Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dokumentasi Pribadi: Riset tentang Poso Awal 1950-an

20 April 2024   16:45 Diperbarui: 20 April 2024   16:52 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah dari buku Propinsi Sulawesi, 1953

Konflik  tidak bisa dihindari. Pada 1936, dua orang dari Suku Wana menyerang  kepala distrik setempat dengan panah hingga menewaskannya.  Serangan ini membuat tentara KNIL melakukan pengejaran ke daerah pedalaman di rimba dan gunung.  

Mereka  menangkap 12 orang dan mengangkutnya ke Kolonodale dengan perahu motor. Namun berbeda suku yang ada di daerah terasing ini tidak biasa dengan standar penahanan yang dilakukan pemerintah Kolonial.

Sepanjang perjalanan para tawanan  menutup mata karena takut air.   Bahkan dimasukan ke penjara pun mereka menolak memakai pakaian dan makanan yang disajikan. 

Imbasnya, tidak sampai seminggu separuh dari mereka meninggal karena tidak makan dan tidak biasa dengan udara laut yang panas.  Berkat pengaruh zending, pemerintah setempat akhirnya melepaskan mereka.

Peristiwa ini menandakan bahwa banyak pejabat kolonial menganggap bahwa mereka lebih beradap dan menganggap warga yang masih tinggal di hutan perlu diberadapkan dengan cara keras. Hal ini yang ditolak oleh para zending yang memilih pendekatan yang lebih humanis.

Waktu zaman pendudukan Jepang, pemimpin zending bersama istrinya ditawan. Tentara Jepang mengulangi kekerasan yang dilakukan KNIL yaitu membunuh dan memburu mereka yang tidak mau menurut.  Apa yang tadi  sudah dibangun dengan susah payah zending diruntuhkan kembali.

Ketika masa Jepang berakhir  zending sempat melakukan pekerjaannya, namun setelah pengakuan kedaulatan mereka menarik diri. Para misionaris menyerahkan pekerjaan  mereka pada guru-guru agama.

Pada waktu itu, laporan ini juga menyebutkan Suku Seasea di Pulau Peling yang sudah lebih maju karena sudah menggunakan bahan pakaian untuk celana,  Mereka juga menggunakan alat-alat dari besi. Meskipun kehidupan ekonomi mereka masih menggunakan cara  berladang secara liar. 

Kepala Distrik masa itu takut mengunjungi daerah Seasea.  Namun disebutkan dalam laporan ada seorang  dokter berbangsa Belanda yang bisa berkunjung dan tidak diganggu asal bisa mengikuti adat mereka.

Poso pada 1950-an menurut laporan itu  terdapat rusa, babi hutan, burung maleo, ular, sapi hutan dan hampir semua sungai ada buayanya.  Pada waktu itu ada dua tempat yang dilarang untuk memburu maleo, yaitu hutan cadangan Kalona dan satu lagi di jazirah timur, di Pati-pati.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun