Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Catatan Pribadi: Review Across The Universe, Cinta Lawan Perang

21 April 2024   15:13 Diperbarui: 21 April 2024   15:32 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan dalam Across The Universe | pluggedin.com

The Beatles adalah salah satu band yang keberadaannya memberikan pengaruh besar di dunia dan menjadi salah satu fenomena sejarah sendiri.  Band rock asal Inggris yang berdiri pada 1960 hadir pada momentum yang tepat kketika anak muda di dunia Barat sedang gelisah.

Band ini sejalan dengan  gerakan anti kemampanan dan counter culture terhadap budaya kapitalisme, hingga mencapai puncaknya menentang Perang Vietnam hingga memberikan pengaruh pada anak muda.  Sejumlah lagu The Beatles juga menyuarakan anti perang, di antaranya" Imagine" yang kini menjadi ikon.

Band yang berawak John Lennon, Paul McCartney, George Harisson dan Ringgo Star mempunyai komunitas fans yang tersebar di seluruh dunia dan menginspirasi band yang mengcover lagu-lagu mereka, bahkan mempengaruhi sejumlah band, termasuk di Indonesia.  Band legendaris Koes Plus adalah di antaranya yang terinspirasi,  hingga band yang benar-benar menyanyikan lagu The Beatles bermunculan.  Hingga saat ini The Beatles masih mempunyai pengaruh.

Pada 2007 sebuah film yang merangkai lagu-lagu The Beatles dirilis.  Julie Taymor menyutradarai film ini menyatukan puluhan lagu Beatles dalam adegan-adegan dengan apik dan menjadikan film ini mampu memberikan pesan yang utuh.  Saya heran mengapa tidak diadu saja di bioskop film ini, bukan hanya diputar di festival, toh penggemar The Beatles juga besar setidaknya di kota seperti Jakarta, Bandung, Surabaya.

Pada 7 Desember 2007 saya menyaksikan Across The Univese di Jiffest dan film yang terbaik menurut saya di festival itu. Berikut catatan saya di diary pada 8 Desember 2007, setelah melakukan pengeditan.

Review: Across The Universe

Era 1960-an merupakan era menarik dalam sejarah Barat. Pada satu sisi anti komunis menjadi isu penting politik. Pada sisi lain generasi muda Amerika dan Eropa justru memuja Mao, menentang perang. Di Amerika, muncul komunitas hippies, flower generation, black movement dan semua itu terekam dalam lagu "Across The Universe" dari Beatles.

Sebagian film ini dengan piawai mengaitkan  satu demi satu lagu The Beatles pada adegan yang pas relevansinya.  Yang paling mengesankan saya ialah lagu" Let It Be" dengan adegan pemakaman tentara Amerika yang tewas di Vietnam dengan wajah sedih istri dan dua anaknya. 

Adegan itu berseling dengan pemakaman anak kulit hitam dalam kerusuhan rasial, nyanyian ibu-ibu di gereja, begitu menyentuh. Yang menyanyikan anak kulit hitam yang tewas tertembak itu.

Jelas Across The Universe menjadi film anti perang.  Adegan karikatur anak muda Amerika menggendong patung liberty tetapi merusak tanaman kelapa hingga ikon iklan Wamil AS: I" Want You" diolok-olok.

Lagu-lagu The Beatles dibawakan bagaikan video klip MTV yang disambung-sambung menjadi sebuah cerita utuh. Film musical menarik menggabungkan grafis, bahkan koreorgrafi. Di antaranya Prudence, diceritakan sebagai seorang anggota komunitas hippies (dia juga berpakaian seragam cheer)  melewati barisan cheerleader dan atlit American Football sambil bernyanyi "I Want Hold Your Hand".

Ceritanya, Jude seorang pekerja Pelabuhan di Liverpool pergi ke Amerika untuk mencari ayahnya. Di kampus Universitas Columbia, dia bertemu ayahnya dan berkenalan dengan Max, yang membawanya bertemu Lucy.  Karakter perempuan ini kehilangan kakaknya dalam Perang Vietnam. Lucy jadi propagandis anti perang.

Jude dan Lucy berselisih, namun kemudian Jude menyadari dia mencintai Lucy. Lewat lagu "All You Need is Love", Jude kembali ke Amerika dan bersatu dengan teman-temannya. Ini digambarkan dengan indah ketika dia bernyanyi bersama teman-teman di atas Gedung.

Tempat komunitas Jude bergabung ada Jojo (kulit hitam), Prudence (cewek Indochina) merupakan gambaran bahwa ini masyarakat Amerika yang kerap disebut sebagai  salad bowl. 

Lagu Across The Universe menarik karena menyelipkan satu kalimat dari spirit dunia timur: "J'a Guru deva om". Dalam adegan film ada murid bertemu guru spiritual India, gambaran fenomena yang terjadi di masyarakat Amerika  yang lari ke spiritual Timur.

Irvan Sjafari

 

Kredit Foto:

https://www.pluggedin.com/movie-reviews/acrosstheuniverse/ 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun