Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review "Tengkorak" 2018, Konspirasi ala "X-Files" Plus "Knowing"

28 Juni 2024   23:15 Diperbarui: 28 Juni 2024   23:21 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://movfreak.blogspot.com/2017/12/tengkorak-2017.html

Gempa Bumi  yang melanda Yogyakarta  pada 27 Mei 2006  membuat sebuah tengkorak manusia berumur 170 ribu tahun. Kalau saja hanya tengkorak purba yang diperkirakan berusia 170 ribu tahun lalu. 

Kalau usia tengkorak saja hal yang biasa, karena tengkorak manusia purba tertua di Pulau Jawa  adalah Meganthropus Paleojavanicus diperkirakan hidup 15-20 juta tahun lalu. Namun yang menggemparkan adalah panjang tengkorak itu yang mencapai hampir dua kilometer. 

Adegan awal Tengkorak karya sutradara Yusron Fuadi sangat menghentak mirip cerita serial X-Files.   Film yang dirilis pada 2018 itu langsung menyuguhkan potongan para ahli mancanegara, pandangan para pejabat, hingga warga sekitar mengenai penemuan tengkorak.   Tentu saja segera menjadi berita dunia.  

Manusia seperti apa yang pernah hidup masa itu? Atau itu tengkorak siapa? Raksasa dalam cerita dongeng tidak akan sebesar itu? Apa Yusron ingin membuat film tentang alien yang datang ke Bumi?  Demikian awalnya saya duga.

Saya teringat kehebohan adanya pyramid yang lebih tua dari yang ada di Mesir berada di Gunung  Padang saja sudah menggemparkan padahal baru tulisan di sebuah jurnal, apalagi itu benda nyata yang bisa dilihat oleh siapapun .  Dalam hal ini Yusron memperkenalkan pada konflik.

Dengan alur yang cukup lambat, dengan mencampurkan Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa hingga Bahasa Asing  dari orang-oran yang tertarik pada kehadiran tengkorak, awalnya saya menyangka Yusron ingin mengadaptasi "Serial konspirasi terkait dengan keberadaan Alien.  Nah para pelaku yang terlibat konspirasi punya kepentingan apa yang ada di balik tengkorak itu, termasuk juga dunia internasional. 

Begitu pentingnya kehadiran tengkorak raksasa itu IMF  sampai menawarkan penghapusan utang luar negeri Indonesia  dan kompensasi yang besar sampai 23 miliar USD,  asal tengkorak itu dihancurkan.  Namun mereka tidak menjelaskan secara detail apakah karena bisa menimbulkan histeria massal? Atau ada agenda tersembunyi.

Korban jiwa berjatuhan. Seorang mahasiswa UGM dan jurnalis lepas ditemukan tewas setelah mengunjungi lokasi Tengkorak yang disebut dalam film berada di Kedungmiri, Bantul. Yang namanya konspirasi, seperti dalam X-Files tentu saja tidak ada pengakuan dan penyelidikan terbuka.  Pelakunya disebut Tim bernama Kamboja namun pemerintah menyangkal keberadaannya. Lah, serial X-Files juga begitu?

Cerita bergulir, dibentuk badan bernama Balai Penelitian Bukit Tengkorak (BPBT), di mana salah seorang yang diterima adalah mahasiswi semester 7 bernama Ani (Eka Nusa Pertiwi). Dia sering mendapat tugas untuk melayani seorang professor dari Prancis yang suka kopi tertentu dan Ani yang membelikannya pesanannya melalui sebuah catatan.

Hanya terjadi perkembangan di belakang layar, Tim Kamboja membantai semua pegawai, kecuali Ani yang lolos dari percobaan pembunuhan di tempat kosnya.  Penyelamat misterius itu adalah seorang dari pasukan Kamboja bernama Yos (Yusron Fuadi) . Dia melarikan Ani ke bapak angkatnya Letnan Jaka (Guh S Mana). Mereka pun jadi buruan. 

Begitu pentingkah untuk menyimpan rahasia tengkorak raksasa itu? Pasalnya Ani membawa sebuah bukti dari tim peneliti bahwa penghancuran tengkorak raksasa itu justru mendatangkan malapetaka yang bukan saja mengancam Indonesia tetapi juga dunia.

Cara Yusron bertutur pada sepertiga akhir film ini mengingatkan pada Knowing (2009)  yang diperankan Nicholas Cage, di mana seorang anak mendapatkan teka-teki yang  ternyata berhubungan dengan hari kiamat.

Sayang saya baru bisa menyaksikan film ini pada 27 Juni 2006 melalui bioskop online, sebagai hadiah lomba dari komunitas KOMiKs. Saya memilih film karena ingin tahu seperti apa sih kalau sineas buat film fiksi ilmiah yang rata-rata berbudget besar.  Ini film budgetnya rendah, ternyata tidak mengecewakan.  

Yusron mampu menghadirkan fiksi ilmiah dengan teknik yang pas sesuai biaya, tetapi tidak mengecewakan terutama pada endingnya yang membuat bulu kuduk berdiri. Ending itulah yang diprediksi terjadi yang ingin disampaikan oleh Profesor Watson kepada seorang yang harus ditemui Ani untuk menyingkapkannya.

Eka Nusa Pertiwi dalam
Eka Nusa Pertiwi dalam "Tengkorak"-Foto: Liputan6

Selain ending, adegan baku tembak di menara antara Letnan Jaka dengan sniper yang ingin menghabisi mereka, tak kalah serunya dengan film-film konspirasi. Diselengi umpatan-umpatan kasar berbahasa Jawa dan serangan drone.  

Saya juga suka adegan ketika Presiden Republik gelisah di ruangannya ketika sudah mengambil keputusan untuk menerima tawaran IMF. Apakah tawaran bermanfaat bagi bangsa Indonesia atau justru bagai membuka kotak pandora, mengundang malapetaka seperti dalam mitologi Yunani?

Jika penonton jeli maka kotak pandora itu ada di dalam berapa adegan, termasuk ketika Pak Burhan (Muhammad Abe), orang yang ditemui dan Jaka membuka halaman Quran.  Jadi apa yang akan terjadi sebetulnya sudah bisa diraba.  

Sebagai sebuah film fiksi ilmiah dengan durasi 116 menit, saya mengapresiasi film produksi Akasacara Film dan Vokasi Studios ini.  Dari departemen kasting Eka Nusa Pertiwi sebagai Ani agak menonjol dalam film ini  dan tentunya  Yusron Fuadi sendiri sebagai Yos.

Selain "Tengkorak", Eka Nusa Pertiwi pernah bermain dalam film" Perempuan Tanah Jahanam", "Mata Tertutup", "Maylies" dan sebagainya.  Namun aktivitas perempuan kelahiran 1 November 1990 di dunia teater lebih menonjol.   Pengalaman di dunia terater tampak dalam sejumlah adegan, terutama perjalanan dengan Yos hanya menunjukkan ekspresi wajah dan gestur tubuh, hampir tanpa dialog. Saya ingin menonton filmnya yang lain dan jadi ingin tahu penampilannya di teater.

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun