Selain sabung ayam, judi tradisi  juga bermunculan sepertu  judi togel, judi buntut entah judi apalagi. Bahkan  sejarah mencatat  pada 1960-an ada  yang disebut National Lottery (Nalo), diikuti  undian Harapan  pada 1970-an hingga SDSB  pada 1990-an sebetulnya esensinya adalah judi yang mendapat legitimasi.Â
Cara cepat untuk mengumpulkan dana dari masyarakat, tepatnya  orang-orang yang ingin bermimpi jadi orang kaya  demi mencari dana untuk sosial maupun untuk kepentingan olahraga. Lalu siapa yang membeli undian itu, orang kayakah atau orang yang penghasilannya pas-pasan?  Mengapa dana itu tidak direncanakan dengan matang melalui APBN?
Perlu diteliti siapa yang suka judi daring itu?  Saya sih percaya dengan laporan  Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) pada 2023  terkait  angka perputaran uang dalam transaksi judi daring.  Sebanyak 2,1 juta dari 2,7 juta pemain judi daring  adalah mereka yang berpenghasilan rendah, seperti buruh, petani, ibu rumah tangga  hingga pelajar dan mahasiswa.  Baca: Laporan PPATK
Â
Saya sih prihatin pada pelajar yang pasti mengacu pada mereka berusia 18 tahun ke bawah, lah, siapa yang kasih mereka akses gawai ?  Bukankah orangtua? Bukankah ada kepentingan korporasi juga untuk ekspansi  penjualan gawai?  Lah, bagaimana mereka bisa tahu ada judi daring?  Bukan saja media sosial tetapi mereka mampu kok mengakses berbagai situs yang bertaburan di internet.
Jadi menghentikan judi daring atau judi online, bukan dipecahkan dengan pemblokiran saja, tetapi yang lebih sulit mengubah mental masyarakat yang jadi pasarnya. Â
Saya percaya dengan naiknya tingkat pendidikan rakyat, terutama jumlah Angka Partisipasi Kasar Perguruan Tinggi,  kemudian diikut dengan  terwujudnya keadilan sosial, serta dibereskannya tiga sektor utama  saja pendidikan, pertanian dan kesehatan, maka budaya judi itu akan berkurang dengan sendirinya, sekalipun tidak akan lenyap.  Â
Orang akan berpikir ulang untuk menghabiskan uang hasil kerja kerasnya untuk judi jika semua kebutuhan dasar bisa dipenuhi dengan pekerjaan yang layak dan penghasilan yang bisa memenuhi kebutuhan dasar dan sekunder, setidaknya.Â
Irvan Sjafari
Sumber Foto:
https://niadilova.wordpress.com/2010/07/12/minang-saisuak-06-sabuang-ayam/Â