Masalah sampah plastik menjadi tema utama peringatan Hari Bumi Sedunia yang jatuh pada 22 April 2024 lalu.  Sampah plastik juga menjadi persoalan yang dibicarakan dalam Konferensi United Nation for Environmental Programme (UNEP)  yang digelar pada  23-29 April 2024 di Ottawa, Kanada.
Delegasi Indonesia diwakili oleh seorang siswi Kelas III SMA Â Muhammadiyah 10 Gresik bernama Aeshnina Azzahra Aqlini yang mewakili River Warrior Indonesia. Â
Dara yang karib disapa Nina ini menyuarakan penghentian sampah plastik import dari negara maju ke Indonesia, yang memberikan dampak lingkungan hidup, di antaranya di Jawa Timur tempat tinggalnya.
Nina terllibat dalam berbagai aksi protes bersama aktivis lingkungan mancanegara di antaranya di depan Gedung Parlemen Kanada dan bertemu Menteri Lingkungan Hidup negeri itu menyampaikan aspirasnya.
Secara pribadi Nina mengaku  begitu konsen terhadap pencemaran sampah plastik  yang dinilainya sudah sangat berat dan sangat membahayakan kehidupan.  Hal itu sudah dirasakan mengamati keadaan Sungai Brantas di daerahnya tinggal.Â
Dia mengingatkan mikroplastik, pecahan dari sampah plastik sudah menyelusup dalam tubuh manusia yang ada di lingkungan sampah plastik.
"Partikel mikroplastik yang ada di udara terhirup ke paru-paru, ada di dalamASI,  ada di dalam darah dan sudah ada di otak. Jika ini dibiarkan, ujar Nina, maka di masa depan generasi Z  yang akan mengalami  dampak yang lebih buruk, " ujar dara yang karib disapa Nina ketika saya hubungi, 26 April 2024.
Nina juga mendapatkan kesempatan  bisa bertemu sesama anak muda di  rumah di atas sungai milik komunitas  Ottawa Riverkeeper saling curhat soal persoalan sampah plastik di negara masing-masing. Â
Ternyata bukan hanya Indonesia yang menjadi tempat pembuangan sampah bukan saja plastik, tetapi juga limbah elektronik dari negara  maju, tetapi juga India dan Malaysia. Simpati.
Kegelisahan yang sama juga disampaikan anak-anak muda dari negara maju yang menyesalkan tindakan pemerintah negaranya yang membiarkan import sampah plastik.Â
"Bahkan Malaysia mendapatkan import sampah plastik yang dicampur dengan semen," imbuh Nina.
Para anak muda ini produksi plastik harus dihentikan sama sekali, kalau tidak sampah plastik jadi problem lingkungan berat di masa depan selain soal emisi karbon.
Sampling Sampah Plastik di Pantai  Ba'batoa Lalepo
Semangat anti plastik juga menular di Pantai  Ba'batoa Lalepo, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Komunitas  Laut Biru, sebuah kelompok anak muda setempat yang dikomandani oleh Putra Ardiansyah, anak muda menjadi motornya.
Tujuh orang anggota komunitas ini  melakukan kegiatan sampling sampah plastik. Tujuannya ingin mengetahui sampah plastik dari masyarakat itu kebanyakan produk dari brand mana. Kegiatan ini direncanakan dilakukan dua kali.
Putra dan kawan-kawannya melakukan sampling di pesisir pantai dengan luas 300 meter persegi untuk kegiatan pertama  pada 22 April 2024 ini.
"Saya orang pesisir. Saya merasakan betul bagaimana perubahan lingkungan di sekitar kami berubah. Awal 2000an sampah plastik di laut hampir tidak ada. Â Sekarang sejauh mata memandang, dimana saja selalu ada sampah plastik," ujar Putra ketika saya hubungi, 29 April 2024.
Dia dan kawan-kawannya khawatir kalau dibiarkan maka masyarakat setempat  kelak  mengomsumsi makanan dari laut, jelas tidak ingin apa yang kami makan semakin terkontaminasi dengan plastik.
Putra menyamapaikan tidak ingin sampah ini semakin banyak mencemari lingkungan. Sampah plastik ini harus segera serius dikelola. "Kalau perlu jadi prioritas utama, sebab lingkungan ini pondasi kehidupan kita," ucapnya.
Aksi Komunitas CAI di Sungai CipagantiÂ
Dengan semangat yang sama,  komunitas anak muda yang bergabung dalam Pada 27 April 2024 Komunitas  Cinta Alam Indonesia (CAI) melakukan aksi brand audit di Sungai Cipaganti. Yang dimaksud sensus brand audit adalah mengangkat sampah untuk dketahui produk mana saja yang menjadi penyumbang sampah.
Nugi Herdian aktivis CAI yang menjadi juru bicara mengatakan kegiatan ini  dalam rangka mempertanyakan tanggung jawab produsen yang menggunakan plastik sachet sekali pakai.  Bahannya yang didapat akan ditindaklanjuti oleh Badan Riset Urusan Sungai Nusantara (Bruin).
Komunitas CAI memandang sungai menjadi bagian penting di bumi ini . Bangsa-bangsa yang besar di masa lampau berawal dari peradaban sungai , seperti Tarumanagara hingga Mesir Kuno.
"Dari situ kita bisa belajar bagaimana pentingnya sungai sebagai outflow dari kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) , untuk kehidupan kita hingga mahluk lain," ujar Nugi ketika saya hubungi 28 April 2024.
Kenyataannnya sungai kita, kata Ketua Karang Taruna Ledeng  dalam kondisi kritis dengan berbagai problem yang ada dihasilkan oleh manusia , khususnya sampah plastik.  Dampak kerusakan sungai sudah terlihat seperti  banjir  hingga kematian biota sungai dan  laut akibat pencemaran.
"Kami ingin dan yakin semua orang pasti ingin sungainya kembali bersih tanpa kontaminasi apapun. Karena di masa depan ada anak dan cucu kita yang ingin layak hidup pada semestinya.  Bumi ini bukanlah warisan melainkan titipan dari generasi kita ke depan, " pungkas  Nugi.
Irvan Sjafari
Foto:
Aeshnina Dok Pribadi , Nugi Dok Pribadi
Brand Audit Laut biru:  https://pattae.com/hari-bumi-2024-komunitas-laut-biru-lakukan-sampling-sampah-brand-audit/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H