Organisasi Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) mengusulkan kepada Kementerian Agama (Kemenag) memperbaharui materi bimbingan bagi calon pengantin tiga bulan sebelum menikah untuk menjalankan gaya hidup tanpa sampah atau zero waste. Â Selain itu calon pengantin juga difasilitasi agar menjalani uji mikroplastik di dalam tubuh.
Hal ini disampaikan Ecoton dalam aksi teaterikal di depan Kementerian Agama Gresik pada 25 Juli 2024.  Pasalnya menurut Ecoton kadar mikrolastik di Indonesia sudah dalam taraf berbahaya.  Indonesia mengonsumsi 15 gram mikroplastik setiap  bulan dan jumlah ini merupakan tertinggi di dunia.
Selama Juli, Ecoton mengerjakan riset  di lima kota/Kabupaten di Jawa Timur. Hasilnya Gresik menduduki peringkat pertama. Capaiannya  26,21 partikel per dua jam.  Jumlah ini berpotensi ke dalam tubuh manusia tanpa disadari dan dapat mengancam kesehatan manusia terutama berimbas pada reproduksi seperti sperma, perkembangan janin hingga gangguan hormonal.
Hal ini sebangun dengan penelitian Departemen Perikanan dan Akuakultur FAO bahwa mikroplastik membawa zat aditif  dalam plastik yang mengganggu sistem endrokin dan sistem hormonal dalam tubuh.  Baca: Mikroplastik, Kecil-kecil Ancam Lingkungan dan Kesehatan bagi Manusia.
Pihak Kemenag melalui Ketua Asosiasi Penghulu Republik Indonesia H. Amir Rofiq mengapresiasi usulan Ecoton. Pihaknya mengakui mikroplastik termasuk pengetahuan Baru dan penting dampaknya bagi kesehatan.
"Kami sebagai penghulu di 10 wilayah di Kabupaten Gresik Akan melakukan sosialisasi tentang bahaya mikroplastik kepada masyarakat" ungkap Rofiq dalam keterangan pers dari Ecoton.
Dia mengatakan sudah ada aplikasi LCI untuk screening cek kesehatan dari masing-masing calon pengantin.
"Usulan mikroplastik nanti juga bisa dimasukkan di dalamnya. Kedepannya akan dirapatkan lagi terus akan dimasukkan sosialisasi terkait mikroplastik pada pengantin di bimbingan pranikah," ujar Rofiq.
Peneliti Ecoton Rafika Aprilianti dalam jangka panjang, kesehatan reproduksi yang terganggu oleh paparan mikroplastik dapat berdampak pada kesuburan, perkembangan janin, dan kesehatan anak-anak yang dilahirkan.
Mikroplastik jika masuk ke dalam darah dan mengalir ke seluruh organ dalam tubuh manusia. Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa mikroplastik ditemukan dalam tubuh manusia.
"Kami sediri sudah meneliti dan menemukan keberadaan mikroplastik pada feses dan ASI ibu hamil, kemungkinan selanjutnya akan berkembang. Feses diambil dari 9 kota/kabupaten di Pulau Jawa dan Bali sebanyak 10 gram per orang," ungkap Rafika ketika saya hubungi 26 Juli 2024.
Ecoton mengusulkan agar ditambahkan parameter uji mikroplastik pada sperma sebagai yang bertindak dalam proses reproduksi, selain menambahkan materi sosialisasi untuk calon pengantin.
Uji mikroplastik dilakukan minimal 3 bulan sebelum melakukan nikah. Â Semua jenis plastik berbahaya, dan yang banyak ditemukan di tubuh manusia adalah jenis PET, PS, PP. mikroplastik 50% bisa dihilangkan melalui feses, 50% nya mengendap dalam tubuh.
Apabila ada mikroplastik dapat tubuh calon mempelai, maka harus berkomitmen dalam mengurangi pengguaan  plastik sekali pakai. Sementara untuk meminimalisir mikroplastik masuk dalam tubuh harus me reduce atau menolak plastik sekali pakai (sedotan, styrofoam, sachet, kresek, botol minum plastik sekali pakai, popok plastik sekali pakai
"Mempelai harus meminimalisir penggunaan plastik sekali pakai, seperti sedotan, styrofoam, sachet, kresek, botol minum plastik sekali pakai, popok plastik sekali pakai," kata Sarjana Jurusan Biologi UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang ini, seraya mengatakan sudah mempraktikan zero waste.
Sementara itu dihubungi secara terpisah aktivis lingkungan muda dari Komunitas Laut Biru, Polewali, Mandar,  Sulawesi Barat Putra Ardiansyah mengapresiasi  usulan Ecoton dan pemaparan hasil penelitiannya.
Namun menurut dia usulan itu masih terlalu jauh di benak kebanyakan orang Indonesia yang saat ini masih pada tahap penyadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan, termasuk meminimalisir sampah plastik.
"Kita berupayakan mengkampanyekan pengelolaan sampah berkelanjutan. Ini pekerjaan rumah dalam jangka waktu yang lama. Â Sementara untuk tidak terpapar mikroplastik bukanlah poinnya," ujar Putra kepada saya, 26 Juli 2024.
Lanjut dia, lebih penting untuk menghadirkan generasi baru yang lebih peduli dan siap membuat Bumi lebih baik. Edukasi untuk mencegah dan harus realistis melihat kondisi.
Â
Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H