Sementara  Fatchur Rozci (2023) , peneliti pertanian dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jawa Timur  mengungkapkan hal sebangun. Menurut dia  perubahan iklim  berdampak pada gagal panen.  Perubahan iklim bisa membuat kekeringan panjang. Tetapi disi lain juga juga menimbulkan  banjir yang  berimbas  menghancurkan tanaman pangan.
Dia juga menuturkan perubahan iklim  mendorong pertumbuhan organisme penggangu tanaman atau yang biasa disebut dengan hama.Â
"Selain itu adanya peningkatan kelembapan, adanya peningkatan intensitas kekeringan yang dapat mengancam kebutuhan irigasi pertanian, kerusakan sumberdaya lahan pertanian seperti erosi, kegagalan panen yang dapat mengancam ketahanan pangan," tulis Fatchur.
Dalam artikelnya, dia mengingatkan peningkatan curah hujan ekstrem  dalam  50 tahun terakhir, terutama dikawasan pantai.  Pada bagian bagian utara sumatra dan Kalimantan, intensitas curah hujan cenderung lebih tinggi dengan periode lebih pendek. Sedangkan pada wilayah bagian selatan Jawa dan Bali intensitas curah hujan menurun tetapi periode yang terjadi lebih lama.Â
Fatchur juga mengatakan pada sejumlah  wilayah Indonesia terjadi perubahan pola hujan selama berapa dekade terakhir, pada awal musim hujan mengalami kemunduran berapa lokasi.
Sementara Ketua DPD Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jawa Barat Entang Sastraatmadja mengakui perubahan iklim sudha berdampak bagi petani.  Saat ini musim tanam April-Sept 2024 mundur. Saat ini  panen banyak petani yang gagal panen karena El Nino.  Untuk antisipasi ke depan, katanya  diperlukan  perbaikan dalam pengelolaan usaha tani padi.
"Pemerintah menjamin kepada petani yang mengalami gagal panen agar hidupnya tidak melarat. Â Salah satu langkahnya melakukan revitalisasi asuransi pertanian," kata Entang ketika saya hubungi 25 Mei 2024.
Sayangnya, kata Entang  petani di Indonesia belum berbudaya asuransi.  Untuk itu penyuluh perlu lebih gencar menginternalisasikannya.
Irvan Sjafari
Sumber:
https://www.bbc.com/indonesia/articles/cedqye0qng1o