Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ini Menurut Ilmuwan Jika Suhu Masa Depan Makin Panas pada Hewan

2 Juni 2024   19:03 Diperbarui: 2 Juni 2024   19:06 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sebuah pertanyaan jika suhu Bumi terus meningkat bahkan sama panasnya dengan 130.000 tahun lalu, hewan apa yang bertahan dan hewan mana yang punah?  Apakah mereka hewan-hewan ini  beradaptasi atau punah pada suhu makin panas? Hal ini jadi pertanyaan untuk daerah tropis yang bisa  jadi menembus titik ekstrem baru.

Sebuah studi anyar yang diterbitkan di Nature Ecology and Evolution menyebutkan  dewasa ini suhu terdingin di Bumi adalah minus 70 derajat Celcius di Antartika.  Sementara suhu tertinggi adalah 48 derajat Celcus di daerah tropis.  Batasan ini berpotensi mengalami perubahan.

Para ilmuwan dari Ifremer dan Universitas Lausanne  menganalisis  hampir 25.000 spesies darat dan laut dengan  menggunakan peta sebaran geografisnya disediakan Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN).

Pemanasan  diprediksi berdampak mengurangi keanekaragaman tumbuhan dan hewan yang hidup di wilayah tropis.  Penelitian sebelumnya mengungkapkan jumlah spesies penghuninya sebesar 54 persen.  Sementara studi pemodelan baru, yang diterbitkan dalam Nature Ecology and Evolution tersebutm menuturkan sekira 39 persen.

Perkiraan ini agak memberikan harapan bagi beberapa hewan tropis untuk menghadapi masa depan yang lebih panas.  Meskipun angkanya sedikit lebih kecil, ujar para peneliti tetap harus dicermati sebagai hal yang mengkhawatirkan. Para pengambil kebijakan harus segera melakukan mitigasi perubahan iklim dan dampaknya terhadap keanekaragaman hayati.

Selain itu studi ini tidak menyebutkan bahwa punahnya sejumlah spesies bukan hanya oleh perubahan iklim tetapi juga deforestasi ghingga perburuhan.  Studi ini juga tidak mengamati apa yang terjadi pada hewan  di daerah beriklim dingin bahkan sedang.

Penulis studi Olivier Broennimann, dari Universitas Lausanne di Swiss menyebutkan sejumlah  hewan tidak akan mampu menoleransi suhu yang lebih hangat secara signifikan.

Jika ada kemungkinan hewan  tropis dapat menoleransi perubahan iklim dengan lebih baik, maka pihaknya  memproyeksikan model ini bisa berlaku untuk hewan  di wilayah dingin, pegunungan tinggi, dan kutub. Begitu juga pada  dan sebagian besar yang terjadi  spesies di zona beriklim sedang.  

Sejumlah ilmuwan juga melakuan penelitian pada berbagai spesies yang beradaptasi dengan perubahan iklim. Ahli ekologi konservasi di Universitas Manitoba  Miya Warrington mengamati perilaku tupai tanah Cape (Xerus inarius) di cagar alam Afrika Selatan ketika menghadapi cuaca panas.  Ternyata ada berapa pilihan yang dilakukan tupai-tupai itu ketika cuaca panas menyengat.

Pertama, hewan itu  berbaring dengan keempat terbentang  di tanah yang disebut splooting (punggungnya menghadap ke atas)  ketika melepaskan panas dari bagian bawah tubuhnya yang tidak terlindung oleh bulu.

Kedua  tupai itu beristrahat di tempat teduh  menjadikan ekornya sebagai payung kecil dengan melingkarkkannya di kepala.

Ketiga, pada saat cuaca panas, katanya  tupai mundur ke liangnya mendinginkan diri.

Namun Warrington memperkirakan pilihan-pilihan yang dilakukan tupai ada batas toleransi. Apalagi perubahan iklim  menjadi begitu cepat.  Dia tidak memberikan keterangan kalau suhu panas melebihi batas toleransi  terhadap tupai.

National Observer  17 Agustus 2022 juga pernah melaporkan ketika suhu di New York mencapai 35 derajat celcius, para tupai juga melakukan hal yang sama.  Departemen Pertamanna Kota menyampaikan pada warga untuk tidak mengkhawatirkan hewan-hewan, karena itu cara mereka melawan cuaca panas agar suhu tubuhnya menjadi sejuk.

Sementara ahli ekologi serangga dan akuatik Universitas British Coloumbia Michelle Tseng mengamati serangga yang ukuran tubuhnya menjadi lebih kecil ketika panas menjadi lebih ekstrem.

"Kehangatan mempercepat perkembangan reaksi biokimia dan mempersingkat waktu yang dibutuhkan ektoterm untuk menjadi dewasa, sehingga menghasilkan ukuran dewasa yang lebih kecil," kata Tseng seperti dikutip dari The Scientist  3 Januari 2023.

Tseng juga mempelajari apakah suhu  dapat mempengaruhi penyerbukan yang dilakukan kupu-kupu. Dia dan timnya  awalnya mengamati  bagaimana perubahan iklim dapat mempengaruhi ukuran tubuh dan sayap kupu-kupu putih kubis (Pieris rapae).

Mereka menanti kupu-kupu itu bertelur di daun kangkung yang ia tanam di pot di luar rumahnya dengan sabar.  Lalu Tseng  membawanya ke laboratorium.

Setelah telur menetas, Tseng dan rekannya memasukkan larva ke dalam inkubator yang dikontrol pada suhu 18C, 24C, dan 30C.

Ternyata, serangga yang dipelihara di suhu terpanas menjadi dewasa sekitar dua kali lebih cepat.  Mereka mempunyai massa tubuh paling rendah dan luas sayap terkecil. Kupu-kupu dari inkubator suhu terpanas ini terbang dengan kecepatan lebih lambat dibandingkan kupu-kupu yang dipelihara di suhu paling dingin

Pertanyaannya seberapa tinggi suhu yang bisa diantisipasi kupu-kupu? Tampaknya para ilmuwan belum menjawabnya sekarang. Pertanyaan yang paling menakutkan yang harus dijawab jika sejumlah hewan dan tumbuhan  punah karena suhu makin panas, apa yang terjadi pada manusia?

Irvan Sjafari

Referensi:

https://e360.yale.edu/digest/evolution-climate-adaptation-study  30 Mei 2024

https://www.eurekalert.org/news-releases/1046288    29 Mei 2024

https://www.the-scientist.com/animals-are-shape-shifting-in-response-to-a-warming-world-70869   3 Januari 2024

https://www.nationalobserver.com/2022/08/17/news/new-yorkers-told-not-freak-out-over-splooting-squirrels

Foto: Tupai terbaring melepas panas  https://www.reformaustin.org/wildlife/why-are-texas-animals-splooting/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun