berkelanjutan.
KMPS mendukung tujuannya itu, Â yaitu "Pendampingan Produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang berkontribusi terhadap peningkatan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan di Desa Anrang" yang didukung oleh Global Environmental Facility - Small Grants Programme (GEF-SGP).
BUMDes Tumraila menilai bahwa di DAS Balantieng terdapat banyak permasalahan yang butuh penanganan serius agar tetap menjadikan DAS Balantieng sebagai lingkungan yang lestari untuk kebutuhan ekonomi Masyarakat dan Ekosistem yang berkelanjutan.
Raisya mengatakan sudah jatuh hati pada lingkungan karena menyukai aktivitas di alam terbuka. Â Ketika dia sudah lulus kuliah di Administrasi, Universitas Negeri Makassar dia pun kembali membangun kampung halamannya.
"Kalau untuk air bersih sebagian besar masyarakat mengandalkan air Sumur untuk kebutuhan sehari-hari dan Air ledeng. Namun jika kemarau panjang masyarakat mengandalkan air dari Sungai Balantieng," jelas Raisya.
Beberapa waktu lalu Yayasan Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) Â mengajak delapan anggota KMPS untuk ikut melakukan pengujian mikroplastik di Sungai Balantieng.
Kolaborasi ini menemukan sudah adanya partikel mikroplastik  di sungai, ini sebanyak yang ditemukan yakni 30 Filamen dan 20 Fiber. Untungnya masih terdapat  12 jenis seragga air dan di bagian hulu Desa Kahayya sebanyak 14 jenis.  Adanya serangga menunjukkan indikator kesehatan sungai.
Dengan temuan ini kata Asdi kuswadi, anggota KMPS Lestari lainnya bisa menimbulkan kesadaran masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai yang bisa berakibat kerusakan.
"Sampah plastik bisa berubah menjadi mikroplastik yang bisa membahayakan kesehatan," katanya seperti dikutip dari keterangan tertulis Ecoton berapa waktu lalu.